Anda di halaman 1dari 64

IMPLEMENTASI PERMENKES NO.

15 TAHUN 2016
TENTANG ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI
OLEH : SARNO DWIANTORO
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH
POKOK BAHASAN

1. Dasar Hukum
2. Tujuan
3. Sasaran dan Pendahuluan
4. Permasalahan Kesehatan Haji waktu pelaksanaan Haji
5. Estimasi masa tunggu haji dan Rencana Keberangkatan th.1438 H
6. Batasan Umum tentang Kesehatan dan Istithaah Kesehatan Haji
7. Dasar Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
8. Penetepan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibdah Haji
2. Undang – Undang No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Udara
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
5. Permenkes No.62 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Haji.
6. MOU Menkes dengan Menag Tentang Peningkatan Kualitas Penyeleng-
garaan Haji di Bidang Kesehatan
DASAR HUKUM
UU NO.13 TH 2008

BAB VIII BAB III


PASAL 31 PASAL 6

Pembinaan dan pelayanan kesehatan Pemerintah berkewajiban melakukan


haji baik pada saat persiapan maupun pembinaan, pelayanan, dan perlin-
pelaksanaan penyelenggaraan ibadah dungan dengan menyediakan layanan
haji , dilaksanakan oleh Menteri yang administrasi, bimbingan ibadah haji,
ruang lingkup tugas dan tanggung akomodasi, transportasi, Pelayanan
jawabnya dibidang kesehatan. Kesehatan, keamanan, dan lainnya
Pelaksannaan tugas sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah haji.
dimaksud pada ayat (1 ) dikoordinir
oleh Menteri
TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Terlaksananya Pemeriksaan & Pembinaan kesehatan jemaah haji
sesuai standar dalam upaya menuju Istithaah kesehatan jemaah haji.
2. Jemaah Mengetahui Istithaah Kesehatan Jemaah Haji
B. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya pemkes JH tahap pertama dan Pembinaan masa tunggu
2. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap kedua dan pembinaan
kesehatan pada masa keberangkatan.
3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan tahap ketiga
4. Terlaksananya koordinas lintas sektor & program dlm proses pemkes
dan pembinaan jemaah haji
SASARAN
1. Jemaah Haji Indonesia sebelum berangkat ke Tanah suci
2. Petugas Pengelola Program kesehatan haji disemua tingkatan, lintas
sektor (Kemenag/KUA) terlibat dalam penyelengg kesehatan haji.
3. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di Kab/Kota dan Embarkasi
4. Organisasi kemasyarakatan : AKHI, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH), Penyelenggara Haji Khusus (PIHK) dan Ikatan Persaudaraan
Haji Indonesia (IPHI).
5. Organisasi Profesi : IDI, PPNI, PERDOKHI dan Profesional akademisi
YANG DIHADAPI JEMAAH HAJI TETAPI TAK TERPIKIRKAN
TEMPAT HANYA
DI ARAB SAUDI

IKLIM : PANAS/ BISA


DINGIN
IBADAH
HAJI
LAMA : 41 HARI

KONDISI JAMAAH :
RISTI

PELAYANAN
PEMONDOKAN TRANSPORTASI KATERING DLL
KESEHATAN
PERMASALAHAN KESEHATAN YANG MENYERTAI
PADA RANGKAIAN IBADAH HAJI
KONDISI YANG SERING DI ALAMI JEMAAH
HAJI DI ARAB SAUDI
BEBEPARA PERMASALAHAN KESEHATAN HAJI
KONDISI JEMAAH HAJI EMBARKASI SOC TH.2016
PERMASALAHAN KESEHATAN JEMAAH HAJI
MASALAH KESEHATAN JEMAAH HAJI
MASALAH KES WAKTU PULANG HAJI
MASALAH KESEHATAN JEMAAH
BEBERAPA KONKES JEMAAH HAJI JAWA TENGAH
GAMBARAN KONDISI DI TENDA ARAFAH
PETUGAS SEDANG MEMBUJUK JEMAAH HAJI SELUNITIS DM
AGAR MAU DIRUJUK KE KKHI

YANG TIDAK TERAWAT


Pasien yang dirujuk ke KKHI Madinah SEJAK DIDAERAH
dengan vertigo dan muntah berlebihan.
PADA WAKTU DI SAUDI
Rencana Perjalanan Haji Tahun 1438H/2017M
Tanggal
No Kegiatan
Miladiyah Hijriah

1 27 Juli 4 Dzulqa’dah Jemaah haji masuk asrama haji

2 28 Juli 5 Dzulqa’dah Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang I ke Madinah

3 11 Agustus 19 Dzulqa’dah Akhir pemberangkatan jemaah haji gelombang I ke Madinah

4 12 Agustus 20 Dzulqa’dah Awal pemberangkatan jemaah haji gelombang II ke Jeddah

5 26 Agustus 4 Dzulhijjah Akhir pemberangkatan jemaah haji gelombang II ke Jeddah

6 31 Agustus 9 Dzulhijjah Wukuf di Arafah

7 6 September 15 Dzulhijjah Awal pemulangan jemaah haji gelombang I dari Jeddah ke tanah air

8 12 September 21 Dzulhijjah Awal pemberangkatan jemah gelombang II dari Makkah ke Madinah

9 20 September 29 Dzulhijjah Akhir pemulangan jemaah haji gelombang II dari Jeddah ke tanah air

10 21 September 1 Muharram Awal pemulangan jemaah haji gelombang II dari Madinah ke tanah air

11 5 Oktober 12 Muharram Akhir pemulangan jemaah haji gelombang II dari Madinah ke tanah air

23
BATASAN – PENGERTIAN sesuai uu 36 Th.2009

• Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan


dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah
maupun masyarakat
• Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
• Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
• Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga;
sedangkan Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok
dan masyarakat.
BATASAN – PENGERTIAN (Permenkes No.15 th.2016)
• Pemeriksaan Kesehatan jama’ah haji adalah rangkaian kegiatan
penilaian status kesehatan jama’ah haji yang diselenggarakan
secara komprehensif
• Pembinaan Istithaah Kesehatan Haji adalah serangkaian kegiatan
terpadu, terencana, terstruktur dan terukur, diawali dengan
Pemeriksaan Kesehatan pada saat mendaftar menjadi Jemaah Haji
sampai masa keberangkatan ke Arab Saudi.
• Tim Penyelenggara kesehatan haji kabupaten / kota adalah Tim
yang ditetapkan oleh bupati / walikota untuk menjalankan fungsi
penyelenggaraan kesehatan haji sesuai dengan peraturan
perundang undangan
LAHIRNYA PERMENKES NO.15 TAHUN 2016
1. Bukan untuk membatasi orang yang mau berangkat haji dri Aspek Kes
2. Untuk menyiapkan Kes. CJH agar Istithaah Kesehatan
3. Karena Istithaah Kesehatan merupakan bagian dari syarat Haji
4. Yang tidak Istithaah agar menyadari dan perlu pembinaan serta TL
5. Syarat Menunaikan Haji ada 5:
a. Beragama Islam
b. Baligh (Desawa)
c. Aqil (Berakal)
d. Merdeka
5. Istiha’ah (mampu)
Dasar Istitha’ah Dalam Ibadah Haji

“…Wa lillahi ‘alan-nasi hijjul-baiti manistata’a ilaihi


sabila”
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu (istitha’ah)
mengadakan perjalanan ke Baitullah.."(QS.Ali Imran [3]: 97).
Ayat ini menyatakan bahwa ibadah haji hanya diwajibkan
kepada orang yang telah mampu/ sanggup mengadakan
perjalanan untuk haji, yang lazim disebut dengan istitha’ah.
Latar Belakang
a. Haji adalah Rukun Islam ke-5 b. Syarat istitha’ah (Mampu) dalam hal :
- Materi (bekal),
- Ilmu agama
- Kesehatan

c. Ibadah haji => Aktifitas fisik


Jemaah haji dituntut mampu secara fisik dan
rohani agar dapat melaksanakan rangkaian
ibadah haji dengan baik dan lancar sesuai
dengan ajaran agama Islam
Latar Belakang (2)

d. Persiapan kesehatan sejak dini di Tanah Air sebelum keberangkatan merupakan


upaya untuk mengantar jemaah mencapai kondisi Istitha’ah dalam aspek
kesehatan menjelang keberangkatan ke Tanah Suci hingga kembali ke Tanah Air.
e. Agar upaya persiapan kesehatan sebelum keberangkatan terkoordinasi dengan
baik dan terarah, ditetapkanlah batasan/kriteria klinis sebagai dasar penetapan
seorang jemaah dinilai mampu (Istitha’ah) dalam aspek kesehatan.
PRINSIP DASAR PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

HAJI MABRUR
ISTITHAAH
TERBITNYA KEBIJAKAN DAN REGULASI TERKAIT PEMBINAAN
PMK No 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan
Surat Edaran Mendagri No. 450/1861/SJ
Nota Diplomatik Arab Saudi No. 8/8/281683, Revisi Permenkes 442
Jasmaniyah, Amaliyah, dan Ubudiyah
Jasmani, Rohani, Ekonomi, dan Keamanan
Aspek kesehatan laik ibadah: Bebas CEDERA, SEHAT dan BUGAR

FAKTOR DETERMINAN: Usia Lanjut, Penyakit Kronis


(Kardiovaskular, Metabolik, Muskuloskeletal, Neurologis), Penyakit Menular, Psikososial
(Akut dan Kronis), Masalah Gizi, Kesehatan Reproduksi, Kecelakaan, Lingkungan (Air
Bersih, Sanitasi, Cuaca Ekstrim), dan Pengetahuan Kesehatan

5 LEVEL PREVENTION pada fase: Masa Tunggu, Keberangkatan,


Perjalanan Udara/Darat, Masa Ibadah
(Makkah, Madinah, Armina), Kepulangan
KEBIJAKAN POKOK
1. Jemaah Haji yang diberangkatkan memenuhi Istithaah Kesehatan
2. Untuk mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji wajib dilakukan
pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan
3. Dalam rangka mencapai Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, pemeriksaan
kesehatan dilakukan melalui 3 tahap
4. Pembinaan Kesehatan Haji dilakukan untuk Jemaah Haji masa tunggu
dan Jemaah Haji pada masa keberangkatan
5. Jemaah Haji Istithaah ditetapkan didaerah sebelum masuk Embarkasi
6. Penetapatan Istithaah Kes Jemaah Haji oleh Tim Kesehatan Kab/Kota
7. Pemeriksaan tahap III di Embarkasi untuk menetapkan status Laik
terbang atau tidak laik terbang  standar keselematan penerbangan
PENGERTIAN ISTHITHA’AH KESEHATAN
•Istithaah adalah kemampuan Jemaah Haji secara jasmaniah, ruhaniah,
pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa
menelantarkan kewajiban terhadap keluarga
•Istithaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari
aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan
pemeriksaan kes yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji
dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
•Harus dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan
terhadap Jemaah haji sehingga mencapai Istithaah Kesehatan Haji
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI
1. Memenuhi Syarat
2. Memenuhi Syarat
dengan Pendampingan
TPKH DAERAH 3. Tidak Memenuhi
PUSKESMAS Syarat Sementara
RUMAH SAKIT 4. Tidak Memenuhi
Syarat PPIH EMBARKASI
PENDAFTARAN

NOMER

PENERBANGAN
PORSI

ARAB SAUDI

SURVEILANS
DEBARKASI
PEMERIKSAAN PERTAMA PEMERIKSAAN KEDUA PEMERIKSAAN KETIGA

BERANGKAT

STATUS KESEHATAN : TPKH DAERAH STATUS KESEHATAN :


1. RESIKO TINGGI PUSKESMAS 1. LAIK TERBANG
2. TIDAK RISTI RUMAH SAKIT 2. TIDAK LAIK TERBANG
PEMERIKSAAN KESEHATAN PERTAMA

• Dilakukan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


Puskesmas dan/atau Rumah Sakit
• Dilakukan pada saat jemaah Haji melakukan pendaftaran untuk
mendapatkan nomor porsi
• Outputnya menghasilkan penetapan status kesehatan Jemaah Haji Risiko
Tinggi atau tidak Risiko Tinggi
• Kriteria status kesehatan Jemaah Haji Risiko Tinggi :
a. berusia 60 tahun atau lebih
b. memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang
potensial menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji
34
STANDAR PEMERIKSAAN KES.TAHAP PERTAMA
1. Anamnesa (Identitas, tgl.lahir, jenis kelamin, alamat, status , tgl.pemkes)
2. Pemeriksaan Fisik ( tanda vital, Postur tubuh, ispeksi palpasi dsb)
3. Pemeriksaan Penunjang (Gol.darah, darah lengkap, GDS, kolesterol,
urine lengkap (warna, kejernihan,bau, sedimen , glokusa urin , protein
urin), Rontgen dan Elektronikkardiografi )
4. Penetapan Diagnosis
5. Output : Penetapatan tingkat risiko kesehatan & Rekomend TL
(pengendalian faktor risiko) dalam bentuk Surat Keterangan Kesehatan
6. Rekomendasi atau tindak lanjut
7. Pembinnaan masa tunggu meliputi Pembimbingan Kesehatan dan
Penyuluhan Kesehatan
8. Cakupan 90% , JH yg akan berangkat 2 tahun masa tunggu
PEMERIKSAAN KESEHATAN KEDUA

• Dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/Kota di


puskesmas dan/atau rumah sakit.
• Dilakukan pada saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan
Jemaah Haji pada tahun berjalan
• Ouput menghasilkan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji meliputi:
a. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji (dulu Mandiri)
b. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan (dulu
Observasi dan Pengawasan)
c. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara (dulu
Tunda)
d. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji 37
STANDAR PEMERIKSAAN KES.TAHAP KEDUA
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang ( Rongent, EKG, Lab Lengkap ) sesuai permenkes
4. Hasil dan Rekomendasi Dokter Spesialis
5. Penetapatan Diagonosis
6. Penetapan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji 1 bulan sblm kloter
pertama masuk embarkasi (dalam bentuk Berita Acara )
7. Rekomendasi dan tindak lanjut
8. Jemaah Haji wajib dilakukan pembinaan , dg nama Pembinaan masa
keberangkatan & pengukuran kebugaran
9. Cakupan 100% , JH yg akan berangkat tahun berjalan
10.Penandaan gelang bagi Jemaah Haji Risti
11.Jemaah Haji mendapat dokomen kesehatan (e.BKJH)
STANDAR PEMERIKSAAN KEDUA
 Penetapan Istitha’ah dituangkan dalam berita acara dikeluarkan dan
ditandatangani ketua Tim penyelenggara Kesehatan haji (form II) (pasal 14)
• Berita acara disampaikan pada jama’ah bersangkutan
• Berita acara jama’ah TIDAK MEMENUHI SAYARAT dan TIDAK MEMENUHI
SYARAT SEMENTARA disampaikan kepada kepala kantor kementrian agama
kabupatenn / Kota untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku
• Rekap hasil istitha’ah kesehatan jama’ah haji dilaporkan kepada kepala
daerah Kab/ Kota dan ka Dinas kesehatan propinsi
PEMERIKSAAN KESEHATAN KETIGA

• Dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi


pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
• Outputnyadilakukan untuk menetapkan status kesehatan Jemaah
Haji laik atau tidak laik terbang
• Jemaah Haji yang ditetapkan tidak laik terbang merupakan Jemaah
Haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
International.
PEMERIKSAAN KESEHATAN KETIGA

• Dilaksanakan oleh PPIH Embarkasi Bidang Kesehatan di embarkasi


pada saat Jemaah Haji menjelang pemberangkatan.
• Dilakukan untuk menetapkan status kesehatan Jemaah Haji laik
atau tidak laik terbang
• Jemaah Haji yang ditetapkan tidak laik terbang merupakan Jemaah
Haji dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan
International.
41
FAKTOR RISIKO LAIN YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN JEMAAH HAJI

Lingkungan Fisik, seperti jarak pemondokan ke Masjidil Haram, suhu ekstrem


1 (panas, berdebu dan badai pasir), kelembaban rendah serta aktivitas ibadah yang
sebagian besar merupakan kegiatan fisik

Lingkungan Sosial, seperti adaptasi dengan penduduk dari berbagai negara dan di
2 negeri asing serta norma dan kebiasaan yang berbeda

3
Lingkungan Psikologis, seperti jauh dari keluarga dalam jangka waktu lama dan
interaksi antar sesama Jemaah Haji Indonesia selama menjalankan ibadah haji

Kebijakan, seperti kebijakan penempatan pondokan jemaah haji berisiko tinggi, baik
4
jarak atau kemudahan aksesnya
PEMBINANAN
Pembinaan dilakukan dalam rangka upaya Istithaah Kesehatan Jemaah
Haji
 Dilakukan atas dasar hasilpemeriksaan
 Merupakan upaya mempersiapkan Istithaah
 Jenis dan metode pembinaan meliputi:
a. Penyuluhan
b. Konseling
c. Pengukuran dan Latihan Kebugaran
d. Pemanfaatan Posbindu
c. Pemanfaatan Media
d. Manasik Kesehatan
e. Kunjungan rumah
PEMBINAAN MANASIK TERPADU
SENAM HAJI AGAR BUGAR
LATIHAN KEBUGARAN
SENAM DALAM RANGKA PERSIAPAN PENGUKURAN KEBUGARAN

SE

JEMAAH HAJI KOTA SOLO

JEMAAH HAJI KOTA SOLO


SENAM PEMANASAN SEBELUM ROCKPORT

STAR PENGUKURAN KEBUGARAN JEMAAH JEMAAH HAJI KAB,SRAGEN


ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

1. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji

2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan

3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji untuk Sementara

4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji


1. Memenuhi Persyaratan Istithaah Kesehatan Haji

• Jemaah Haji yang memiliki kemampuan mengikuti proses


ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain
dengan tingkat kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori
cukup, merupakan hasil pemeriksaan kebugaran yang
disesuaikan dengan karakteristik individu Jemaah Haji

• Jemaah Haji yang masuk kriteria ini wajib berperan aktif dalam
kegiatan promotif dan preventif
2. Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan
pendampingan

• Berusia 60 tahun atau lebih

• Menderita penyakit tertentu yang tidak masuk dalam


kriteria Tidak memenuhi syarat Istithaah sementara dan/atau
tidak memenuhi syarat Istithaah
3. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
untuk Sementara
• Tidak memiliki sertifikat vaksinasi Internasional (ICV) yang sah
• Menderita penyakit tertentu yang berpeluang sembuh
• Suspek dan/atau konfirm penyakit menular yang berpotensi
wabah
• Psikosis Akut
• Fraktur tungkai yang membutuhkan Immobilisasi
• Fraktur tulang belakang tanpa komplikasi neurologis
• Hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan
kurang dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu
4. Tidak Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji
• Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa
• Gangguan jiwa berat
• Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan
kesembuhannya
Kondisi klinis yang dapat mengancam jiwa
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) derajat IV
• Gagal Jantung Stadium IV
• Chronic Kidney Disease Stadium IV dengan peritoneal
dialysis/hemodialisis reguler
• AIDS stadium IV dengan infeksi oportunistik
• Stroke Haemorhagic luas;
Gangguan jiwa berat antara lain:
• skizofrenia berat
• dimensia berat
• retardasi mental berat;
Jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan kesembuhannya,
antara lain:
• keganasan stadium akhir,
• Tuberculosis Totaly Drugs Resistance (TDR)
• sirosis atau hepatoma decompensata.
REGULASI BARU
1. INDIKATOR RENSTRA KEBERHASILAN PROGRAM KESEHATAN HAJI :
JEMAAH HAJI YANG MENDAPAT PENILAIAN ISTITHAAH KESEHATAN
JEMAAH HAJI PALING LAMBAT SATU BULAN SEBELUM HARI PERTAMA
JEMAAH HAJI MASUK EMBARKASI
3. PADA MUSIM HAJI TH.1438 H/2017 M DI 6 PROVINSI JAWA, DOKUMEN
KES. JEMAAH HAJI TIDAK LAGI MENGGUNAKAN BKJH TeTAPI
MENGGUNAKAN e-BKJH.
4. SISTIM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN
(SISKOHATKES) MENYESUAIKAN DENGAN IMPLEMENTASI PERMENKES
NOMOR : 15 TAHUN 2016 TENTANG ISTITHAAH KES JEMAAH HAJI.
INDIKATOR PROGRAM
1. Indikator Pemeriksaan Kesehatan tahap pertama
90% Jemaah Haji yg akan melakukan setoran awal / telah memeiliki
nomor porsi dilakukan pemeriksaan kesehatan pertama untuk
penentuan tingkat risiko kesehatan, denominatornya jumlah JH yang
akan berangkat 2 (dua) tahun mendatang setelah tahun berjalan.
2. Pembinaan masa tunggu, setidaknya 90% JH telah mengikuti
pembinaan kesehatan haji di masa tunggu, akses minimal 4 kali.
3. Pemeriksaan Kesehatan JH masa keberangkatan adalah 100% ,
dimana JH yang akan berangkat thn berjalan diperiksa semuanya.
4. Seratus persen (100%) JH yg akan berangkatn dilakukan Pembinaan/
manasik Kesehatan termasuk pengukuran kebugaran.
4. BERDASARKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN
HAJI DAN UMROH NO. D / 29/ 2016 TENTANG PEDOMAN PEDOMAN
HAJI REGULER.
A. PERSYARATAN UMUM
1.Pendataran setiap hari kerja dan sepanjang tahun
2.Pendaftaran di Kemenag Kab/Kota sesuai KTP domisili CJH
3.Pendaftaran wajib dilakukan sendiri untuk foto & sidik jari
4.Pendaftar yg pernah berhaji bisa daftar lgi setelah 10 th sjak berhaji

B. PERSYARATAN PENDAFTAR
Ada 10 : Beraga Islam, Usia minimal 12 tahun, KTP/ bukti identitas lain, KK, Akte
kelahiran/ kutipan akta nikah, tabungan atas nama ybs, Pas Foto berwarna 3 x 4.

TIDAK DA PERSYARATAN PERIKSA KESEHATAN UTUK MENDAFTAR HAJI

BAGAMANA TANGGUNG JAWAB KESEHATAN


JH YG AKAN BERANGKAT 2 TH YAD DIPERIKSA DAN DIBINA KESEHATANNYA
TINDAK LANJUT KEGIATAN
1. PRO AKTIF KOORDINASI antara Kemenag, Pemerintah Kab/Kota dan
Dinas Kesehatan untuk MEMBERIKAN PELAYANAN (publik) YANG
TERBAIK (antisipatif, transparan, partisipatif dan responsif dalam
konteks tanggungjawab bukan sekedar kewajiban).
2. PEMBEKALAN TEKNIS untuk pengukuran dan pembinaan kebugaran
calon jamaah haji yang masuk daftar tunggu maupun daftar
keberangkatan.
3. PELAKSANAAN Kegiatan pengukuran dan pembinaan kebugaran di level
Puskesmas dapat menggunakan Dana BOK dan atau Kapitasi yang
dikelola Puskesmas sebagai satu kesatuan dari paradigma baru
pelayanan kesehatan yakni PENDEKATAN KELUARGA.
TINDAK LANJUT KEGIATAN
4. KOORDINASI antara Dinas kesehatan dan Kemenag
untuk mendapatkan daftar jema’ah berangkat 2017
5. Mapping domisili jema’ah sesuai wilayah puskesmas
pelaksanan pemeriksaan
6. Menyiapkan sarana prasarana dan Tim pemeriksa
kesehatan
7. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan jema’ah haji
tahap 2
8. Melakukan pembinaan KESEHATAN
PERSIAPAN PENGUKURAN KEBUGARAN JEMAAH HAJI
SOSILAISASI MENEGAKAN ISTITHAAH PADA JEMAAH HAJI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai