Anda di halaman 1dari 56

Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi

RHINITIS ALERGI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PEKERJAAN


BIO CONTROL UNIT RESEARCH AND DEVELOPMENT DI PT. X
1 Pembimbing:
dr. Nano Sutrisno
dr. Ricky Satriawan P
dr. Galuh Yulianita
2
Oleh :
Angga Hendro Priyono, S.Ked
Dzulfiqar, S.Ked

3 Eva Narulita Kurnia Perdana, S..Ked


Fernadya Sylvia Nurindi, S.Ked
Fistana Bella Valani, S.Ked
Ni Made Ayu Linggayani, S.Ked

4FAKULTAS
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PT. GUNUNG MADU PLANTATION
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kementerian Kesehatan RI
mencatat dari 9.482 pekerja di 12
PAK = penyakit yang
Kabupaten/Kota dari 10 Provinsi
disebabkan oleh pekerjaan
yang disurvei terdapat 40,5%
dan atau lingkungan kerja
pekerja memiliki keluhan
termasuk penyakit terkait
kesehatan akibat pekerjaannya.
kerja (Permenkes, 2016)
Adanya keluhan ini dapat
menurunkan produktivitas
pekerja (Soemarko, 2012).

Menurut ILO (2013), keselamatan dan kesehatan


pertanian adalah salah satu kerja bagi para pekerja di
pekerjaan yang paling penuh sektor pertanian menjadi hal
resiko di seluruh dunia yang penting.
Pemerintah Republik
Indonesia melalui
Kementerian Pertanian telah Swasembada Gula
mencanangkan target Nasional tercapai!!
produksi gula nasional pada
2011 mencapai 3,8 juta ton.

MENURUNKAN
HAMA TANAMAN
PRODUKTIVITAS
Chilo aurichilius
PROGRAM
PENGENDALIAN HAYATI
Produksi massal
Trichrogramma chilonis
Dengan inang pengganti
ELIMINASI
Corcyra
Serangga merupakan salah satu Faktor Biologi yang menyebabkan
PAK. Seorang pekerja dilaporkan mengalami hidung tersumbat
disertai mata berair setelah bekerja selama dua tahun pada fasilitas
pengembangan berbagai jenis serangga spesies ngengat, hasil dari
skin test menunjukan adanya reaksi alaergi terhadap ekstrak dari
spesies ngegat (MMWR CDC, 1984).

Corcyra termasuk dalam kelas serangga ngengat, bersifat alergenik


dengan berat molekul tinggi dan dapat menyebabkan Alergi Akibat
Kerja salah satunya Occupational Rhinitis (OR) (Maestrelli, 2012).
Rumusan Masalah

Pasien perempuan, usia 28 tahun seorang karyawan yang bekerja pada divisi Crop Protection di bagian Bio
control, datang ke unit Medical divisi III pukul 10.00 dengan keluhan hidung berair sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan ini timbul berulang sejak 2 tahun yang lalu. Pasien bekerja di bagian Bio control yang berkaitan dengan
debu yang berasal dari ngengat spesies Corcyra cephalonica. Keluhan terutama dirasakan saat pasien berada di
ruang penangkapan ngengat karena pasien menghirup debu dari ngengat tersebut. Pasien sudah bekerja di
bagian tersebut selama 3 tahun, menurut pasien dan selama 2 tahun belakangan ini, pasien mengatakan keluhan
semakin memberat berupa hidung berair (pilek), tersumbat, terasa gatal dan bersin-bersin hingga kedua mata
berair.

Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi terhadap bahaya potensial yang mungkin ada sebagai
faktor terjadinya penyakit akibat kerja.
Tujuan

Mengidentifikasi bahaya potensial lingkungan kerja yang berhubungan


dengan pekerjaan yang ditemukan pada pekerja PT. GMP

Mencari faktor resiko yang berperan dalam terjadinya peyakit akibat


kerja yang berhubungan dengan pekerjaan.

Melakukan penegakan diagnosis okupasi.

Memberikan saran yang sesuai untuk mencegah terjadi penyakit yang


sama.
Metodologi

Investigasi
Anamnesis dan
terhadap pasien
pemeriksaan fisik
dan tempat
terhadap pasien.
kejadian.

Penelusuran
kepustakaan.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. DN
Usia : 28 th
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pekerjaan : Karyawan Harian

Departemen : Research and Development


Divisi : Crop Protection
Unit : Bio control
Lama bekerja : 3 tahun dengan intensitas kerja 7 jam/hari
Alamat : Perumahan III/Divisi III, PT. X
Anamnesis

Keluhan
Utama Hidung berair sejak 1 minggu yang lalu

Keluhan
Tambahan
Hidung tersumbat dan merah,
bersin, batuk tidak berdahak,
mata berair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Hidung berair sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini
sudah berulang selama 2 tahun. Pada awalnya pasien
bekerja di bagian Bio control yang berkaitan dengan
debu yang berasal dari ngengat spesies Corcyra
cephalonica. Pasien sudah bekerja di bagian tersebut
selama 3 tahun, selama 1 tahun pertama, pasien tidak
mengalami keluhan yang berarti.

