Anda di halaman 1dari 18

HUKUM FIKTIF POSITIF Kel.

1
Anggota Kelompok
• Eka Dany 1706052441
• Husniatul Azizah 1706976075
• Maharani Dwi 1706052302
• Nazar Rumatora 1706976094
• Nabila Atikah 1706976106
• Nery Diana 1706052385
• Rina Kusuma 1706052536
• Stevan Adika 1706052630
Pengertian Hukum Fiktif Positif
• Sebuah konsep mengenai relasi antara warga
masyarakat dengan pemerintah mengenai
administrasi pemerintahan atas permohonan yang
jika dalam waktu tertentu tidak mendapati respons
oleh pemerintah dianggap permohonan tersebut
adalah dikabulkan.
• Tujuannya adalah untuk mendapatkan kepastian
hukum berupa sebuah keputusan dengan pengajuan
permohonan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pengertian Hukum Fiktif Positif
• Batas waktu kewajiban untuk menetapkan keputusan
perkara sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
oleh Undang-Undang.
• Namun, untuk perkara yang tidak diatur ketentuan
batas waktunya di dalam Undang-Undang, maka
batas waktunya adalah 10 hari kerja (HK) setelah
berkas permohonan diterima secara lengkap.
• Putusan permohonan fiktif positif yang telah
dibacakan bersifat final dan mengikat.
Regulasi Hukum Fiktif Positif
Pasal 53 UU 30/2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
(1) Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak
menentukan batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
wajib menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau
Tindakan dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) HK setelah
permohonan diterima secara lengkap oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan.
(3) Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan
dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan, maka
permohonan tersebut dianggap dikabulkan secara hukum.
Regulasi Hukum Fiktif Positif
Pasal 53 UU 30/2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
(4) Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
memperoleh putusan penerimaan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
(5) Pengadilan wajib memutuskan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) paling lama 21 (dua puluh satu) hari
kerja sejak permohonan diajukan.
(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan
Keputusan untuk melaksanakan putusan Pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling lama 5 (lima) hari
kerja sejak putusan Pengadilan ditetapkan.
Keberlakuan Hukum Fiktif Positif
Perihal pengajuan permohonan KTUN Fiktif Positif,
Mahkamah Agung melalui Perma 5/2015 yang
selanjutnya dicabut oleh Perma 8/2017 tentang
Pedoman Beracara Untuk Memperoleh Putusan Atas
Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan
Keputusan dan/atau Tindakan Badan/Pejabat
Pemerintah, telah mengatur mengenai prosedur
permohonan yang dimaksud.
Keberlakuan Hukum Fiktif Positif
Dalam Perma 8/2017, permohonan dapat tidak diterima
dalam hal:
(1) permohonan tidak memenuhi syarat formal;
(2) pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing);
(3) pengadilan tidak berwenang.

Adapun kriteria permohonan guna mendapatkan keputusan


dan/atau tindakan badan/pejabat pemerintahan, yaitu:
1) permohonan dalam lingkup kewenangan badan dan/atau
pejabat pemerintahan;
2) permohonan terhadap keputusan dan/atau tindakan untuk
menyelenggarakan fungsi pemerintahan;
3) permohonan terhadap keputusan dan/atau tindakan yang
belum pernah ditetapkan dan/atau dilakukan badan dan/atau
pejabat pemerintahan; dan
4) permohonan untuk kepentingan pemohon secara langsung.
Contoh Kasus Hukum Fiktif Positif (1)
• Putusan MA Nomor: 2/P/FP/2015/PTUN-TPI

Subjek Hukum

Pemohon : Atan Husien


Termohon : Bupati Karimun, Prov. Kepulauan Riau
Contoh Kasus Hukum Fiktif Positif (1)
• Pemohon mengajukan sengketa kepada PTUN
Tanjung Pinang pada 3 Maret 2015.
• Objek sengketa:
Tindakan diam (tidak membalas surat pemohon) tertanggal 19
Januari 2015 dan 2 Februari 2015, perihal Permohonan Surat
Perintah Bupati tentang Penghentian Pembangunan Rumah oleh
Kolianto yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
• Berdasarkan prinsip hukum fiktif positif, apabila
termohon tidak menanggapi permohonan pemohon
dalam waktu paling lama 10 HK, maka secara hukum
permohonan pemohon diterima oleh termohon.
• Maka dari itu, pemohon mengajukan permohonan
keada PTUN Tanjung Pinang untuk memperoleh
putusan penerimaan permohonan tersebut dan
dikabulkan.
Contoh Kasus Hukum Fiktif Positif (2)
• Putusan MA Nomor: 3/P/FP/2018/PTUN.Dps.

Subjek Hukum

Pemohon : Nyoman Sarya, B. Sc. selaku


Direktur PT Sari Segara Utama
Termohon : 1) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Bali
2) Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
Contoh Kasus Hukum Fiktif Positif (2)
• Perkara tersebut telah terdaftar pada 18 Juli 2018
melalui Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Denpasar.

•Pengabulan Surat Hasil


Cek Fisik Kapal terhadap
19 kapal motor yang dimiliki
oleh PT Sari Segara Utama

•Perpanjangan Surat Izin


Penangkapan Ikan (SIPI)
Contoh Kasus Hukum Fiktif Positif (2)
• Terhitung 10 hari sejak permohonan diajukan dan
tidak mendapatkan respons, maka permohonan
dianggap disetujui dan dikabulkan secara hukum.
• Konsekuensinya, pihak termohon 1 harus
menerbitkan hasil Surat Hasil Cek Fisik Kapal dan
pihak termohon 2 harus membuat Perpanjangan
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dari PT Sari
Segara Utama.
• Dikabulkan.
Kesimpulan
• Di era globalisasi ini, kepastian hukum dan kepastian
berusaha sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi.
• Di Indoneia sendiri telah mengadopsi konsep hukum
fiktif positif sebagai bentuk preventif apabila
pemerintah secara administrasi melakukan
maladministrasi, berupa pengabaian terhadap
permohonan, tidak bersikap responsif, ataupun tidak
melayani secara optimal.
• Dampaknya bila hal itu terjadi secara fiksi,
permohonan yang diajukan dapat diartikan disetujui,
sehingga melalui konsep ini dapat turut serta
membangun iklim usaha yang stabil.
Referensi
Mardatillah, Aida. (2018). Urgensi Perma Pelaksanaan ‘Fiktif Positif’
dalam PTUN. Diambil dari
hukumonline.com/berita/baca/lt5a54b2e443cad/urgensi-
perma-pelaksanaan-fiktif-positif-dalam-ptun pada 10
September 2019 pukul 07.25 WIB.
_____. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan. Diambil dari
kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/12/12373585807.pdf pada 10
September 2019 pukul 07.30 WIB.
_____. Permohonan Fiktif Positif (Pasal 53 UUAP). Diambil dari ptun-
denpasar.go.id/index.php/page/97/Permohonan-Fiktif-Positif-
-Pasal-53-UUAP-.html pada 10 September 2019 pukul 07.25
WIB.
TERIMA KASIH
Pertanyaan
• Kel. 2
Ika Madina
Apabila surat izin sudah keluar, namun ada kesalahan
teknis, sehingga surat izin tidak dapat dipakai,
sehingga mengajukan revisi namun tidak kunjung
datang revisi tersebut, apakah hukum fiktif positif
dapat diberlakukan?
Pertanyaan
• Kel. 3
Fadhilah Naufal
Apabila pemohon mengajukan gugatan ke PTUN,
apakah ditujukan untuk individu atau lembaga
pemerintahan tertentu?
Bila ditujukan kepada individu, bila hari ke-9
termohonnya wafat, bagaimana kelanjutannya?

Anda mungkin juga menyukai