Anda di halaman 1dari 59

Latar Belakang

3
Tujuan

• Merancang desain micro grid tepat guna untuk sistem kelistrikan di


Natuna, Riau.
• Menetukan jumlah dan kapasitas micro grid yang optimal.
• Melakukan studi pemilihan lokasi micro grid yang tepat.
• Melakukan studi koneksi micro grid ke sistem yang sudah tersedia.
• Melakukan studi nilai investasi dan analisis ekonomi.
• Melakukan studi aliran daya setelah sistem interkoneksi

4
Metodologi Pelaksanaan

6
Peta Kelistrikan Natuna

7
Single Line Diagram Sistem Eksisting

8
Single Line Diagram Sistem Eksisting

9
Data Monitoring Beban

10
Data Monitoring Beban

11
Data Monitoring Beban

12
Data Monitoring Beban

13
Kondisi Beban Puncak
SUPPLAY DM
UNIT MERK
(kW) (kW)
MTU 1 700 800
MTU 2 0 0
PLTD RANAI MTU 3 610 800
MTU 4 605 800
Daihatsu 0 0
Cummins 1 805 850
Cummins 2 0 850
Cummins 3 805 850
Cummins 4 805 850
SEWA BGP Cummins 5 0 850
Cummins 6 0 850
Dossan 1 330 -
Dossan 2 0 -
Dossan 3 330 -
Caterpillar 1 0 1000
Caterpillar 2 0 1000
PLTD PIAN
Caterpillar 3 612 1000
TENGAH
Caterpillar 4 0 1000
Caterpillar 5 601 1000
TOTAL 6203 12500

15
Potensi Sumber Energi Terbarukan

16
Potensi Sumber Energi Terbarukan

STANDAR BWEA KESIMPULAN


“potensi turbin angin untuk menghasilkan hasil ini menunjukkan bahwa di Pulau
energi adalah 3 - 4 m/s dan 15 m/s untuk bisa Natuna tidak berpotensi untuk
menghasilkan daya rating maksimal” pembangunan PLTB.

17
Sistem Fully Off-Grid

PV PV PV PV PV PV

DC
PV
Inverter Dengan menggunakan sistem fully off-grid,
AC
sistem PLTS dibuat menjadi satu-satunya
DISTRIBUTION BOX
Power
Meter sumber energi listrik Pulau Natuna
CHARGE/
sehingga tidak perlu mempertimbangkan
DISCHARGE
data PLTD eksisting.
AC
Generation Battery
Load Control Inverter
DC

Battery
Station

19
Sistem Fully Off-Grid
Autonomous Days = 1

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value -Rp743.926.782.288,


nilai NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini tidak menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

20
Sistem Fully Off-Grid
Autonomous Days = 2

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value -Rp1.506.208.709.912,


nilai NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini tidak menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

21
Sistem Fully Off-Grid

Dari kedua kasus (autonomous days 1 dan 2) dapat disimpulkan bahwa,


semakin tinggi nilai autonomous days (semakin lama PLTS harus
menyuplai beban) maka semakin besar pula kapasitas baterai yang harus
dimiliki. Hal ini akan menambah biaya investasi, O&M, dan penggantian
baterai sehingga akan memperkecil keuntungan.

22
Sistem Parsial Off-Grid
• Dengan menggunakan sistem parsial off-
PV PV PV PV PV PV
grid, sistem PLTS dibuat menjadi satu-
satunya sumber energi listrik Pulau
DC
Natuna pada kapasitas energi tertentu,
PV
Inverter kemudian saat energi yang dihasilkan
AC
oleh PLTS telah habis maka akan
DISTRIBUTION BOX
Power
Meter digantikan dengan PLTD. Setelah baterai
PLTS terisi penuh kembali, maka akan
CHARGE/
DISCHARGE
digantikan oleh PLTS dan seterusnya.
• Pada sistem parsial off-grid, akan dibuat
AC
Generation Battery
Load Control Inverter
DC
5 kasus yaitu dengan mengubah-ubah
Battery
Station
nilai penetrasinya, sedangkan nilai
autonomous days tetap nol.

23
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 10%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value -Rp61.954.430.196, nilai
NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini tidak menghasilkan keuntungan selama
kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

24
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 50%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value -Rp29.830.599.983, nilai
NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini tidak menghasilkan keuntungan selama
kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

25
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 88%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value Rp 687.038.718, nilai
NPV positif menunjukkan bahwa sistem ini sudah mulai menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan layak untuk dibangun.

26
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 100%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value Rp 10.324.187.782, nilai
NPV positif menunjukkan bahwa sistem ini sudah mulai menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan layak untuk dibangun.

27
Sistem Parsial Off-Grid

Berdasarkan hasil perhitungan keempat kasus di atas, yaitu dengan


mengganti nilai penetrasi menjadi 10%, 50%, 88%, dan 100% pada
autonomous days nol, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
penetrasi akan semakin tinggi pula NPV-nya. Nilai NPV positif (untung)
mulai terlihat pada penetrasi 88% dan semakin tinggi di penetrasi 100%.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem parsial off-grid dengan penetrasi 88-
100% layak untung dibangun di Pulau Natuna.

28
Sistem Hybrid
G G G
PLTDs

PV PV PV PV PV PV

Transformer
0.4/20 kV

DC
Sistem pembangkit hybrid merupakan
Power
Meter
PV
Inverter
gabungan dari beberapa macam
AC
pembangkit, dalam studi ini digunakan
DISTRIBUTION BOX
Power
Meter PLTS dan PLTD yang telah ada di Pulau
Natuna. Pada sistem ini dibagi dalam
CHARGE/
DISCHARGE
beberapa tingkat penetrasi, yaitu sebagai
AC

Load
Generation
Control
Battery
Inverter
berikut.
DC

Battery
Station

29
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 7%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value –Rp21.341.840.024,


nilai NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini belum menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

30
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 14%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value –Rp6.695.575.916, nilai
NPV negatif menunjukkan bahwa sistem ini tidak menghasilkan keuntungan selama
kurun waktu 25 tahun dan akan merugikan jika dibangun.

31
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 20%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value Rp5.858.364.748, nilai
NPV positif menunjukkan bahwa sistem ini sudah mulai menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan layak untuk dibangun.

32
Sistem Fully Off-Grid
Penetrasi 35%

Berdasarkan Tabel di atas, didapatkan nilai Net Present Value Rp37.243.216.408, nilai
NPV positif menunjukkan bahwa sistem ini sudah mulai menghasilkan keuntungan
selama kurun waktu 25 tahun dan layak untuk dibangun.

33
Sistem Parsial Off-Grid

Berdasarkan hasil perhitungan keempatt kasus di atas, yaitu dengan


mengganti nilai penetrasi menjadi 7%, 14%, 20%, dan 35%, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penetrasi akan semakin tinggi
pula NPV-nya. Nilai NPV positif (untung) mulai terlihat pada penetrasi
20% dan semakin tinggi di penetrasi 35%. Hal ini menunjukkan bahwa
sistem hybrid dengan penetrasi 20% dan 35% layak untung dibangun di
Pulau Natuna.

34
Kesimpulan Analisis Ekonomi

Dari ke tiga sistem PLTS di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua
sistem (parsial off-grid dan hybrid) yang layak untuk dibangun di Pulau
Natuna dengan tingkat penetrasi 88-100% untuk sistem parsial off-grid
dan 20-35% untuk sistem hybrid.

35
Single Line Diagram PLTS Hybrid

37
Simulasi Load Flow
• Analisis aliran daya dilakukan pada 2 opsi rencana titik koneksi PLTS yaitu Selat Lampa dan Ranai.
Setiap model PLTS hybrid dengan tingkat penetrasi energi 7%, 14%, dan 20% diuji pada masing-masing
lokasi tersebut.

Penetrasi 7% Penetrasi 14% Penetrasi 20%


ID Eksisting
PLTS Ranai PLTS Lampa PLTS Ranai PLTS Lampa PLTS Ranai PLTS Lampa

MAKSIMUM 98,535 98,722 98,819 98,752 98,893 98,780 98,961


RATA- RATA 97,711 97,885 97,924 97,913 97,960 97,939 97,990
MINIMUM 95,364 95,533 95,578 95,561 95,614 95,586 95,645

38
Simulasi Load Flow

• Merujuk nilai tegangan bus setelah PLTS terhubung pada grid (Tabel 50 di Laporan) menunjukkan
bahwa ketika PLTS terhubung di Selat Lampa nilai tegangan bus sedikit lebih baik sekitar 0,2 KV
daripada ketika PLTS terhubung di Ranai. Sementara itu ketika pengujian PLTS dengan memvariasikan
nilai kapasitasnya, pengoperasian PLTS dengan kapasitas lebih besar mampu menghasilkan tegangan
yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena semakin besar kapasitas PLTS maka semakin besar kapasitas
inverter sehingga daya reaktif yang dihasilkan inverter juga semakin besar. Daya reaktif semakin besar
ini akan menimbulkan nilai tegangan yang lebih tinggi.

39
Simulasi Short Circuit
• Tujuan analisis short circuit adalah untuk menentukan nilai arus hubung singkat setiap bus setelah
terhubung dengan PLTS. Analisis ini disimulasikan berdasarkan standard IEC dengan melakukan gangguan
hubung singkat tiga fasa pada setiap bus. Tabel di bawah ini menunjukkan nilai arus hubung singkat
maksimum (Ip) dan arus rms hubung singkat steady state (I”k) pada masing-masing opsi lokasi dan setiap
variasi kapasitas PLTS hybrid.

Eksisting ISC Penetrasi 7% Penetrasi 14% Penetrasi 20%

PLTS Ranai PLTS Lampa PLTS Ranai PLTS Lampa PLTS Ranai PLTS Lampa
ID Ip I”k
(kA) (kA) Ip I”k Ip I”k Ip I”k Ip I”k Ip I”k Ip I”k
(kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA) (kA)

MAKSIMUM 11,82 7,08 11,94 7,08 11,93 7,08 11,96 7,08 11,95 7,08 11,98 7,08 11,96 7,08

RATA- RATA 4,19 2,20 4,51 2,20 4,55 2,20 4,57 2,20 4,62 2,20 4,62 2,20 4,68 2,20

MINIMUM 1,56 0,96 1,56 0,96 1,56 0,96 1,56 0,96 1,56 0,96 1,57 0,96 1,56 0,96

40
Simulasi Short Circuit

• Tabel ini menunjukkan bahwa nilai arus hubung singkat Ip dan I”k untuk setiap kasus mengalami perubahan
yang tidak terlalu signifikan yaitu sekitar 0,1 kA. Arus hubung singkat maksimum (Ip) pada setiap bus
mempunyai nilai 1,56 kA- 11, 96 kA, sedangkan arus rms hubung singkat steady state (I”k) sebesar 0,96 kA-
7,08 kA.

41
Simulasi Transient Penetrasi 7%
PLTS Ranai
PLTS sebesar 2 MW dengan baterai-inverter 1,58 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Ranai Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

42
Simulasi Transient Penetrasi 7%
PLTS Ranai
Pengoperasian PLTS ini dapat mengurangi pembangkitan daya pada PLTD dan mengakibatkan
perubahan frekuensi pada sistem. Sementara itu respon frekuensi sistem akan naik sesaat
mencapai 101,09 atau 50,54 HZ. Kondisi ini masih dalam keadaan normal dikarenakan nilai
frekuensi ini dibawah batas overspeed generator yaitu 51 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

43
Simulasi Transient Penetrasi 7%
PLTS Lampa
PLTS sebesar 2 MW dengan baterai- inverter 1,58 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Lampa Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

44
Simulasi Transient Penetrasi 7%
PLTS Lampa
Pengoperasian PLTS ini dapat mengurangi pembangkitan daya pada PLTD dan mengakibatkan
perubahan frekuensi pada sistem. Sementara itu respon frekuensi sistem akan naik sesaat
mencapai 101,07 atau 50,53 HZ. Kondisi ini masih dalam keadaan normal dikarenakan nilai
frekuensi ini dibawah batas overspeed generator yaitu 51 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Respon Frekuensi Sistem Ketika PLTS Beroperasi

45
Simulasi Transient Penetrasi 14%
PLTS Ranai
PLTS sebesar 4 MW dengan baterai- inverter 1,9 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Ranai Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

46
Simulasi Transient Penetrasi 14%
PLTS Ranai
Pengoperasian PLTS ini dapat mengurangi pembangkitan daya pada PLTD dan mengakibatkan
perubahan frekuensi pada sistem. Sementara itu respon frekuensi sistem akan naik sesaat
mencapai 101,37% atau 50,68 HZ. Kondisi ini masih dalam keadaan normal dikarenakan nilai
frekuensi ini dibawah batas overspeed generator yaitu 51 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

47
Simulasi Transient Penetrasi 14%
PLTS Lampa
PLTS sebesar 4 MW dengan baterai- inverter 1,9 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Lampa Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

48
Simulasi Transient Penetrasi 14%
PLTS Lampa
Pengoperasian PLTS ini dapat mengurangi pembangkitan daya pada PLTD dan mengakibatkan
perubahan frekuensi pada sistem. Sementara itu respon frekuensi sistem akan naik sesaat
mencapai 101,34% atau 50,675 HZ. Kondisi ini masih dalam keadaan normal dikarenakan nilai
frekuensi ini dibawah batas overspeed generator yaitu 51 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Respon Frekuensi Sistem Ketika PLTS Beroperasi

49
Simulasi Transient Penetrasi 20%
PLTS Ranai
PLTS sebesar 5,8 MW dengan baterai-inverter 2,18 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Ranai Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

50
Simulasi Transient Penetrasi 20%
PLTS Ranai
Pengoperasian PLTS dengan pelepasan energi sebesar 3 MW ini dapat mengakibatkan perubahan
frekuensi pada sistem. Hal ini mengindikasikan bahwa pengoperasian PLTS saat melepaskan daya
sebesar 2,18 MW tidak membahayakan sistem karena frekuensi sesaat masih dibawah 51 HZ yaitu
bernilai 50,77 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

51
Simulasi Transient Penetrasi 20%
PLTS Lampa
PLTS sebesar 5,8 MW dengan baterai-inverter 2,18 MW disimulasikan dalam kondisi
baterai sedang mengisi daya dan baterai melepas daya ke grid. Dalam simulasi ini,
PLTS beroperasi dengan generation ramp mencapai 100% dalam waktu 1 detik.

Grafik Pengisian Daya Pada Baterai PLTS Lampa Grafik Daya Baterai PLTS Ranai ketika Melepas
Daya ke Grid.

52
Simulasi Transient Penetrasi 20%
PLTS Lampa
Pengoperasian PLTS dengan pelepasan energi sebesar 3 MW ini dapat mengakibatkan perubahan
frekuensi pada sistem. PLTD MTU 1 sebagai swing pembangkitannya akan turun sampai dengan
hampir mendekati 0 MW lalu steady state di 0,2 MW. Hal ini mengindikasikan bahwa pengoperasian
PLTS saat melepaskan daya sebesar 2,18 MW tidak membahayakan sistem karena frekuensi sesaat
masih dibawah 51 HZ yaitu bernilai 50,77 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Respon Frekuensi Sistem Ketika PLTS Beroperasi

53
Simulasi Transient Penetrasi 20%
PLTS Lampa
Pengoperasian PLTS dengan pelepasan energi sebesar 3 MW ini dapat mengakibatkan perubahan
frekuensi pada sistem. PLTD MTU 1 sebagai swing pembangkitannya akan turun sampai dengan
hampir mendekati 0 MW lalu steady state di 0,2 MW. Hal ini mengindikasikan bahwa pengoperasian
PLTS saat melepaskan daya sebesar 2,18 MW tidak membahayakan sistem karena frekuensi sesaat
masih dibawah 51 HZ yaitu bernilai 50,77 HZ.

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Grafik Respon Frekuensi Sistem Ketika PLTS Beroperasi

54
Simulasi Transient
Analisis transien ini menunjukkan bahwa pengoperasian PLTS 2 MW dengan baterai-inverter 1,58
MW, PLTS 4 MW dengan baterai-inverter 1,9 MW dan PLTS dengan kapasitas 5,8 MW dan baterai-
inverter 2,1 MW tidak akan menimbulkan dampak yang membahayakan terhadap kestabilan sistem
saat kondisi transient. Sehingga dengan simulasi ini juga dapat disimpulkan bahwa pengoperasian
PLTS dengan kapasitas 10,1 MW dengan baterai inverter 3,73 MW dapat mengakibatkan reverse
power pada pembangkit. Sehingga keadaan ini dapat membahayakan pembangkit dan kestabilan
sistem kelistrikan

Grafik Respon Pembangkitan PLTD MTU 1 Ketika Pengoperasian PLTS


Berkapasitas 10,1 MW Dengan Baterai Inverter 3,73 MW

55
Kesimpulan
• Pada sistem fully off grid, semakin tinggi nilai autonomous days (semakin lama
PLTS harus menyuplai beban) maka semakin besar pula kapasitas baterai yang
harus dimiliki. Hal ini akan menambah biaya investasi, O&M, dan penggantian
baterai sehingga akan memperkecil keuntungan. Pada autonomous days 1, NPV
sebesar -67%. Pada autonomous days 2, NPV sebesar -110%. Artinya, pada sistem
ini belum dapat menghasilkan keuntungan dalam kurun waktu 25 tahun.
• Pada sistem parsial off grid dengan menerapkan nilai penetrasi 10%, 50%, 88%,
dan 100% pada autonomous days nol, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat penetrasi akan semakin tinggi pula NPV-nya. Nilai NPV positif (untung)
mulai terlihat pada penetrasi 88% dan semakin tinggi di penetrasi 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem parsial off-grid dengan penetrasi 88-100% layak
untuk dibangun di Pulau Natuna.

57
Kesimpulan
• Pada sistem hybrid dengan menerapkan nilai penetrasi 7%, 14%, 20%, dan 35%,
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penetrasi akan semakin tinggi
pula NPV-nya. Nilai NPV positif (untung) mulai terlihat pada penetrasi 20% dan
semakin tinggi di penetrasi 35%. Akan tetapi berdasarkan transient stability, PLTS
dengan penetrasi lebih dari 20% berpotensi menimbulkan ketidakstabilan pada
sistem. Hal ini menunjukkan bahwa PLTS hybrid dapat dibangun dengan penetrasi
energi sampai dengan 20%. Sementara itu dengan menggunakan analisis studi
aliran daya (steady state), pemasangan PLTS di dekat Selat Lampa memiliki nilai

58

Anda mungkin juga menyukai