Anda di halaman 1dari 10

Persepsi tentang seseorang

Bab ini akan membahas bagaimana seseorang mengetahui atau berpikir apa yang
mereka ketahui tentang orang lain.
Terdapat tiga aspek penting yang mendasari elemen-elemen pada persepsi sosial.
1. Orang (person)
2. Situasi
3. Perilaku.

Persons.
Pemahaman tentang seseorang seringkali di dasarkan atas hal-hal sebagai berikut:
Mata (Phytagoras). Menurut phytagoras melalui mata dapat diketahui apakah
seseorang pandai atau tidak pandai.
melalui ekpresi wajah (Hippocrates)
tengkorak (Franz Gall)
bentuk tubuh (William Sheldon)
tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna rambut, dan kacamata (Alley, l988)
nama (Robert Young dan rekan, l993).
 Dian Berry dan Leslie Zebrowitzz-Mc-Arthur (l986),
menggambarkan bahwa orang dewasa dengan wajah
“baby face” dilukiskan memiliki kulitnya halus, dahinya
lemah, alisnya lebar. Individu dengan gambaran tersebut
memiliki sifat-sifat: hangat, ramah, naif, lemah, jujur, dan
patuh.

 Sebaliknya orang dewasa yang tampak matang memiliki


tanda-tanda: mata kecil, kening dan dahinya rendah,
kulitnya berkerut, dan dagunya runcing. Bentuk wajah
demikian akan menggambarkan individu yang kuat,
dominan, dan tidak kekanak-kanakan
 Situasi;
 Pemahaman tentang diri seseorang dapat dilihat dari situasi di mana
mereka berada (mengikuti norma-norma sosial yang berlaku). Sebagai
contoh, untuk laki-laki orang Amerika, di dalam kecan pertamanya harus
mengikuti urutan kegiatan sebagai berikut:
 Laki-laki tiba di rumah wanita.
 wanita menyambut di pintu.
 Wanita akan memperkenalkan pasangannya pada orang tua atau teman
sekamarnya.
 Wanita dan pria akan membicarakan rencana-rencana dan melakukan
pembicaraan singkat.
 Mereka pergi ke bioskop.
 Mereka pergi untuk makan dan minum
 Laki-laki mengajak ke rumah
 Apabila berminat, dia akan menyatakan untuk kecan berikutnya.
 Mereka berciuman, dan
 Selanjutnya mengatakan selamat malam.
Perilaku
 Orang dapat memahami perilaku seseorang melalui pemberian makna
dengan mencoba memisahkan situasi tertentu, dari keseluruhan situasi
yang bermakna. Misalnya berusaha memahami seseorang melalui:
 Bahasa nonverbal untuk memperoleh gambaran bagaimana sesorang yang
merasakan sesuatu yang terjadi.
 dengan mengindentifikasi ekspresi seseorang melalui raut muka untuk
menggambarkan emosi-emosi tertentu, misalnya; perasaan yang berkaitan
dengan suasana kebahagian, ketakutan, kesedihan, keterkejutan, marah,
dan hal-hal yang menjijikan.
 body language, seperti tatapan dan sentuhan yang akan memberi informasi
penting dalam bentuk komunikasi nonverbal. Ataupun dapat
 untuk menditeksi kemungkinan terjadinya penipuan, maka dalam upaya
memahami perilaku seseorang melalui bahasa nonverbal, sebaiknya tidak
hanya memperhatikan bagian wajah, tetapi juga memperhatikan bahasa
tubuh lainnya, seperti tangan dan kaki. ( Ekman dan Friesen).
 Atribusi:
 Proses di mana kita berusaha untuk menjelaskan
perilaku manusia
 Logika pada atribusi.
 Orang memulai untuk memahami perilaku orang lain
melalui sebab musabab yang bersifat personal (internal)
dan faktor situasional (karena pengaruh ekternal).

 Pertama kali teori atribusi ini dikemukakan oleh


 Fritz Heider (l958) dan para ahli lainnya. Teori atribusi
dimaksudkan untuk menguraikan bagaimana upaya kita
untuk dapat menjelaskan mengenai sebab-musabab
terjadinya perilakunya.
 Menurut teori ini terdapat dua penyebab terjadinya
perilaku; Pertama disebut dengan atribusi personal, dan
kedua, atribusi situasional.

 Atribusi personal; adalah sebab-musabab perilaku yang
bersumber dari karakteristik interal, seperti ability,
personality, mood, atau effort.

 Atribusi situasional adalah sebab-musabab perilaku


yang bersumber dari faktor eksternal yang
mempengaruhi seorang aktor. Seperti halnya pengaruh
yang berkaitan dengan tugas, perintah, atau hal-hal
yang mendatangkan keberuntungan.
 Teori dari Jones’s yang dikenal dengan nama Correspondent
Inference theory: Teori ini bermaksud untuk menyimpulkan tentang
perilaku seseorang, ketika mereka melakukan aktivitas yang dengan
bebas atas pilihannya sendiri, atau perilaku yang tidak diharapkan,
dan sejumlah pengaruh yang diinginkan.

 Teori ini mencoba untuk menyimpulkan bahwa dari aktivitasnya,


apakah tindakannya tersebut berkaitan dengan karakteritik si aktor?
Seperti halnya dia menunjukkan agresi terhadap binatang? Apakah
dia menyumbang uang terhadap fakir miskin sebagai gambaran dari
karakteristik seorang penolong? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, seseorang akan membuat kesimpulan melalui tiga faktor.
 Pertama: tentang derajat pilihan perilaku. Artinya apakah perilakunya dipilih sendiri
dengan bebas atau karena terpaksa.

 Kedua: faktor-faktor yang ditunjukkan seseorang untuk membuat kesimpulan tentang


kecenderungan (disposisi)dari seseorang sebagaimana diharapkan. Sesuatu akan
dikatakan lebih mengarah pada seseorang, ketika dia berangkat dari norma yang secara
khas dari peranan sosial yang ditampilkannya atau sebaliknya sesuatu yang diharapkan
dibawah tekanan dari lingkungan sosialnya.

 Tiga: orang mempertimbangkan mengenai perilaku yang direncanakan atau mendasarkan


pertimbangan yang matang atas konsekuensi perilakunya. Di mana tindakan-tindakan yang
dilakukannya akan menghasilkan outcome sebagaimana yang diinginkan, atau dengan
tidak memperlihatkan motif spesifik sebagaimana dengan dijelaskan yaitu memperoleh
outcome yang diinginkan.

 Contoh: mengapa seseorang bertahan dalam pekerjaan yang menyenangkan, bayaran


tinggi, lokasi yang menarik. Ketiga outcome yang diperoleh dari apa yang dinginkan, cukup
untuk dapat menjelaskan perilaku orang tersebut . Daripada untuk menjelaskan tentang
perasaan seseorang, mengapa dia bertahan dalam pekerjaan yang membosankan dan
dengan rendahnya pendapatan, tetapi berada di dalam lokasi yang menarik.
 Teori Covariation (Kelley).
 Kelley mencoba untuk menerangkan mengenai
penyebab terjadinya perilaku dengan
mendasarkan pada prinsip covariation; artinya
bahwa atribut perilaku, terjadi ketika perilaku
muncul, dan ketika perilaku hilang atau tidak
terjadi. Tiga jenis informasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hal tersebut
adalah: (1) konsensus, (2) distinctiveness, dan
konsistensi.
 Konsensus terjadi apabila seseorang beraksi secara tepat terhadap
stimulus yang sama. Contoh, jika orang mengecam suatu film yang
sama, maka dia menunjukkan adanya konsensus yang rendah, dan
penyebab perilakunya lebih mengarah pada diri.

 Distinctiveness (pembedaan): adalah reaksi seseorang untuk


melihat bagaimana dia memberi reaksi yang sama terhadap
informasi yang berbeda. Sebagai contoh, apakah seorang pecandu
nonton bioskop bereaksi berbeda terhadap film lainnya? Apabila dia
bereaksi memuji film tertentu, dan mengecam film lainnya, maka
perilakunya tersebut menunjukkan kemampuan pembeda yang
tinggi

 Konsistensi: untuk melihat apakah perilaku yang sama terjadi pada


saat lain, ketika stimulus keduanya sama. Apabila seseorang akan
memberi komentar yang sama terhadap suatu film atau theater yang
sama, maka dia menunjukkan konsistensi tinggi. Tetapi jika
seseorang tidak terlalu senang dengan film, maka dia menunjukkan
konsisten rendah.

Anda mungkin juga menyukai