Anda di halaman 1dari 37

Perbedaan Perilaku Masyarakat Dalam Buang Air

Besar Sebelum dan Sesudah Dilakukan Bimbingan


Konseling Metode Focus Group Discussion tentang
Program Open Defecation Free di Kelurahan Bandarjo
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang
Oleh :
Tri Nugraheni
KEGIATAN STMB
diskusi dan penyuluhan,
mapping, transect walk, simulasi
penularan penyakit dari tinja
dengan tujuan menimbulkan
rasa jijik, malu, takut sakit
untuk merubah kebiasaan BAB
sembarangan
“BIMBINGAN KONSELING metode FGD”
Proses pendidikan yang sistematik antar pribadi, di
mana satu dan lainnya saling membantu untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalah dan berbagi informasi untuk
menyelesaikannya memalui diskusi sehingga
diperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan
pengetahuan
(Prayitno dan Erman, 2015; Surya, 2014).

“Pengetahuan dan Perilaku BAB”


Perubahan ataupun peningkatan pengetahuan
dan sikap merupakan prekondisi bagi
perubahan perilaku kesehatan pada seseorang
(perilaku buang ari besar)
(Glanz et al, 2009
Perilaku
sampel Indikator
BAB

BAB di parit
5
(kurang Cuci tangan
tanpa sabun
7
Tidak BAB
2 di parit
(baik) Cuci tangan
dgn sabun
Menganalisis perbedaan perilaku
masyarakat dalam BAB sebelum
UMUM dan sesudah dilakukan
bimbingan konseling metode
FGD tentang program ODF

TUJUAN Gambaran perilaku masyarakat


dalam BAB sebelum dilakukan
bimbingan konseling metode
FGD tentang program ODF

KHUSUS
Gambaran perilaku masyarakat
dalam BAB sesudah dilakukan
bimbingan konseling metode
FGD tentang program ODF
Konseling Metode FGD Perilaku buang air besar
tentang Program ODF sembarangan
Desain Pendekatan

• Pre • one group


eksperimen pre-post
test design
Sampel
• kepala keluarga di
Kelurahan Bandarjo • Purposive
• kepala keluarga di
Kecamatan Ungaran
Barat Kabupaten Kelurahan Bandarjo sampling
Semarang, yaitu Kecamatan Ungaran
sebanyak 144 orang. Barat Kabupaten
Semarang, yaitu
sebanyak 20 orang. Teknik
Populasi
sampling
DEFINISI CARA DAN HASIL SKALA
VARIABEL
OPERASIONAL ALAT UKUR UKUR UKUR
Variabel Proses penyampaian informasi - - -

independen tentang program open


Bimbingan defecation free bagi kepala
Konseling keluarga di Kelurahan Bandarjo
Metode Focus yang dilakukan di balai
Group pertemuan kelurahan dengan
Discussion metode diskusi kelompok
tentang terarah terkait dengan
Program Open pendapat, perasaan dan saran
Defecation melalui kelompok yang
Free diarahkan oleh moderator
selama 30 menit.
Definisi Skala
Variabel Cara dan Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Tindakan yang Lembar kuesioner yang Hasil
dependen: sistematis terdiri dari 20 pertanyaan pengukuran Ordinal
Perilaku tentang buang dengan penilaian pertanyaan selanjutnya
Masyarakat air besar positif yaitu : dikategori-
dalam secara benar 1. Tidak pernah : 1 kan menjadi
Buang Air 2. Kadang-kadang :2 3 yaitu:
Besar 3. Sering : 3 1. Kurang :
4. Selalu : 4 20-40
Penilaian pertanyaan negatif 2. Sedang :
yaitu : 41-60
1. Tidak pernah : 4 3. Baik :
2. Kadang-kadang :3 61-80
3. Sering : 2
4. Selalu : 1
1 Bimbingan
Konseling
Metode FGD
2 Perilaku
tentang Program
ODF
BAB

Kuesioner
Ceklist tidak baku
Uji validitas Uji reliabilitas

• Korelasi product • Cronbach alpha


moment • Nilai alpha >0,60
• r hasil>r tabel • 0,967 > 0,60
• 0,685-0,888 > • Semua
0,444 pernyataan
• Semua reliabel
pertanyaan valid
Prosedur
Administrasi

Prosedur
Pemilihan
Pengambilan
asisten
Data postes
peneliti
Penelitian

Prosedur
Prosedur Pengambilan
intervensi Data pre
Penelitian
Informed
Justice consent

Beneficiency Confidentiality

Autonomy Anonimity

Perlindungan
dari resiko
dan cedera
Editing

Cleansing Scoring

Tranfering Coding

Entring Tabulating
75.0%

25.0%

0.0%

Kurang Cukup Baik

Perilaku masyarakat dalam BAB sebelum dilakukan bimbingan


konseling metode focus group discussion tentang program open
defecation free sebagian besar kategori baik (75,0%)
Perilaku masyarakat dalam BAB sesudah dilakukan bimbingan
konseling metode focus group discussion tentang program
open defecation free semua kategori baik (100,0%)
Ada perbedaan yang bermakna perilaku masyarakat dalam buang air
besar sebelum dan sesudah dilakukan bimbingan konseling metode
focus group discussion tentang program open defecation free di
Kelurahan Bandarjo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang,
didapatkan p-value = 0,025 < 0,05 (α),
Tidak merasa air sumur dapat tercemar jika membuat jamban di
rumah (20,0%), dan menghindari punggung tangan saat mencuci
tangan setelah BAB dengan sabun (20,0%).
Penelitian Febrian (2016), perilaku BABS 55,8%. Penelitian Ridwan (2011),
perilaku BABS : 56,5%. TIDAK DUDUKUNG penelitian Triyono (2014)
perilaku Buang Air Besar KATEGORI BAIK sebanyak 71,0%

Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku BAB sembarangan


adalah pekerjaan (Murwati, 2012).

Responden yang mempunyai perilaku buang air besar sembarangan


adalah bekerja sebagai pedagang (100,0%)

Masyarakat yang bekerja di sektor non formal terbiasa dengan


lingkungan pekerjaan kurang bersih dan sehat sehingga mainset
hidup sehat kurang baik (Soemardji, 2009).
BAB setiap hari di jamban (100,0%), mencuci tangan setelah BAB
dengan menggunakan air bersih yang mengalir (100,0%).

Penelitia Winarti (2010) perilaku BAB kategori baik (65,3%). Penelitian Sari
(2016) perilaku BAB kategori baik (90,0%). TIDAK DUDUKUNG penelitian
Antuli (2014) perilaku BAB kategori tidak baik (90,4%).

Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku BAB sembarangan


adalah pendidikan (Murwati, 2012).

Responden yang mempunyai perilaku BAB yang baik


berpendidikan SMA (60,0%) dan sarjana (33,3%)

Seseorang yang berpendidikan tinggi mempunyai kesadaran untuk


menjaga kesehatan sehingga berperilaku kesehatan yang baik
(Notoatmodjo, 2010)
Air sumur dapat tercemar jika membuat jamban di rumah (45,0%)
dan mengeringkan tangan dengan mengangin-anginkan (60,0%).

Faktor mempengaruhi perilaku BAB masyarakat diantaranya


adalah umur (Murwati, 2012)

Responden yang mempunyai perilaku BAB yang cukup mempunyai


umur 34 tahun.

Pemahaman seseorang meningkat seiring dengan bertambahnya


usia (Potter and Peryy, 2015). Seseorang yang berusia 35-60 tahun
bertanggung jawab secara sosial membantu anak dan lingkungan
menjadi dewasa, sehingga mengetahui cara mewujudkan perilaku
sehat (Hurlock, 2010)
Setiap hari BAB di jamban, menggunakan air yang cukup (100,0%).
tidak buang air besar di sungai (100,0%).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku buang air besar


adalah pendapatan (Widoyono, 2018).

Pendapatan merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). pendapatan yang tinggi
dan berperilaku buang air besar yang baik, hal ini karena dengan
pendapatan yang diperoleh respnden digunakan untuk membangun
jamban sendiri sebagai tempat buang air besar (Daud, 2009).
Beda rata-rata perilaku masyarakat dalam BAB sebelum dan
sesudah dilakukan bimbingan konseling metode FGD tentang
program ODF sebesar 1,750
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku BAB sembarangan,
diantaranya peningkatan pengetahuan (Murwati (2012).

Upaya peningkatan pengetahuan melalui promosi kesehatan,


pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
pembentukan tindakan seseorang(Curtis, 2011).
 Perilaku masyarakat dalam buang air besar sebelum dilakukan
bimbingan konseling metode focus group discussion tentang
program open defecation free sebagian besar kategori baik yaitu
sebanyak 15 responden (75,0%).

 Perilaku masyarakat dalam buang air besar sesudah dilakukan


bimbingan konseling metode focus group discussion tentang
program open defecation free sebagian besar kategori baik yaitu
sebanyak 20 responden (100,0%).

 Ada perbedaan yang bermakna perilaku masyarakat dalam


buang air besar sebelum dan sesudah dilakukan bimbingan
konseling metode focus group discussion tentang program open
defecation free di Kelurahan Bandarjo Kecamatan Ungaran Barat
Kabupaten Semarang, didapatkan p-value = 0,025 < 0,05 (α).
BAGI PUSKESMAS UNGARAN BARAT
Sebaiknya pihak puskesmas aktif melakukan pembinaan kepada
masyarakat terkait dengan peningkatan kesadaran akan kesehatan
lingkungan dengan memberikan penyuluhan secara berjenjang dan
berkesinambungan.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Sebaiknya peneliti selanjutnya meningkatkan hasil penelitian ini
dengan mengendalikan faktor lain yang mepengaruhi penelitian ini
diantaranya sikap dari masyarakan dengan menembahkan sebagai
variabel yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai