jalan napas tetap terbuka. Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkang saluran pernapasan. yaitu dengan cara Triple airway maneuver. Pada Triple Airway Manuever terdapat tiga perlakuan yaitu: Kepala ditengadahkan dengan satu tangan berada di bawah leher, sedangkan tangan yang lain pada dahi. Leher diangkat dengan satu tangan dan kepala ditengadahkan ke belakang oleh tangan yang lain Menarik rahang bawah ke depan, atau keduanya, akan mencegah obtruksi hipofaring oleh dasar lidah. Kedua gerakan ini meregangkan jaringan antara larings dan rahang bawah. Menarik / mengangkat dasar lidah dari dinding pharyinx posterior. Anatomi Jalan Napas
Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada
manusia yaitu hidung yang menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Kedua bagian ini di pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi kemudian bergabung di bagian posterior dalam faring. Faring berbentuk U dengan struktur fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak menuju kartilago krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian depannya terbuka ke dalam rongga hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars laryngeal). Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi mengarah ke posterior. Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan orofaring dari laringofaring (atau hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya aspirasi dengan menutup glotis- gerbang laring- pada saat menelan. Laring adalah suatu rangka kartilago yang diikat oleh ligamen dan otot. Laring disusun oleh 9 kartilago (gambar 5-2) : tiroid, krikoid, epiglotis, dan (sepasang) aritenoid, kornikulata dan kuneiforme (Morgan, 2006). Indikasi Bantuan Jalan Napas Obstruksi jalan napas 1. Sumbatan di atas laring a. Lidah yang jatuh ke hipofaring: Pasien tidak sadar atau dalam keadaan anastesi posisi terlentang. Pada pasien tidak sadar, tonus otot penyangga lidah menurun sehingga lidah jatuh ke arah posterior dan menempel pada dinding posterior faring dan menyebabkan obstruksi jalan nafas baik total atau parsial. Terutama pada pasien gemuk, leher pendek, lidah besar pada bayi. b. Benda asing 1) Lendir 2) Bekuan darah 3) Gigi palsu yang terlepas 4) Muntahan 5) Makanan c. Penyakit infeksi atau tumor jalan nafas bagian atas 1) Pembesaran tonsil 2) Polip pada rongga hidung 3) Tumor rongga mulut dan dasar lidah d. Trauma di daerah muka Trauma kepala yang mengenai daerah maksilo-fasial, yang dapat merusak anatomi regio tersebut sehingga mengganggu pasase udara melalui jalan napas atas 2. Sumbatan pada laring a. Benda asing menyumbat rima glottis b. Reaksi alergi anafilaktik c. Tumor laring d. Trauma laring e. Paralisis pita suara f. Spasme laring ,yaitu karena pita suara menutup sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh anastesi ringan dan mendapat rangasangan sekitar faring. Terapi yang dapat diberikan : 1) Triple Airway Maneuver 2) Ventilasi positif dengan oksigen 10 % 3) Bila tidak perbaikan diberikan pelumpuh otot suksinil 0,5 mg/kg iv, im deltoid, sublingual 2-4 mg/kg. 3. Sumbatan di bawah laring a) Tumor mendesak trakea b) Benda asing bronkus c) Spasme bronkus’tumor bronkus Tanda- tanda obstruksi jalan nafas a. Stridor (mendengkur) b. Pernafasan cuping hidung c. Retraksi trakea d. Retraksi torak (Latief, 2009). Lanjutan indikasi bantuan jalan nafas Henti nafas : depresi pusat nafas, kelumpuhan otot pernafasan Pembedahan: durasi lama, posisi khusus Pencegahan terhadap regurgitasi dan aspirasi Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi: saat resusitasi Tak terasa ada udara ekspirasi (latief, 2009). Pengelolaan Jalan Nafas Tanpa Alat
Membuka jalan nafas dengan metode :
a. Head Tilt (dorong kepala ke belakang) b. Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu) c. Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang) Membersihkan jalan nafas a. Finger Sweep (sapuan jari)
Dilakukan bila jalan napas tersumbat
karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang. b. Abdominal Thrust (Gentakan Abdomen)
c. Chest Thrust (Pijatan Dada)
d. Back Blow (Tepukan Pada Punggung) Pengelolaan Jalan Nafas Dengan Alat a. Faringeal airway Jika manuver triple airway kurang berhasil, maka dapat dipasang jalan napas mulut-faring lewat mulut dengan Oropharyngeal airway atau jalan napas hidung-faring lewat hidung dengan Nasopharyngeal airway. Nasopharyngeal airway (NPA) : berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari bahan karet lateks lembut. Pemasangan harus hati-hati dan menghindari trauma mukosa hidung pipa diolesi dengan jelly. Oropharyngeal airway (OPA) : Berbentuk pipa gepeng lengkung seperti huruf C berlubang ditengahnya dengna salah satu ujungnya bertangkai dengan dinding lebih keras untuk mencegah kalau pasien menggigit, lubang tetap paten, sehingga aliran udara tetap terjamin. OPA juga dipasang bersama pipa trakea atau sungkup laring untuk menjaga patensi kedua alat tersebut dari gigitan (Latief, 2009). b. Face mask Fase mask (sungkup muka) yaitu untuk mengantar udara/gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem anestesi ke jalan napas pasien. Bentuk sungkup muka sangat beragam bergantung usia dan pembuatnya. Ukuran 03 untuk bayi baru lahir, ukuran 02,01,1 untuk anak kecil, ukuran 2 dan 3 untuk anak besar dan ukuran 4 dan 5 untuk dewasa (Latief,2009). c. Laringeal mask airway Laringeal mask airway (sungkup laring) adalah alat jalan napas berbentuk sendok terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Dikenal dua macam sungkup laring : 1. Sungkup laring standar dengan satu pipa napas 2. Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa napas standar dan lainnya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus (Latief, 2009). Ukuran LMA Ukuran Usia Berat (kg) 1.0 Neonatus <3
1.3 Bayi 3-10
2.0 Anak Kecil 10-20
2.3 Anak 20-30
3.0 Dewasa kecil 30-40
4.0 Dewasa normal 40-60
5.0 Dewasa besar >60
d. Endotracheal tube Endotracheal tube yaitu mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa trakea dalam milimeter. Karena penumpang trakea bayi, anak kecil dan dewasa berbeda, penampang melintang trakea bayi dan anak kecil dibawah usia 5 tahun hampir bulat, sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi dan anak digunakan tanpa cuff dan untuk dewasa dengan cuff supaya tidak bocor. Endotracheal tube dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau melalui hidung ( nasotracheal tube) (Latief, 2009). e. Laringoskop dan Intubasi Laringoskop ialah alat yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat memasukan pipa trakea dengan baik dan benar a) Intubasi Intubasi adalah memasukan suatu lubang atau pipa trakea melalui mulut ataupun hidung menuju trakhea dengan tujuan untuk menjaga jalan napas (Latief, 2009). b). Indikasi Intubasi Secara umum, intubasi adalah indikasi untuk pasien yang memiliki resiko untuk aspirasi dan untuk prosedur operasi meliputi rongga perut atau kepala dan leher. Ventilasi dengan face mask atau LMA biasanya digunakan untuk prosedur operasi pendek seperti cytoskopi, pemeriksaan dibawah anestesi, perbaikan hernia inguinal dan lain lain Indikasi dibagi menjadi : Menjaga patensi jalan napas oleh sebab apapun Kelainan anatomis, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret jalan napas dan lain-lain. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi Misalnya saat resusitasi dan ventilasi jangka panjang. Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi (Latief, 2009). Komplikasi Intubasi a.Selama intubasi: 1. Trauma gigi-geligi 2. Laserasi bibir, gusi, laring 3. Merangsang saraf simpatis (hipersekresi dan takikardia) 4. Intubasi bronkus 5. Intubasi esofagus 6. Aspirasi 7. Spasme bronkus b. Setelah ekstubasi 1. Spasme laring 2. Aspirasi 3. Gangguan fonasi 4. Edema glotis-subglotis 5. Infeksi laring, faring trakea (Latief,2009). Difficult Airway Definisi Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas), menurut The American Society of Anesthesiology (ASA) 2003 adalah adanya situasi klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau intubasi yang dilakukan oleh dokter anestesi yang berpengalaman dan terampil. Jenis Kesulitan Jalan Napas Menurut ASA jenis kesulitan jalan napas dibagi menjadi 4 : Kesulitan ventilasi dengan sungkup atau supraglottic airway (SGA) Ketidakmampuan dari ahli anestesi yang berpengalaman untuk menjaga SO2 > 90 % saat ventilasi dengan menggunakan masker wajah dan O2 inspirasi 100%, dengan ketentuan bahwa tingkat saturasi oksigen pra ventilasi masih dalam batas normal. Kesulitan dilakukan laringoskopi
Kesulitan untuk melihat bagian pita suara, setelah dicoba
beberapa kali dengan laringoskop sederhana. Kesulitan intubasi trakea
Dibutuhkannya lebih dari 3 kali usaha intubasi atau usaha intubasi
yang terakhir lebih dari 10 menit Kegagalan intubasi
Penempatan ETT gagal setelah beberapa kali percobaan intubasi
(ASA, 2013). Kesimpulan Airway Management ialah memastikan jalan napas tetap terbuka. Tindakan paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkang saluran pernapasan. Indikasi Bantuan Jalan Napas :
1. Obstruksi jalan napas
2. Henti nafas : depresi pusat nafas, kelumpuhan otot pernafasan 3. Pembedahan: durasi lama, posisi khusus 4. Pencegahan terhadap regurgitasi aspirasi dan regurgitasi 5. Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi: saat resusitasi 6. Tak terasa ada udara ekspirasi (latief, 2009). Pengelolaan jalan nafas ( airway management ) terdiri atas : 1. Airway management tanpa alat 2. Airway management dengan memakai alat Difficult airway (Kesulitan Jalan Napas), menurut The American Society of Anesthesiology (ASA) 2003 adalah adanya situasi klinis yang menyulitkan baik ventilasi dengan masker atau intubasi yang dilakukan oleh dokter anestesi yang berpengalaman dan terampil. Penilaian difficult airway yaitu dengan menilai : anamnesis, pemeriksaan fisik :menilai kesulitan ventilasi dan menilai kesulitan intubasi. Penanganan Difficult Airway dapat menggunakan algoritma penanganan difficult airway menurut ASA. Dampak dari kegagalan jalan nafas dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan mencapai kematian, karena itu penilaian secara dini terhadap adanya obstruksi jalan nafas dengan penilaian keadaan pasien secara baik. terimakasih