Anda di halaman 1dari 15

HEALTH BELIVED MODEL ( HBM )

Puguh Raharjo
196070300111030
Health Belived Model
• Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang
mencetuskan health belief model untuk pertama
kali bersama Godfrey Hochbaum (1958).
• HBM digunakan untuk memprediksi
perilaku kesehatan preventif dan juga
respon perilaku untuk pengobatan pasien
dengan penyakit akut atau kronis.
• Namun akhir akhir ini HBM digunakan untuk
memprediksi berbagai perilaku yang
berhubungan kesehatan .
Health Belief Model

Health belief model adalah suatu model yang


digunakan untuk menggambarkan kepercayaan
individu terhadap perilaku hidup sehat, sehingga
individu akan melakukan perilaku sehat, perilaku sehat
tersebut dapat berupa perilaku pencegahan maupun
penggunaan fasilitas kesehatan (Conner, 2005 )
Komponen Health Belived Model
Health Belived Model mempunyai enam komponen
yaitu :
1. Perceived susceptibility (kerentanan yang
dirasakan)
2. Perceived severity (keseriuasan yang dirasakan)
3. Perceived benefits (manfaat yang dirasakan)
4. Perceived barriers (hambatan yang dirasakan
untuk berubah)
5. Cues to action (Isyarat Tindakan)
6. Self Efficacy (Kepercayaan Diri)
Penerapan Program Health Belived
Model
Penerapan program Health Belived Model dalam
studi kasus. Disini saya mengambil contoh studi kasus
tentang pencegahan HIV pada remaja
Ditinau dari 6 komponen HBM :

1. Tahap Perceived Susceptibility (kerentanan yang


dirasakan)
Pada tahap ini remaja memiliki persepsi bahwa mereka dapat menderita
HIV.
2. Tahap Perceived Severity (keseriuasan yang
dirasakan)
Remaja percaya bahwa HIV adalah penyakit menular, sehingga
remaja menghindari aktifitas yang dapat menyebabkan HIV.
Next…

3. Tahap Perceived Benefits (manfaat yang dirasakan)


Remaja percaya tentang kegunaan penggunaan kondom dapat melindungi diri dari
HIV, dimana mereka akan mendapat keuntungan karena menggunakan kondom untuk
mencegah penularan HIV.

4. Tahap Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan untuk berubah)


Persepsi menggunakan kondom menurunkan kenyamanan saat berhubungan seks.
Mengidentifikasi bagaimana dapat berhubungan seks dengan nyaman walaupun
menggunakan kondom.

5. Tahap Cues to Action (Isyarat Tindakan)


Melakukan tindakan nyata untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks.
Menerima isyarat atau pesan pengingat misalnya 25% remaja aktif seksual berisiko
tertular HIV.

6. Self Efficacy (Kepercayaan Diri)


Merasa percaya diri dalam menggunakan kondom. (Taylor, 2012).
Hasil Penelitian Terkait Dengan Health
Belived Model
Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks
Dalam Voluntary Conseling And Testing (VCT)
Tahun 2013.
Penulis : Arulita Ika Fibriana

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode survey dengan


pendekatan cross sectional, di mana variabel bebas dan variabel terikat diobservasi
dan diukur dalam waktu yang sama. Populasi penelitian ini adalah pelanggan WPS
di Lokalisasi Argorejo Semarang yang lokasinya atau wismanya tersebar dalam 6
RT.
Hasil Penelitian :
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik VCT pada
Pelanggan WPS Persepsi tentang kerentanan terkena HIV/
AIDS
Responden yang persepsi tentang kerentanannya rendah memiliki
proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan dengan
responden yang persepsinya tinggi. Sebaliknya responden yang persepsi
tentang kerentanannya tinggi memiliki proporsi lebih besar untuk
melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang persepsinya
rendah. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara persepsi tentang kerentanan terkena HIV/AIDS dengan
praktik VCT
2. Persepsi tentang keparahan atau keseriusan HIV/AIDS

Responden yang persepsi tentang keparahan rendah memiliki


proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan
dengan responden yang persepsinya tinggi. Sebaliknya responden
yang persepsi tentang keparahannya tinggi memiliki proporsi lebih
besar untuk melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang
persepsinya rendah. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara persepsi tentang keparahan
HIV/AIDS dengan praktik VCT.
3. Persepsi tentang manfaat VCT

Responden yang persepsi tentang manfaat VCT rendah memiliki


proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan
dengan responden yang persepsinya tinggi. Sebaliknya responden
yang persepsi tentang manfaat VCT tinggi memiliki proporsi lebih
besar untuk melakukan VCT dibandingkan dengan responden yang
persepsinya rendah. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara persepsi tentang manfaat VCT
dengan praktik VCT.
4. Persepsi tentang hambatan VCT

Responden yang persepsi tentang hambatan melakukan VCT tinggi


memiliki proporsi lebih besar untuk tidak melakukan VCT
dibandingkan dengan responden yang persepsinya hambatannya
rendah. Sebaliknya responden yang persepsi tentang hambatan VCT
rendah memiliki proporsi lebih besar untuk melakukan VCT
dibandingkan dengan responden yang persepsinya tinggi. Hasil uji chi
square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
persepsi tentang hambatan VCT dengan praktik VCT
5. Cues to action (motivasi / isyarat melakukan VCT)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki


motivasi (isyarat melakukan tindakan) rendah memiliki proporsi lebih
besar untuk tidak melakukan VCT dibandingkan dengan responden
yang motivasinya tinggi. Sebaliknya responden yang motivasinya
tinggi memiliki proporsi lebih besar untuk melakukan VCT
dibandingkan dengan responden yang motivasinya rendah. Hasil uji
chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
motivasi (isyarat melakukan tindakan) dengan praktik VCT.
Kesimpulan
1. Health Belived Model merupakan
model psikologis yang mencoba
menjelaskan dan memprediksi bahaya
penyakit melalui sikap dan keyakinan
individu
2. Health Belived Model merupakan
sebuah kesiapan individu untuk mengubah
perilaku dalam rangka menghindari suatu
penyakit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai