2
7. Diare Eksudat/Inflamatorik
perubahan mukosa usus sehingga proses absorbsi
terganggu peningkatan protein dan zat lain dalam lumen
usus disertai retensi cairan. Adanya darah atau leukosit
dalam tinja biasanya mengindikasikan proses inflamasi.
3
4
Epitel saluran pencernaan dilindungi dari sejumlah
mekanisme yang membentuk barrier. Gangguan epitel usus
karena mikroba atau patogen virus adalah penyebab diare
yang sangat umum pada semua spesies. Kerusakan epitel
menghasilkan tidak hanya eksudasi serum dan darah ke
lumen tetapi sering dikaitkan dengan kerusakan luas epitel
absorbsi. Dalam kasus seperti ini, penyerapan air terjadi
dengan sangat tidak efisien dan menyebabkan diare.
5
8. Diare Ringan/Berat
Faktor Resiko
1. Faktor umur yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat
diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi
efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.
2. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjdadi menurut letak
geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, dan diare
karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
3. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, kesediaan sarana air
bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih.
6
Patogenesis Diare
7
Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium
Perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai kompikasi dan dehidrasi.
Pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan
asidosis metabolic.
Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui :
Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus.
Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan rotavirus dalam feses.
Nilai pH feses dibawah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya malaborbsi
karbohidrat.
8
Pemeriksaan laboratorium :
1. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-reactive protein).
memberikan informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
2. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
3. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
4. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk
mengetahui adanya perforasi usus.
9
Klasifikasi Diare
a. Berdasarkan lama diare
- Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
- Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.
10
9. Diare Infektif
Disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit, jamur, maupun infeksi oleh organ
lain seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan)
KLASIFIKASI
1. Infeksi bakteri
2. Infeksi virus
3. Infeksi parasit
11
CARA PENULARAN
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fecal-oral,
terutama karena:
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen perut yaitu:
1. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).
2. Air tercemar oleh tinja.
3. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).
4. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.
5. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
12
13
PATOFISIOLOGI DIARE INFEKTIF
mikroba atau kuman yang masuk dalam saluran pencernaan berkembang dalam usus merusak
sel mukosa usus menurunkan daerah permukaan usus perubahan kapasitas usus gangguan
fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit / bakteri sistem transpor aktif dalam usus sel
mukosa mengalami iritasi sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
14
TATALAKSANA
Pada diare infektif, dibutuhkan antibiotik selektif. Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena
akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare
yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada penelitian multipel
ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin,
tetrasiklin, kloramfenikol, dan trimetropim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik ini
terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik oleh bakteri, perubahan struktur
bakteri yang menjadi target antibiotik dan perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik.
15
10. Diare Non-Infektif
World Gastroenterology Organisation Agen penyebab
gastroenteritis akut :
- Agen infeksi (90%)
- Agen Non-infeksi. (10%)
Non –Infeksi.
a. Malabsorpsi/ maldigesti
serapan Karbohidrat, Lemak, Asam amino, Protein, Vitamin dan mineral
b. Imunodefisiensi
hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), granulomatose kronik, defisiensi IgA dan
imunodefisiensi IgA heavycombination.
c. Terapi
Obat antibiotic, antasida dan kemoterapi.
d. Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-Ellison, neuropati diabetes.
16
11. Diare Organik
Diare yang ditemukan penyebab anatomik,
bakteriologik, hormonal ataupun toksikologi.
17
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
18
Thank
You
19