Anda di halaman 1dari 16

- Asri Nababan (H1C016022)

- Dicky Adi Prasetyo ( H1C016043)

- Shinta maharani Putri (H1C016045)


GEOLOGI REGIONAL BANYUMAS
Cekungan Banyumas merupakan cekungan
sedimen yang termasuk ke dalam zona cekungan busur
muka bagian selatan (South Java Fore Arc Basin) bagian
tengah, dimana bentuk morfologi garis pantai di Jawa
Tengah ini mengalami indentasi akibat proses tektonik
transtensional yaitu adanya 2 (dua) buah patahan geser
berpasangan yaitu Patahan Muria-Kebumen yang berarah
Timur Laut – Barat Daya dan Patahan Pamanukan-Cilacap
yang berarah Barat Laut – Tenggara. Kedua patahan ini
yang menyebabkan tersingkapnya batuan pra-Tersier di
Karangsambung dan tenggelamnya Pegunungan Selatan di
Jawa Tengah [1]. Salah satu patahan inilah yang membentuk

Gambar 1. Geologi regional Banyumas


pull apart basin yaitu karena proses sobekan dari patahan
Pamanukan – Cilacap sehingga terbentuk Cekungan
Banyumas.
GEOLOGI REGIONAL BANYUMAS

Gambar 2. Peta gravitasi regional yang menunjukkan zona patahan Pamanukan-Cilacap yang membentuk tinggian Majalengka-Banyumas dan
memisahkan Cekungan Banyumas dan Cekungan Bobotsari (Armandita et.al., 2009)
STRATIGRAFI REGIONAL BANYUMAS

stratigrafi regional daerah Cekungan Banyumas terutama daerah Wangon dan sekitarnya
dari tua ke muda adalah sebagai berikut [2]:
-Formasi Pemali tersusun atas batulempung abu-abu kehitaman dengan sisipan batupasir
-Formasi Rambatan tersusun atas batupasir dengan sisipan batulempung
-Formasi Halang tersusun atas perselingan batupasir – batulempung yang terendapkan dengan
mekanisme turbidit
-Formasi Kumbang tersusun atas breksi dengan sisipan lava
-Formasi Tapak tersusun atas batupasir dengan cangkang moluska dengan sisipan napal dan
breksi. Terdapat pula Anggota Batugamping Formasi Tapak yang tersusun atas lensa-lensa
batugamping terumbu dan klastik.
STRATIGRAFI REGIONAL BANYUMAS

Gambar 3. Stratigrafi Regional banyumas

Gambar 4. Kolom Stratigrafi cekungan banyumas


TEKTONIK REGIONAL BANYUMAS
Secara tektonik, Cekungan
Banyumas masuk dalam Area Jawa Tengah
Bagian Selatan (South Central Java Region)
dimana struktur utamanya berarah Barat
Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat
Daya. Menurut Armandita et.al., 2009,
distribusi rembesan
minyak di Cekungan Banyumas mengikuti
pola Patahan dextral Pamanukan-Cilacap.
Patahan ini membentuk Tinggian
Majalengka-Banyumas yang berarah Barat
Laut-Tenggara dan memisahkan Cekungan
Banyumas di sebelah Barat Daya tinggian
dan Cekungan Bobotsari di sebelah Timur
Laut tinggian.

Gambar 5. Dua buah patahan geser berpasangan, Patahan Kebumen-Muria dan Patahan Pamanukan
Cilacap yang menyebabkan kenampakan morfologi depresi pada garis pantai Jawa Tengah. (Satyana,
2007)
TEKTONIK REGIONAL BANYUMAS
Gambar 6. Schematic block diagram showing parallel trends of Pamanukan-Cilacap
Fault Zone, lithological distribution of the Halang and Kumbang Formations, and oil
seeps. Northwestern end of the area is called Majalengka where Maja-1 well is located.
Southeastern end of the area is called Banyumas where KRG-1 (Karang Gedang-1) well
is located. The elements composing the trends were actually related to each other. The
Pamanukan-Cilacap Fault Zone with its transtension duplex-pull apart system provided
trough and rifted areas at which Miocene-Quaternary back-arc volcanism has taken
place.
SEJARAH EKSPLORASI CEKUNGAN
BANYUMAS
Studi potensi minyak dangkal di Cekungan Banyumas merupakan langkah awal dalam konsep
eksplorasi migas berbasis masyarakat. Konsep eksplorasi minyak dangkal ini muncul setelah adanya fakta
penemuan minyak dangkal di Desa Tipar, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas yang secara tidak
sengaja ditemukan pada kedalaman sekitar 90 meter dibawah permukaan ketika sedang melakukan
pemboran sumur air dalam.
Hingga saat inipun, masih belum ditemukan cadangan minyak yang cukup ekonomis untuk ditambang secara
besar-besaran.
cekungan banyumas telah dibor pada sumur Cipari-1 oleh Bpm, Karangnangka-1, gunung wetan,
karang gedang-1 oleh pertamina. Sumur terakhir yang di bor pada Cekungan Banyumas yaitu sumur Jati-1
pada tahun 2006 dengan menemukan sedikit minyak pada reservoir yang dalam, akan tetapi tidak di produksi
karena dianggap tidak ekonomis
SEJARAH EKSPLORASI CEKUNGAN
BANYUMAS

Gambar 8. Peta anomali gravitasi regional yang menunjukkan adanya 2 (dua) buah sub cekunga
Gambar 7. Sebaran data gravitasi sebanyak 1848 titik dengan spasi antar titik sumbu X 1,9 km dan
sumbu Y 1,8 km atau luasan 58,8 km x 101,1 km yaitu sub cekungan banyumas dengan luas sekitar 450 km2 dan sub cekungan purbalingga den
luas sekitar 127,6 km2
PETROLEUM SYSTEM
a. Source rock : Batuan induk pada Cekungan Banyumas berasal dari Formasi Pemali
dengan TOC antara 0,2% - 0,9% yang matang pada level kedalaman yang lebih
dangkal karena gradien geotermal yang lebih tinggi akibat lingkungannya berupa intra
arc basin.
b. Reservoir rock : Batuan reservoir berupa batupasir dari Formasi Halang dan Formasi
Rambatan dengan porositas sekitar 19-21% (baik – sangat baik) berdasarkan
pengamatan SEM dan tes uji berat untuk porositasnya.
c. Trap : Tipe perangkap yang potensial di Cekungan Banyumas ini adalah tipe
perangkap antiklin dan patahan. Antiklin terbentuk akibat adanya gaya kompresional
yang menyebabkan re-aktivasi sesar turun menjadi sesar anjak dan terbentuk drag
fold.
d. Migration : Migrasi hidrokarbon dapat melalui lapisan pembawa (carrier bed) dan
melalui patahan dalam yang bocor, sehingga mengisi perangkap-perangkap
hidrokarbon yang lokasinya di atas cekungannya.
e. Seal rock : Batuan penutup berupa batulempung intraformational Formasi Halang dan
Formasi Rambatan
PETROLEUM SYSTEM
Keterangan:

: Seal Rock

: reservoir Rock

: source rock
EVALUASI BATUAN INDUK

D. Noeradi, dkk., 2006 yang meneliti TOC (Total Organic Carbon) dari beberapa sampel di
Formasi Halang dan Formasi Rambatan, dengan hasil TOC berkisar antara <0,05% - 0,46%. dari
kekayaan material organiknya, Formasi Halang dan Formasi Rambatan kurang prospek untuk
berperan sebagai batuan induk.
E.A. Subroto, dkk., 2007 menyebutkan bahwa kekayaan TOC pada Formasi Halang,
Formasi Rambatan, Formasi Pemali dan Formasi Karangsambung berkisar antara 0,2% - 0,9%
(poor – fair) potensi batuan induk untuk Cekungan Banyumas adalah pada Formasi Pemali karena
dari sisi TOC nya mencukupi dan dari sisi kematangan walaupun berumur Miosen Tengah – Miosen
Akhir, namun perlu dipertimbangkan bahwa lingkungan Cekungan Banyumas bukan berada di fore
arc basin .
Tipe kerogennya adalah tipe II dan tipe III yang dapat menghasilkan minyak dan gas bumi,
hal ini juga didukung adanya rembesan minyak dan rembesan gas.
analisis isotop C13 tersebut menyebutkan bahwa rembesan gas di Jatilawang merupakan
gas bumi (thermogenic gas) dengan rasio isotop C13 adalah 29,3 %PDB dan tidak ada asosiasi
dengan gas basah, sehingga kesimpulannya bahwa rembesan gas tersebut termasuk gas kering
termogenik dengan banyak kandungan humik .
PLAY TYPE

Gambar 10. Rekonstruksi model perangkap pada rembesan gas di daerah


Jatilawang, Banyumas yang mengindikasikan adanya potensi hidrokarbon
yang cukup dangkal

Gambar 9. Penampang seismik refleksi yang memperlihatkan adanya tipe perangkap


antiklin akibat gaya seretan (drag fold)
MIGRASI

Gambar 12. Penampang seismik 91-BMS-05 yang menunjukkan kemungkinan adanya


Gambar 11. Prediksi jalur migrasi hidrokarbon dari cekungan melalui carrier bed jalur migrasi melalui patahan dari batuan induk dibawah daerah cekungan menuju
maupun melalui patahan ke perangkap perangkap antiklin pada sayap cekungan.
KESIMPULAN
• Lingkungan pengendapan batuan induk merupakan lingkungan transisi berupa kaki
gunung api yang berada di laut dangkal, hal ini berdasarkan jenis pengendapan
Formasi Halang adalah turbidit vulkanik, dan juga didukung hasil analisis geokimia
rembesan gas yang menyatakan bahwa gas tersebut gas kering termogenik yang
banyak menganduk unsur humic dari darat.

• Cekungan Banyumas masih mempunyai potensi yang besar yang perlu dieksplorasi
lebih lanjut untuk mendapatkan hidrokarbon yang ekonomis untuk dieksploitasi.
HAVE ANY QUESTION

Anda mungkin juga menyukai