Anda di halaman 1dari 18

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Hasil Audit atas


Perwakilan Aceh
Program Inovasi Desa
/ Village Innovation
Project (VIP) Loan
IBRD No. 8217-ID
TA 2018

disampaikan oleh Ikhwan Mulyawan


Kepala Perwakilan BPKP Aceh
Banda Aceh, 3 September 2019
Pengawasan Program Inovasi Desa
(Kep Men Desa PDTT Nomor 48 Tahun 2018 Tentang pedoman
Umum PID)

– Pengawasan serta audit (internal oleh Inspektorat jenderal Kemen


desa PDTT) dan eksternal oleh BPKP, dilakukan untuk memastikan
risiko diminimalkan terutama untuk mencegah
penyimpangan/korupsi.
– Audit atas Laporan Keuangan PID disepakati oleh satker Ditjen
PPMD dan Bank Dunia yang akan dilaksanakan oleh BPKP
INFORMASI PID TA 2018

– Alokasi anggaran Program Inovasi Desa Loan IBRD No. 8217-ID Provinsi
Aceh tahun anggaran 2018 sebesar Rp31.415.755.000,00, dengan realisasi
pengeluaran sebesar Rp28.881.683.250,00 atau 91,93% dari anggaran
– Sesuai dengan Lampiran II Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 48 Tahun 2018 tentang Pedoman
Umum Program Inovasi Desa, Kegiatan Program Inovasi Desa/Village
Innovation Program Loan IBRD No. 8217-ID di Provinsi Aceh berlokasi pada
23 kabupaten/kota dan 289 kecamatan
– Uji Petik dilaksanakan di 3 kabupaten: Aceh Besar, Aceh Tengah, Bener
Meriah
HASIL AUDIT VIP / PID TA 2018
LOAN IBRD NO 8217-ID
Hasil Penilaian atas Pengendalian
Intern Program
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian program ”memadai” yang terlihat dari:
– Program telah menyusun aturan perilaku;
– Tim Koordinasi, KPW Provinsi, dan Tenaga Ahli Kabupaten menyelenggarakan/mengikuti pelatihan
dan pembimbingan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya;
– Struktur organisasi memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
– Telah terdapat program pelatihan dan memiliki tujuan yang jelas.
Proses Penilaian Risiko

Proses penilaian risiko pada program ”kurang memadai”. Kelemahan-kelemahan yang dijumpai
adalah sebagai berikut:

– Tim Koordinasi Provinsi, Tenaga Ahli Provinsi, dan Tenaga Ahli Kabupaten belum mengidentifikasi
titik kritis dari pelaksanaan Program Inovasi Desa yang berisiko paling besar;

– Tim Koordinasi Provinsi dan Tenaga Ahli Provinsi/Kabupaten belum merumuskan cara untuk
mengantisipasi, mengidentifikasi, dan merespon risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan program.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas Pengendalian pada program ”cukup memadai” yang terlihat dari:
– Tim Koordinasi Pusat dan Provinsi telah melakukan pembinaan terhadap para pelaku program dalam
lingkup koordinasinya (provinsi, kabupaten, sampai dengan desa);
– Terdapat pemisahan fungsi yang terkait antara otorisasi dengan pemrosesan, pencatatan, pembayaran,
serta fungsi-fungsi pengamanan (custody) aset;
– Terdapat otorisasi atas transaksi/kegiatan yang dilaksanakan;
– Penanggungjawab Kegiatan (Satker) telah menyusun, menginformasikan dan mengkomunikasikan
pertanggungjawabannya kepada seluruh pemangku kepentingan;
– Tersedia dokumentasi atas kebijakan dan prosedur serta transaksi.
Kelemahan yang masih dijumpai adalah sebagai berikut:
– Tidak adanya indikator kinerja yang jelas dalam Program Inovasi Desa;
– Masih ada sisa dana yang belum Disetor Ke Rekening Kas Negara dan LPJ yang belum diserahkan oleh
TPID;
– Terdapat pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Sistem Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi dan komunikasi pada program ”kurang memadai”, Kelemahan-kelemahan yang
dijumpai adalah sebagai berikut:

– Belum ada sistem informasi dan aplikasi yang dibangun untuk pemangku kepentingan dan
kepentingan stakeholder yang berhubungan dengan pencapaian tujuan program;

– Belum efektifnya saluran komunikasi yang sudah ada guna mengetahui informasi terkait
perkembangan dan capaian/keberhasilan program.
Monitoring atas Pengendalian

Monitoring pengendalian pada program ”cukup memadai” yang terlihat dari:


– Pelaku Program secara berjenjang dan rutin melakukan pemantauan, pengawasan dalam bentuk
pemeriksaan (supervisi) dan evaluasi, serta perbaikan atas pelaksanaan program;
– Terdapat mekanisme untuk memastikan adanya penyelesaian atas temuan hasil audit dan hasil
pemantauan lainnya dengan segera;
– Telah dilakukan tindaklanjut yang sesuai dengan temuan dan rekomendasi audit serta reviu
lainnya.
Namun masih terdapat kelemahan yang dijumpai yaitu Lemahnya monev pada TPID dan TIK karena
tidak adanya program kerja pengawasan
Hambatan Pencapaian Target TA 2018

Pendeknya jangka waktu pelaksanaan PID (waktu efektif 4 bulan) sehingga dana
operasional TIK Tahap II (40%) pada 9 TIK, dan dana Monev TIK Tahap II (40%) pada
14 TIK tidak terserap
HASIL AUDIT
Permasalahan yang ditemukan adalah:
1. Kelebihan Pembayaran/Pertangungjawaban Penggunaan Dana Pada TPID dan TIK
kelebihan pembayaran honorarium peserta, dan pajak yang dipungut atas kegiatan
sosialisasi dan bursa inovasi desa belum disetor oleh bendahara
Penyebabnya adalah kekurangtelitian Bendahara dan Panitia Pelaksana sosialisasi
dan Bursa Inovasi Desa dalam memperhitungkan pertangungjawaban penggunaan
dana bantuan PPID.
(Lemahnya aktivitas pengendalian)
HASIL AUDIT
2. Sisa Dana di Tim Pelaksana Inovasi Desa Belum Disetor Ke Kas Negara

Penyebab: kelalaian TPID dalam menyetorkan sisa dana bantuan PPID, lemahnya
monitoring dan evaluasi oleh TIK kepada TPID serta lemahnya pendampingan dari
Tenaga Ahli Kabupaten
(Lemahnya aktivitas pengendalian dan penilaian resiko)
HASIL AUDIT
3. TPID Belum Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Dana PPID TA 2018
Masih terdapat 17 TPID dari 289 TPID penerima bantuan PPID TA 2018 yang belum
menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada Satker P3MD Aceh
Penyebabnya adalah kurangnya komitmen TPID untuk menyampaikan LPJ, serta
lemahnya monev/pengawasan dari TIK, Satker serta Konsultan Pelaksana Wilayah (KPW)
Provinsi.
(Lemahnya Monitoring dan aktivitas pengendalian)
HASIL AUDIT
4. Belum Terdapat Sistem Pemantauan Komitmen/Ide Desa Dalam RAPB Desa
- komitmen dan ide desa sebagai output bursa inovasi desa yang dilaksanakan pada 23
kabupaten/kota pada bulan Desember 2018, baru 13 kabupaten/kota yang telah
diinput/direkapitulasi data komitmen desa oleh Konsultan Pelaksana Wilayah (KPW)
Provinsi
- belum terdapat mekanisme pemantauan/pengawalan komitmen desa tersebut dalam
RAPB Desa, sehingga sampai dengan saat ini belum dapat diketahui secara riil berapa
jumlah komitmen/ide desa yang telah dimasukkan dalam RAPB Desa
Penyebabnya belum adanya sistem aplikasi/informasi (online) terkait PID yang dapat
menyajikan informasi progres pelaksanaan PID guna pemantauan keberhasilan program
kepada satker maupun stakeholder
(Lemahnya Sistem Informasi dan Komunikasi & penilaian resiko)
HASIL AUDIT
5. Pengadaan Paket Fullboard Belum Sesuai Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa
Penunjukan langsung untuk pengadaan jasa akomodasi, konsumsi dan fasilitas lainnya (paket
fullboard) diatas Rp200 juta oleh Pokja/ULP di Dirjen P3MD Jakarta
Penyebab :
- tidak adanya anggaran (honorarium) lelang untuk Pokja/ULP pada DIPA Satker P3MD Aceh
pada TA 2018 menyebabkan Pokja/ULP Provinsi menolak secara lisan rencana paket
pelelangan Satker P3MD Aceh. Pokja/ULP Provinsi lebih memprioritaskan proses
pengadaan dari sumber dana APBA (APBD Aceh)
- Karena keterbatasan waktu satker mengusulkan agar pengadaan/pelelangan dilaksanakan
oleh Pokja/ULP di Dirjen P3MD, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi di Jakarta

(Lemahnya penilaian resiko dan aktivitas pengendalian)


HASIL AUDIT
6. Kelemahan Administrasi Laporan Pertanggungjawaban TPID

hasil uji petik laporan pertanggungjawaban bantuan dana PPID Tahun 2018 pada TPID di
Kabupaten Aceh Besar, Aceh Tengah, dan Bener Meriah, terdapat kelemahan administrasi
dalam laporan pertanggungjawaban penggunaan dana.

Penyebab : lemahnya verifikasi laporan pertanggungjawaban TPID oleh TIK dan lemahnya
pendampingan dari Tenaga Ahli Kabupaten
(Lemahnya aktivitas pengendalian dan monitoring)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai