Anda di halaman 1dari 79

FLOATING DRUG

DELIVERY SYSTEM

BY :
T. Ismanelly Hanum, M.Si.,Apt
Tujuan umum perkuliahan :
Mahasiswa dapat menjelaskan dan memecahkan persoalan yang
berhubungan dengan Floating drug delivery system

Tujuan Khusus:

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian floating drug delivery system

Menjelaskan klasifikasi floating system

Menjelaskan keuntungan dan kelemahan floating system

Menerapkan prinsip- prinsip dalam memformulasi sediaan floating system

Mengevaluasi formulasi sediaan floating system berdasarkan fenomena


fisikokimia yang berkaitan
GASTRORETENTIVE SYSTEM
Salah satu bentuk sediaan lepas terkendali oral yang
memungkinkan obat untuk tinggal lebih lama di saluran
GIT bagian atas adalah :

sediaan dengan sistem penghantaran obat tertahan di


lambung (Gastroretentive System)
• Obat yang memiliki lokasi absorbsi
utama di lambung atau usus bagian atas
Zat aktif yang cocok • Tidak stabil pada lingkungan usus halus
digunakan atau kolon
• Memiliki kelarutan rendah pada pH
tinggi

Bentuk sediaan gastroretentive ini dapat mengatur pelepasan obat


yang memiliki indeks terapetik sempit dan absorbsi yang baik di
lambung
Approaches for prolonging the
gastric residence time:

 High-density systems.
 Floating systems.

 Swelling and expanding systems.

 Mucoadhesive & Bioadhesive


systems
Over the last 3 decades, various approaches have been
pursued to increase the retention of an oral dosage form
in the stomach. These systems include: Bioadhesive
systems, swelling and expanding systems, High density
systems, Floating systems.
diperk
enalka
n oleh
Davis peningkat
(1968) an gastric
residence
time
(GRT) dan
densitas pengurang
kecil obat an
dilepaskan fluktuasi
perlahan konsentra
Mampu tinggal di pada si obat
mengamb lambung kecepatan dalam
ang yang
3 -4 jam plasma
kemudian dapat
mengapun ditentuka
g n
SISTEM MENGAPUNG / FLOATING
DRUG DELIVERY SYSTEM

FDDS tetap mengapung


Sistem mengapung pada lambung dalam lambung tanpa
berisi obat yang pelepasannya mempengaruhi laju
perlahan-lahan dari sediaan yang pengosongan lambung
memiliki densitas yang rendah atau dan obat dilepaskan
floating drug delivery system perlahan pada
(FDDS) kecepatan yang
diinginkan dari sistem.
Bentuk floating
system banyak
diformulasi
dengan
menggunakan
matriks-matriks
hidrofilik dan
dikenal dengan
sebutan
hydrodynamically
balanced system
(HBS), karena saat
polimer berhidrasi
intensitasnya
menurun akibat
matriknya
mengembang, dan
dapat menjadi gel
di permukaan
bagian luar.
Formulasi bentuk sediaan ini harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:


1. Harus memiliki struktur yang cukup untuk
membentuk sebuah penghalang gel kohesif.
2. Harus menjaga berat jenis keseluruhan lebih
rendah dari isi lambung (1,004-1,010).
3. Harus larut perlahan sehingga sesuai sebagai
reservoir obat.
Pengembangan floating system berdasarkan
bentuk sediaan, sbb :

Tablet Chlorpheniramine maleate, Theophylline,


Furosemide, Ciprofloxacin, Captopril,
Acetylsalicylic acid,Nimodipine, Amoxycillin
trihydrate, Verapamil HCI, Isosorbide di nitrate,
Sotalol, Isosorbide mononitrate, Acetaminophen,
Ampicillin, Cinnarazine, Dilitiazem, Florouracil,
Piretanide, Prednisolone,Riboflavin- 5`Phosphate.

Kapsul Nicardipine, L-Dopa and benserazide,


chlordizepoxide HCI, Furosemide, Misoprostal,
Diazepam,Propranlol, Urodeoxycholic acid.

Mikrosf Verapamil, Aspirin, Griseofulvin, and p-


er nitroanilline, Ketoprofen, Tranilast, Iboprufen,
Terfenadine
Granul Indomethacin, Diclofenac sodium, Prednisolone

Film Cinnarizine
Drugs that could take • furosemide, cyclosporine, allopurinol
advantage of gastric
retention include: ciprofloxacin and metformin.

Obat yang kelarutan


rendah pd pH tinggi • chlordiazepoxide and cinnarizine,
di usus halus
Obat yang
cenderung terurai • captopril
pada pH usus

the drugs for local


action in the stomach • misoprostol

Antibiotics, catecholamines, sedative, analgesics, anticonvulsants,


muscle relaxants, antihypertensive and vitamins can be
administered in HBS dosage form.
POLIMER DAN BAHAN TAMBAHAN LAIN YANG
DIGUNAKAN UNTUK FORMULASI FDDS ADALAH SBB:

Hidrokoloid (20% -
75%) : dapat berupa • gom hidrofilik
sintetik, anionik atau
non-ionik
• Akasia, pektin, kitosan, agar, kasein,
modifikasi bentonit, veegum, HPMC (K4M,
derivat selulosa. K100M dan K15M), gom gellan
(Gelrite®), Na CMC, MC, HPC
Bahan Lemak inert
(5% - 75%): Edible,
bahan lemak inert Bj
< 1 digunakan untuk
mengurangi sifat • Beeswax (Cera), asam lemak, lemak
hidrofilik dari alkohol rantai panjang, Gelucires®
formulasi dan 39/01 dan 43/01.
sebaliknya dapat
meningkatkan
keterapungan.
POLIMER DAN BAHAN TAMBAHAN LAIN YANG
DIGUNAKAN UNTUK FORMULASI FDDS ADALAH SBB:

Bahan effervescent
• NaHCO3, asam sitrat, asam tartrat,
diNatrium Glisin Karbonat, Sitroglisin.

Meningkatkan
kecepatan pelepasan • laktosa, manitol
(5% - 60%)

Memperlambat • Dikalsium phospat, talk, magnesium


kecepatan pelepasan
(5% - 60%) stearat

Bahan meningkatkan
keterapungan (di atas • metil selulosa
80%)

Bahan densitas • serbuk busa polypropilen (Accurel MP


rendah 1000®)
Bergantung pada mekanisme keterapungan terdapat
jelas 2 perbedaan teknologi yang telah digunakan
pada pengembangan FDDS

system non effervescent dan sistem effervescent (gas


generating systems)

System Non-effervescent Floating


Menggunakan pembentuk gel atau selulosa yg
mengembang tipe hidrokoloid, polisakarida dan
polimer pembentuk matrik spt polikarbonat,
poliakrilat, polimetakrilat dan polistiren
Metode formulasi : pencampuran obat dengan
pembentuk gel hidrokoloid.
System Non-effervescent Floating

Setelah pemberian oral bentuk


sediaan ini mengembang saat kontak
dengan cairan lambung dan
mempertahankan bentuk integritas
relatif dan densitas tetap < 1 dalam
permukaan luar barier gelatin

Selain itu, struktur gel Udara yang


bertindak sebagai reservoir terperangkap dalam
untuk pelepasan obat polimer yang
terkendali (SR) karena obat mengembang
secara perlahan dilepaskan menyebabkan bentuk
oleh difusi terkontrol melalui sediaan mengapung.
penghalang (barier) gelatin
Sistem Non-effervescent ini dapat
dibagi dalam 4 sub-type

1. Sistem 2. Sistem
Barier Gel Kompartment
Koloid Mikropori

3. Butiran 4. Mikrosfer
Alginat Berongga
(Alginate (Microbaloons
Beads)
1. Sistem Barier Gel Koloid

Termasuk sediaan sistem unit tunggal

Biasa diberikan dalam bentuk HBS kapsul

Sistem mengandung obat dengan hidrokoloid


pembentuk gel yang dimaksudkan untuk
mempertahankan keterapungan sediaan dalam isi
lambung.
Sistem ini memperpanjang GRT dan memaksimalkan
jumlah obat yang mencapai tapak absorbsinya dalam
bentuk larutan yang siap diabsorbsi.
1. SISTEM BARIER GEL KOLOID
Sistem ini menggabungkan • hidroksipropil selulosa, hidroksietil selulosa, HPMC,
satu atau lebih selulosa tipe • polisakarida dan polimer pembentuk matriks
hidrokoloid pembentuk gel • seperti policarbofil, poliakrilat dan polistiren,
yg sangat larut agar, karagenan, as. alginat

Saat kontak dengan cairan • dan membentuk barier gel koloid disekitar
lambung, hidrokoloid pada permukaannya yang menyebabkan
sistem berhidrasi mengapungnya sediaan dalam waktu yang lama

Sediaannya • Madopar LP®, dipasarkan thn 1980’s

Penyampaian obat efektif bergantung pada keseimbangan


pengisian obat dan efek polimer pada profil.
2. SISTEM KOMPARTMENT MIKROPORI

Teknologi ini berdasarkan


pada enkapsulasi reservoir
obat di dalam kompartment
mikropori dengan pori di
sepanjang dinding atas dan
bawah

Dinding di sekeliling
kompartment reservoir obat
sepenuhnya ditutup untuk
mencegah adanya kontak
langsung permukaan
lambung dengan obat yang
tak terlarut.
Pada lambung,
floatation chamber
mengandung udara
yang terperangkap
menyebabkan sistem
mengapung di atas isi
lambung.

Cairan lambung masuk


melalui celah,
melarutkan obat dan
membawa obat yang
larut untuk melanjutkan
Gambar 3. Gas filled transport obat di usus
floatation chamber untuk diabsorbsi.
3. Butiran Alginat (Alginate Beads)
Bentuk sediaan floating unit ganda telah dikembangkan dari kalsium
alginat beku kering.
Tetesan bulat dengan diameter 2,5 mm dapat dibuat dengan cara
meneteskan larutan Natrium Alginat ke dalam larutan encer Kalsium
Klorida pengendapan Kalsium Alginat.

Tetesan kemudian dipisahkan,

membeku cepat pada nitrogen cair

dibekukeringkan pada -40oC selama 24 jam,

menyebabkan pembentukan sistem pori, yang dapat mempertahankan


kekuatan mengapung selama 12 jam.
Tetesan floating ini memberikan waktu tinggal yg lebih panjang lebih dari
5,5 jam.
Dibandingkan dengan Non-floating beads memiliki waktu tinggal dalam
lambung lebih singkat dengan onset waktu pengosongan lambung sekitar
1 jam.
4. Mikrosfer Berongga (Microbaloons)

Mikrosfer berongga diisi dengan obat pada bagian


luar cangkang polimer dibuat dengan cara metode
difusi pelarut emulsi.

Larutan obat dan polimer akrilik enterik (Eudragit)


dalam campuran etanol + diklorometan dituangkan ke
dalam fase air mengandung PVA 0,75% dan diaduk terus
menerus emulsi o/w , dimana suhunya diatur 40oC.

Mikrosfer yg diperoleh disaring, dicuci dan


dikeringkan
4. MIKROSFER BERONGGA (MICROBALOONS)

Difusi dan evaporasi profil etanol dan diklorometan  difusi cepat


etanol dari droplet ke dlm fase air, yg mengurangi kelarutan
polimer pd droplet krn sifat tak larut eudragit dlm diklorometan

Presipitasi polimer cpt tjd pd permukaan droplet  cangkang spt


film yg menutupi diklorometan dan obat

Mikrobaloon mengapung secara kontinyu pada permukaan


media disolusi asam yang mengandung surfaktan selama lebih
dari 12 jam.
Sistem ini • seperti metilselulosa dan
menggunakan polisakarida seperti kitosan.
matrik dari
polimer yang • Bhn effervescent : NaHCO3,
mengembang as.tartrat dan as.sitrat

Perbandingan asam sitrat dan NaHCO3 = 0.76: 1

Matriks yang mengandung air yang berubah menjadi


gas pada suhu tubuh
Pendekatan lain dan bahan-bahan lain yang
pernah dilaporkan seperti :

Campuran sodium
• multiple unit floating dosage
alginate dan
yang menghasilkan gas saat
sodium
bicarbonate dicerna

• inti sodium bicarbonate, lactose


floating mini dan polyvinylpyrrolidone (PVP)
capsules dengan disalut dengan hydroxypropyl
methylcellulose (HPMC)

floating system based on ion exchange resin


technology etc
• masuk ke dalam obat dan
Diformulasikan
sedemikian rupa • terjadi reaksi yang
sehingga ketika menghasilkan gas CO2 dan
obat kontak • gas diperangkap dalam lapisan
dengan isi asam gel polimer hidrokoloid yang
lambung, asam mengembang yang
lambung akan
• menyebabkan bentuk sediaan
menembus polimer
dan akan terapung dan tertahan di
lambung.

Lapisan gel polimer berperan penting dalam mempertahankan


keterapungan untuk melepaskan obat secara terkendali.
• ukuran partikel
Jumlah dan jenis • kemampuan mengapung
bahan pembentuk • struktur pori
gas memiliki efek
• morfologi
yang besar
• kecepatan pelepasan
terhadap
• kekuatan sediaan tersebut.

• menghasilkan tablet 1 lapis atau


Komponen CO2 tablet 2 lapis yang dapat
yang dihasilkan
dikempa yang mengandung
bercampur sangat
baik dengan matrix mekanisme menghasilkan gas
tablet pada 1 hidrokoloid berlapis dan
obat pada lapisan lainnya

diformulasikan untuk mendapatkan efek SR.


2. SISTEM EFFERVESCENT (GAS GENERATING SYSTEMS)
Tipe unit ganda pil yang mengapung dan
menghasilkan gas telah dikembangkan
Sistem terdiri dari pil SR sebagai inti yang
dikelilingi oleh 2 lapisan.
Lapisan terdalam = lapisan effervescent
mengandung NaHCO3 dan asam tartrat.
Lapisan terluar = lapisan membran yang
mengembang
2. Sistem effervescent (gas generating systems)

Gambar 5. a) Different layers i) Semi-permeable membrane, ii) Effervescent Layer iii) Core pill
layer b) Mechanism of floatation via CO2 generation.

Lapisan effervescent dibagi dalam 2 lapisan untuk mencegah kontak


langsung antara NaHCO3 (lapisan dalam) dan asam tartrat (lapisan
luar)

Saat sistem dimasukkan dalam larutan buffer pada suhu 37oC, mulanya
akan tenggelam dalam larutan kemudian membentuk pil yang
mengembang seperti balon (densitas, 1 g/ml)
3. RAFT FORMING SYSTEM
Mekanismenya : pembentukan gel kohesif kental
dengan cairan lambung, dimana tiap bagian cairan
mengembang membentuk lapisan bertingkat raft
Raft ini mengapung pada cairan lambung karena
densitas yg rendah dari pembentukan CO2.
3. Raft Forming System

Sistem mengandung bahan pembentuk


gel (asam alginat), NaHCO3
(bertanggung jawab thdp pembentukan
CO2  sistem lebih ringan dan
mengapung) dan penetral asam,
 yang membentuk busa gel Na alginat
(raft) jika kontak dengan cairan lambung
dan mencegah reflux (mengalir ke) isi
Gambar 6. Diagram Raft lambung (mis: asam lambung) ke dalam
Forming System
esofagus yg bertindak spt penghalang
antara lambung dan esofagus.
3. RAFT FORMING SYSTEM
Produk patent dari Reckitt dan Colman Ltd.
memformulasikan pembentukan raft untuk
tritmen infeksi Helicobacter pylori pada GIT.
Komposisinya : obat, asam alginat, NaHCO3,
Kalsium karbonat, mannitol dan pemanis.
Bahan-bahan ini digranulasikan dan asam
sitrat ditambahkan pada granul.
Formulasi menghasilkan effervescent dan
beraerasi membentuk raft, membuatnya
mengapung.
PENGARUH BERAGAM FORMULASI PADA SIFAT FLOATING
Efek dari variasi tipe HPMC  Kinetika floating

Variasi rasio HPMC / carbopol dan penambahan Mg Stearat  sifat floating

Digunakan kapsul HBS dengan densitas yang berbeda

Penambahan Mg Stearat  meningkatkan sifat floating secara signfikan

HPMC  kemampuan floating >>tp pengaruhnya tidak signifikan

Besarnya rasio HPMC : Carbopol  sifat floating lebih baik

Carbopol memiliki efek neagtif pada sifat floating


PENGARUH BERAGAM FORMULASI PADA
SIFAT FLOATING
Formulasi floating menggunakan polimer yang
mengembang seperti HPMC dan HPC tidak
reprodusibiltas pada :
pelepasan dan waktu tinggal
karena pengembangan sangat bergantung pada:
isi lambung dan osmolaritas medium
Formulasi tertentu akan tenggelam pada medium
disolusi setelah waktu tertentu.
Lag time floating pada formulasi tsb = 9 – 30
menit
Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat
floating

 Kemampuan pembentukan gel dan kekuatan


gel polisakarida bervariasi dari batch ke
batch karena variasi pada panjang rantai dan
tingkat substitusi dan situasi ini diperburuk
pada formulasi effervescent dengan
gangguan dari struktur gel melalui evolusi
CO2.
Pengaruh Beragam Formulasi pada Sifat floating
Suatu studi menjelaskan pengaruh 3 bahan pengisi
yaitu Mikrokristalin selulosa (MCC), dikalsium pospat
dan laktosa (SL) pada sifat floating dari tablet bersalut.

SL DKP

• Mengapung lebih cepat • Mengapung lebih lambat


(b.pengisi anorganik)
• Bj = 1 g/cm3
• Bj = 1,9 g/cm3
Laktosa memiliki kelarutan dalam air lebih tinggi dan menunjukkan
aktivitas osmotik dan asupan dari medium lebih cepat pada inti
tablet selama penyalutan.

MCC, pengisi yang tidak larut dengan uptake air yang lebih tinggi
dan kemampuan desintegrasi, mengakibatkan robeknya penyalutan
dan desintegrasi tablet, CO2 tidak berakumulasi pada penyalutan
dan lepas melalui lapisan film yang robek, sehingga floating tidak
terjadi.
Applications

Recent study indicated that


the administration of • more effective compared to normal
tablets in controlling the blood pressure
diltiazem floating tablet of hypertensive patient.
twice a day might be

Madopar® HBS-
containing L-dopa • was released and absorbed over a period
of 6-8 hour and maintain substantial plasma
and benserazide- concentration for parkinson’s patients.
here drug

Cytotech® --
containing misoprostol, • non-steroidal
for prevention of gastric ulcers caused by
anti-inflammatory drugs
a synthetic (NSAIDS).
prostaglandin- E1
5-Fluorouracil has been • evaluated in patients with stomach
successfully neoplasm.

• provides a better delivery system and


Developing HBS dosage
formfor tacrine reduces its GI side effects in
alzheimer’s patients.

Treatment of gastric and


duodenal cancers.

Alza corporation has • which showed prolong residence time in a


developed a dog model as the product remain in the
gastroretentive platform stomach at 12 hrs. post dose and was
for the OROS® system frequently present at 24 hrs.
Table → Marketed Products of GRDDS
Brand name Delivery system Drug (dose) Company
name
Valrelease® Floating capsule Diazepam (15mg) Hoffmann-
LaRoche,
USA
Madopar® HBS Floating, CR Benserazide (25mg) and Roche
(Prolopa® HBS) capsule L-Dopa (100mg) Products,
USA
Liquid Gaviscon® Effervescent Al hydroxide (95 mg), GlaxoSmithkl
Floating Mg Carbonate (358 mg) ine, India
liquid alginate
preparations
Topalkan® Floating Al – Mg antacid Pierre Fabre
liquid alginate Drug, France
preparation
Table → Marketed Products of GRDDS
Brand name Delivery system Drug (dose) Company
name
Almagate Floating dosage Al – Mg antacid -----------
Flot coat® form
Conviron® Colloidal gel Ferrous sulphate Ranbaxy,
forming FDDS India
Cytotech® Bilayer floating Misoprostol Pharmacia,
capsule (100µg/200µg) USA
Cifran OD® Gas-generating Ciprofloxacin (1gm) Ranbaxy,
floating form India
EVALUASI FLOATING DRUG DELIVERY SYSTEM
Berbagai parameter yang perlu dievaluasi
pengaruhnya terhadap GRT dari formulasi
keterapungan terutama dapat dikategorikan ke
dalam kelas yang berbeda sebagai berikut :
Parameter galenik/fisik : ukuran diameter,
flexibilitas dan BJ matriks
Parameter kontrol : Waktu floating, dissolusi,
Specific gravity, keseragaman kandungan dan
kekerasan dan friabilitas (jika tablet).
Parameter fisiologi : Usia, jenis kelamin, postur
tubuh dan makanan
Tes keterapungan dan pelepasan obat secara invitro
dilakukan pada cairan lambung dan usus buatan,
suhu konstan pada 37oC.
Pada prakteknya waktu floating ditentukan oleh alat
disentrigator USP mengandung 900 ml 0,1 N HCl
sebagai medium percobaan dipertahankan suhu
pada 37oC. Waktu yang dibutuhkan sediaan HBS
untuk mengapung disebut floatation time.
Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat
disolusi USP. Sampel diambil secara periodik dari
medium disolusi, diisi ulang dengan medium baru
volume yang sama setiap kali, dan dianalisa isi
obatnya setelah pengenceran yang tepat. (Uji
pelepasan obat)
UJI DISOLUSI MENURUT GOHEL ET AL., 2004

Tablet dimasukkan ke dalam Bekerglass (dimodifikasi


untuk disolusi seperti pada Gambar ), yang berisi
media disolusi larutan HCl pH 3,0 sebanyak 100 mL
dengan suhu 37±0,5.º.C.
Stirrer dijalankan dengan kecepatan pengadukan 50 rpm
selama 5 jam.
Larutan disampling sebanyak 5,0 mL pada waktu tertentu.
Kadar ditetapkan dengan metode spektrofotometri.
Gambar 7 . Desain alat disolusi untuk floating
(Gohel et al., 2004).
Uji Floating
Pengamatan sifat mengembang
dan mengapung dilakukan secara
visual, dengan cara:
tablet dimasukkan dalam beker gelas
100 mL yang berisi larutan HCl pH 3,0.
Diamati sifat pengembangan dan
pengapungannya selama 5 jam.
Gambar 7. Uji floating tablet lepas lambat
propanolol HCl jam ke-0

Gambar 8 .Uji floating tablet lepas lambat


propanolol HCl jam ke-3
Gambar 9. Uji floating tablet lepas lambat propanolol HCl
jam ke-5
Angka tersebut jelas
menunjukkan floating lagtime
(2 menit) dari tablet Ranitidin
HCl dan kecenderungan
mengambang dan bengkak
dari formulasi. Tablet
membengkak secara radial
dan aksial. Diameter radial
rata-rata setelah 8 jam
adalah 15 ± 0,3 mm,
sedangkan ketebalannya 7,5
± 0,4 mm. Angka itu juga
menunjukkan bahwa tablet
tetap melayang selama 8
jam, tetapi tablet itu benar-
benar melayang sepanjang
Gambar 10. Uji floating Ranitidin HCl seluruh penelitian.
Berat jenis FDDS dapat ditentukan dengan

metode pemindahan menggunakan benzen analitik


sebagai media pengganti.
BJ awal (Bentuk kering) dari sediaan dan perubahan
kekuatan floating dengan waktu harus ditandai
sebelum perbandingan in vivo antara Unit Floating
(F) dan unit non floating (NF).
Selanjutnya optimalisasi formulasi floating harus
segera direalisasi dalam hal stabilitas dan daya tahan
kekuatan floating yang dihasilkan, sehingga
menghindari variasi dalam kemampuan floating yang
mungkin terjadi selama dalam studi in vivo.
Uji berat resultan:
Alat ukur in vitro telah disusun untuk menentukan
kemampuan floating yang sebenarnya dari sediaan
yg mengapung sebagai fungsi dari waktu.
Uji ini mengukur gaya ekivalen dengan gaya F
yang dibutuhkan untuk menjaga objek benar-
benar tenggelam dalam cairan.
Gaya ini menentukan berat resultan dari objek
ketika tenggelam dan dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan mengapungnya atau tak-
mengapung.
Besar dan arah gaya dan berat resultan sesuai
dengan jumlah vektorial dari keterapungan (F
apung) dan gaya gravitasi (F grav) yang bekerja
pada objek seperti pada persamaan :
F = F apung – F grav
F = d f g V – d s g V = ( d f – d s ) gV
F = (d f – M / V) gV

Dimana
F = gaya vertikal total (berat resultan objek)
g = percepatan gravitasi
d f = densitas fluida
d s = densitas objek
M = massa objek
V = Volume objek
Berat resultan (+) menandakan bahwa gaya F
diberikan ke atas dan objek itu mampu
mengambang.

Berat resultan (-) berarti bahwa gaya F ke bawah


dan benda tenggelam.

Persimpangan dari garis dasar nol oleh kurva


berat resultan dari (+) terhadap nilai-nilai (-)
menunjukkan transisi dari bentuk sediaan dari
kondisi floating ke non floating.

Perpotongan garis pada sumbu waktu sesuai


dengan waktu floating bentuk sediaan.
Gambar 11 . Pengaruh berat resultan selama proses pengapungan pada
sediaan FDDS.
 Keseragaman kandungan, Kekerasan, Kerapuhan
(Tablet)
 Pembebanan obat, efisiensi penjerapan obat,
analisis ukuran partikel, karakterisasi permukaan
(untuk floating mikrosfer dan beads):
 Pembebanan obat dinilai dengan menghancurkan
sampel yang ditimbang secara akurat dari manik-
manik atau mikrosfer dalam mortar dan
ditambahkan ke media disolusi yang tepat yang
kemudian disentrifugasi, disaring dan dianalisis
dengan berbagai metode analitik seperti
spektrofotometri.
 Persentase pemuatan obat dihitung dengan
membagi
 jumlah obat dalam sampel dengan total berat
manik-manik (beads) atau mikrosfer.
Morfologi permukaan diamati dengan Scanning Electron
Microscopy (SEM)
Untuk memberikan informasi secara kualitatif pengamatan
fisik yang berhubungan dengan daerah permukaan.
Penyiapan Analisis SEM :
Sampel sudah di vakum tinggi selama proses penyalutan
emas, supaya sampel menjadi konduktif
SEM 1 shows size range of floating SEM 2 shows smooth texture of
microspheres. floating microspheres.
SEM3 shows dents on the SEM4 shows surface morphology of
surface. floating microspheres
Pada studi invivo sediaan floating yang tertahan di lambung
biasanya ditentukan dengan gamma scntigraphy atau
roentgenography.
Penelitian dilakukan pada subjek manusia muda dan sehat,
baik dilakukan pada kondisi berpuasa atau tidak
menggunakan sediaan floating dan non-floating (kontrol)
γ- Scintigraphy
Merupakan metode evaluasi FDDS yang modern untuk
mengevaluasi formulasi gastroretentive pada sukarelawan sehat
Emisi γ radioisotop dicampurkan ke dalam CR-DFs (Cathoda Ray
direction Finder)
Sejumlah isotop stabil mis. 152 Sm dicampurkan ke dalam DF
selama pembuatan.
Digunakan untuk membantu memantau lokasi bentuk sediaan
dalam GIT dan dapat memprediksi dan menghubungkan waktu
pengosongan lambung dan lintasan bentuk sediaan pada GIT.
Kelemahannya : pasien terkena radiasi pengion, terbatasnya
informasi topografi, teknik resolusi rendah, pemakaiannya sulit
dan persiapan radiofarmasinya mahal.
Radiology
Metode ini sebagai evaluasi preklinis dari
gastroretentivity.
Lebih unggul dibandingkan γ- Scintigraphy karena lebih
sederhana dan lebih murah.
Bahan pengkontras biasanya digunakan Barium sulfat.
Gastroscopy
endoskopi oral menggunakan fiberoptic dan video
Digunakan untuk memeriksa secara visual efek
memperlambat waktu tinggal FDDS dalam lambung.
Ultrasonography (USG)
Gelombang ultrasonik merefleksikan secara substansial
perbedaan suara melalui permukaan dan menampilkan
organ perut
Karakterisasi meliputi penilaian lokasi intragastrik dari
hidrogel, penetrasi pelarut ke dalam gel dan interaksi
antara dinding lambung dan FDDS selama peristalsis.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Peralatan yang bernilai pada penelitian GIT untuk
menganalisis pengosongan lambung, motilitas dan
distribusi intragastrik bahan makanan dan model
obat
 Keuntungannya : kontras jaringan lunak tinggi,
resolusi spasial dan temporal yang tinggi, tidak
menimbulkan radiasi.
APLIKASI FDDS

FDDS menawarkan aplikasi untuk obat yang


memiliki bioavalabilitas rendah karena sempitnya
daerah absorbsi pada bagian atas GIT.
FDDS mempertahankan bentuk sediaan pada tapak
absorbsi dan juga meningkatkan bioavailabilitas.
Dapat diringkas sebagai berikut :
1. Sustained drug delivery
Sistem HBS tetap berada di lambung dalam
periode yang lama dan karenanya dapat
melepaskan obat dalam jangka waktu lama.
Masalah waktu tinggal di lambung yang singkat dihadapi
dengan formulasi CR oral maka dapat diatasi dengan sistem
ini.
Sistem ini memiliki bulk density < 1 , sehingga sistem ini
dapat mengapung pada isi lambung. Sistem ini ukurannya
relatif besar sehingga tidak dapat melewati pilorus.
Misalnya kapsul floating SR nikardipin hidroklorida
dikembangkan dan dievaluasi secara in vivo. Formulasi
dibandingkan dengan sediaan kapsul MICARD yg tersedia di
pasaran dengan menggunakan kelinci.
Kurva konsentrasi plasma dengan waktu pada pemberian
kapsul floating SR menunjukkan durasi yang lebh lama (16
Jam) dibandingkan dengan kapsul MICARD konvensional (8
Jam).
2. Penyampaian Obat Pada tapak Khusus
Sistem ini sangat menguntungkan untuk obat
yang khusus diabsorbsi dari lambung atau bagian
proksimal usus halus, seperti Riboflavin dan
furosemid.
Misalnya furosemid terutama diabsorbsi dari
lambung diikuti oleh duodenum.
Telah dilaporkan bahwa sediaan floating monolitik
dengan waktu tinggal di lambung yg lama
dikembangkan dan bioavailabilitas meningkat.
Pada sediaan tablet floating AUC diperoleh sekitar
1,8 x daripada tablet furosemid konvensional.
3. Peningkatan Absorbsi
Obat yang memiliki bioavailablitas rendah karena
tapak absorbsi khusus dari bagian atas GIT adalah
kandidat potensial untuk diformulasikan sebagai
FDDS sehingga memaksimalkan absorbsinya.

Misalnya pada bentuk sediaan floating dapat


dicapai peningkatan bioavailabilitas yg signifikan
(42,9%) dibandingkan dengan sediaan tablet
LASIX yang tersedia di pasaran (33,4%) dan
produk salut enterik LASIX-long (29,5%).
Keuntungan FDDS
1. Sistem Gastroretentive menguntungkan untuk obat yang
diabsorbsi di lambung
Misal : Garam Fero, Antasida
2. Formulasi HBS berguna untuk zat asam seperti aspirin
(obat sejenis lainnya) yang dapat menyebabkan iritasi
bila kontak dengan dinding lambung.
3. Pemberian sediaan floating seperti tablet atau kapsul
yang dapat memperpanjang pelepasan obat akan
mengakibatkan disolusi obat pada cairan lambung.
Sediaan tersebut melarut dalam cairan lambung sesuai
untuk absorbsi pada usus halus setelah pengosongan
isi lambung. Sehingga diharapkan obat akan
sepenuhnya diabsorbsi dari sediaan floating jika tetap
dalam bentuk larutan bahkan pada pH basa dari usus.
4. Sistem gastroretentiv menguntungkan untuk
obat yang dimaksudkan untuk aksi lokal di
lambung seperti antasida.
5. Ketika ada gerakan usus yang kuat dan waktu
tinggal obat yang singkat seperti keadaan
diare, absorbsi obat yang sedikit diharapkan.
Pada keadaan seperti ini mungkin
menguntungkan untuk menjaga obat dalam
kondisi mengapung pada lambung untuk
mendapatkan respon yang lebih baik.
Kelemahan FDDS :

1. Sistem Floating tidak layak untuk obat-


obatan yang memiliki masalah dalam
kelarutan atau stabilitas pada GIT
2. Sistem ini membutuhkan cairan level tinggi
pada lambung untuk penyampaian obat
mengapung dan tersalut dengan baik.
3. Obat yang diserap secara signifikan di
seluruh GIT, hanya yang mengalami
metabolisme lintas pertama kandidat yang
diinginkan.
4. Beberapa obat yang termasuk pada sistem
floating menyebabkan iritasi pada mukosa
lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, hal.1085.

Ansel, C.H, 1998, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Jakarta, hal. 784-785

Arora S, Ali J, Aluja, Khar RK, Baboota S, 2005, Floating Drug Delivery Systems,
Review, AAPS, Pharm Scitech, 2005 : 06 (03), E372. DOI. 10.1208

Chawla, G., Gupta, P., Koradadia,V., Bansal, A. K., 2003, Gastroretention: A


Means to Address Regional Variability in Intestinal Drug Absorption, Pharmaceutical
Technology, 50-60, http://www.pharmtech.com (diakses 11 September 2005).

Garg, S., and Sharma, S., 2003, Gastroretentive Drug Delivery Systems, Business
Briefing pharmatech,160-164, http://www.touchbriefings.com (diakses 30
November 2005)
DAFTAR PUSTAKA
R Garg*, GD Gupta, 2008, Progress in Controlled Gastroretentive Delivery
Systems, http://www.tjpr.org (diakses 6 Agustus 2010) J.Pharmaceutical
Research 7 (3): 1055-1066

Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th ed, Vol. II, Mack
Publsihing Company, Pennsylvania, 1016.

Gohel, M. C., Mehta, P. R., Dave, R. K., Bariya, N. H., 2004, A More Relevant Dissolution Method For
Evaluation of Floating Drug Delivery System, Dissolution Technologies, Vol. 11, Issue 4, 22-26

Kavitha K, Sudhir, K, Yadav ,2008, The Need of Floating Drug Delivery System: A Review, J.
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, Bharathi College of Pharmacy, Bharathi Nagar,
India

Moes, A. J., 2003, Gastric Retention System for Oral Drug Delivery System, Business Briefing
pharmatech, 157-159, http://www.touchbriefings.com (diakses 21 September 2005).

Patil, et.al, 2005, Trends in Floating Drug Delivery Systems. J.Sci.Ind.Res 65 (1), 11-21
Table 1. Marketed Preparations of Floating Drug
Delivery Systems59
Drug (Polymer Floating Media/Dissolution Medium and Method
Used)

Pentoxyfillin 500 mL of artificial gastric fluid pH 1.2 (without pepsin) at 100


(HPMC K4 M) rpm using USP XXIII dissolution apparatus. The time taken by the
tablet to emerge on the water surface (floating lag time) and time
until it floats on water surface was measured.
Amoxicillin For dissolution: 900 mL of deaerated 0.1 M HCl (pH 1.2) at 37ºC
beads ± 1ºC in USP XXII dissolution tester at 50 rpm.
(Calcium
alginate)
Ketoprofen 20 mL of simulated gastric fluid without pepsin, 50 mg of floating
(Eudragit S100 microparticles in 50-mL beakers were shaken horizontally in a
Eudragit RL) water bath.
% age of floating micro particles was calculated.
For dissolution: 900 mL of either 0.1 N HCl or the phosphate buffer
(pH 6.8) at 37ºC ± 0.1ºC in USP dissolution apparatus (I) at 100
rpm.
Verapamil 30 mL of 0.1 N HCl (containing 0.02% wt/wt
(Propylene foam, Tween 20), pH 1.2. Floatation was studied by
Eudragit RS, placing 60 particles into 30-mL glass flasks.
ethyl cellulose, poly Number of settled particles was counted.
methyl meth acrylate)
Captopril 900 mL of enzyme-free 0.1 N HCl (pH 1.2) in USP
(Methocel K4M) XXIII apparatus II (basket method) at 37ºC at 75
rpm.
Theophylline 0.1 N HCl in USP XXIII Apparatus II at 50 rpm at
(HPMC K4M, 37°C.
Polyethylene oxide) Its buoyancy to upper 1/3 of dissolution vessel was
measured for each batch of tablet.
Furosemide For dissolution: continuous flow through cell gastric
(β Cyclodextrin, HPMC fluid of pH 1.2, 45–50 m N/m by adding 0.02%
4000, HPMC Polysorbate 20 (to reduce the surface tension), the
100,CMC, flow rate to provide the sink conditions was 9mL/min.
Polyethylene glycol)
Aspirin, Griseofulvin, For dissolution: 500 mL of simulated gastric and
p-Nitro Aniline intestinal fluid in 1000-mL Erlenmeyer flask. Flasks
(polycarbonate, PVA) were shaken in a bath incubator at 37ºC.

Piroxicam (microspheres) For dissolution: 900 mL dissolution medium in USP


(Polycarbonate) paddle type apparatus at 37ºC at 100 rpm.

Ampicillin For dissolution: 500 mL of distilled water, JP XII


(Sodium alginate) disintegration test medium No.1 (pH 1.2) and No.2
(pH 6.8) in JP XII dissolution apparatus with paddle
stirrer at 50 rpm.
Diclofenac An aliquot of 0.1 g of granules was immersed in 40
(HPC-L) mL of purified water in a vessel at 37°C. Dried
granules were weighed and floating percentage of
granules was calculated.
For dissolution: flow sampling system (dissolution tester:
DT-300, triple flow cell) followed by 900 mL of
distilled water in JP XII with paddles at 37 ºC ± 0.5ºC
at 100 rpm.
Sulphiride For dissolution: 500 mL of each JP XII disintegration test
(CP 934P) medium No. 1 (pH 1.2) and No. 2 (pH 6.8) in JP XII dissolution
apparatus at 37º C at 100 rpm.
Amoxicillin For dissolution: 500–1000 mL (adequate to ensure sink
trihydrate conditions) of citrate/phosphate buffer of variable pH or solution
(HPC) of HCl (pH 1.2) in Erweka DT 6 dissolution tester fitted with
paddles.
Ibuprofen, For dissolution: 900 mL dissolution medium (disintegration test
Tranilast medium No. 1 (pH 1.2) and No. 2 (pH 6.8) as specified in JP XI
(Eudragit S) and as corresponding to USP XXI, paddle method at 37ºC at
100 rpm.
Isardipine For dissolution: Method 1:
(HPMC) 300 mL of artificial gastric fluid in a beaker, which was
suspended in water bath at 37ºC agitated by magnetic stirrer
and by bubbling CO2 free air.
Method 2:
500/1000 mL of 0.1 M HCl and surfactant lauryl sulfate
dimethyl ammonium oxide with rotating paddle at 50 rpm.
Potassium chloride For dissolution: tablet was mounted onto the perspex
(Metolose S.M. 100, holder except one face of the matrix was set flush with
PVP) one face of the holder at 37ºC and the other face of the
tablet was prevented from the dissolution media by a
rubber closure; good mixing was maintained in the
receiver by a magnetic stirrer at 100 rpm.
Verapamil For dissolution: water in USP XXIII dissolution apparatus
(HPC-H, HPC-M, (method II) at 50 rpm.
HPMC K15)
PABA 70 mL of 50 mM acetate buffer with various pH (1–5) or
(Ethyl cellulose viscosity (25–115 cps) in a 100-mL beaker at 37°C, 100
HPC-L) rpm.
% age of floating pills was calculated.
For dissolution: 50 mM acetate buffer (pH 4) in JP XI
dissolution tester with paddles at 37ºC at 100 rpm.
Tetracycline, 900 mL of 0.1 M HCl (pH 1.8) in USP dissolution
metronidazole, apparatus at 50 rpm. The duration of floatation was
bismuth salt observed visually.
(Polyox, HPMC K4)
Tranilast Microballoons were introduced into 900 mL of
(Acrylic disintegrating fluid solution no 1 (pH 1.2) containing
polymer, Tween 20 (0.02% wt/vol) in USP XXII apparatus at 100
Eudragit RS) rpm . Percentage buoyancy was calculated.
Sotalol Lag time required for the tablet to start floating on the
top of the basket in dissolution apparatus was measured
Furosemide Tablet were placed in a 400-mL flask at pH 1.2 and both
the time needed to go upward and float on surface of the
fluid and floating duration were determined.
Calcium A continuous floating monitoring system was conceived.
carbonate The upward floating force could be measured by the
(HPMC K4M, balance and the data transmitted to an online computer.
E4 M and Test medium used was 900 mL simulated gastric fluid (pH
Carbopol) 1.2) at 37ºC.

Anda mungkin juga menyukai