2 tahun belakangan; pasien mengeluh hidung berair (pilek), tersumbat, terasa gatal dan
bersin-bersin hingga kedua mata berair.
• Cairan yang dikeluarkan dari hidung bening dan tidak berbau. Keluhan disertai
dengan keluhan tenggorokan terasa gatal dan batuk tidak berdahak.
• Keluhan dirasakan terutama saat pasien bekerja.
• keluhan hilang ketika pasien tidak bekerja.
• Pasien menyangkal adanya keluhan sesak, demam, ataupun nyeri pada pipi,
kepala, dan bagian atas mata. Selain itu pasien mengatakan tidak memiliki
gangguan penghidu sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
DAN LINGKUNGAN KERJA
- Riwayat Keluhan Serupa:
tidak ada - Riwayat Keluhan Serupa:
- Riwayat alergi ada beberapa rekan kerja
obat/makanan: tidak ada yang mengalami hal
serupa
- Riwayat alergi: disangkal
- Riwayat Pekerjaan: 3
tahun bekerja di bagian
bio control
Anamnesis Okupasi
Bahan/Material Tempat kerja Lama
Jenis Pekerjaan
yang digunakan (Perusahaan) Kerja
1. Melakukan fumigasi ruangan 1. Telur Corcyra Bio control pada 7jam/hari
dan alat-alat dengan 2. Ngengat divisi Crop
menggunakan phostoxin. Corcyra Protection
2. Mengumpulkan ngengat 3. Gabah jagung departemen
Corcyra cephalonica yang (sebagai media Research and
kemudian diletakkan suatu pembiakan) Development
tempat 4. Batang pisang
3. Mengumpulkan telur Corcyra 5. Phostoxin
cephalonica
4. Membuat pias
Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) yang digunakan pasien yaitu 2


lapis masker kain yang pada lapisan depan dilapisi
handuk basah tanpa baju pelindung ataupun kacamata
pelindung.
Uraian Tugas
Fumigasi Sterilisasi alat dan bahan enggunakan bahan kimia phostoxin
selama 4-5 hari.

Breeding Menabur telur Corcyra pada media gabah jagung.

Pasien melakukan breeding untuk 2 ruangan dari total 7 ruangan.

Pemelihara Menyiram air pada lantai untuk menjaga kelembapan


an
Memberikan batang pisang pada setiap kotak yang berisi media
pembiakan

Panen Pengumpulan ngengat Corcyca cephalonica


Pengumpulan telur Corcyca cephalonica
Membuat pias
Bahaya Potensial

Bahaya Potensial Masalah Kesehatan Tempat Kerja Lama Kerja

Fisik Ruang kerja tidak Research & 7 jam/hari


memiliki sirkulasi Development
udara yang
memadai
Kimia Risiko terhirupnya Research & 4 jam/hari
phostoxin sehingga Development
memungkinkan
timbulnya intoksikasi.
Bahaya Potensial

Bahaya
Masalah Kesehatan Tempat Kerja Lama Kerja
Potensial
Biologis 1. Gangguan pernapasan akibat Research & 7 jam/hari
terhirupnya debu ngengat Corcyra Development
cephalonica
2. Infeksi jamur pada kulit akibat kondisi
yang lembab
Ergonomi Cara pengambilan ngengat dalam ruangan Research & 5 jam/hari
secara terus menerus selama 5 jam Development
memungkinkan terjadinya neck pain

Psikologi Jenis pekerjaan monoton dan pasien merasa Research & 7 jam/hari
terganggu akibat setiap kerja mengalami Development
keluhan hidung berair.
Diagram Fishbone
Man Method

Kurangnya kesadaran Tidak adanya SOP khusus


dalam penggunaan Tidak adanya yang mengatur tentang
alat pelindung diri regulasi mengenai standard penggunaan APD.
(APD) untuk jeda waktu
mengurangi risiko penangkapan
timbulnya penyakit ngengat saat masa
akibat kerja panen
Penyakit akibat
kerja berupa rhinitis
alergi ec. Debu
Corcyra
Debu ngengat Corcyra dapat cephalonica
terhirup dan menyebabkan
gangguan saluran
pernapasan
Zat kimia phostoxin
yang dapat
menyebabkan
intoksikasi

Material
Ruang pembiakan dan penangkapan ngengat Kotak tempat media Tempat pengumpulan ngengat
Corcyra cephalonica breeding telur Corcyra Corcyra cephalonica
cephalonica

Alat pengumpul ngengat Corcyra cephalonica


Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

• Keadaan umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis
• Nadi : 72x/menit
• Pernapasan : 24x/menit
• Suhu : 36,2
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Badan Badan :160 cm
• Tinggi Badan :60 kg
Pemeriksaan Fisik
• Orofaring
o Mukosa: hiperemis (-)
o Gigi: dalam batas normal
Dextra Sinistra Tonsil Dextra Sinistra
Sekret Seromukous Seromukous Ukuran T1 T1
Konka Media Pembesaran - Pembesaran - Permukaan Tidak melebar Tidak melebar
Konka Inferior Pembesaran - Pembesaran - Warna Merah muda Merah muda
Septum deviasi - Detritus - -
Massa - Peritonsil Abses - Abses -
Pilar anterior Merah muda Merah muda-

• Thorax
– Inspeksi: dinding dada simetris, retrasi intercostal (+/+), penggunaan otot bantu napas
(+)
– Palpasi: nyeri tekan (-), krepitasi (-), gerakan dada simetris, fremitus taktil kanan = kiri.
– Perkusi: sonor
– Auskultasi: vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
Diagnosis Okupasi

Penyakit
Diagnosa Identifikasi yang
Pajanan dialami
Klinis akibat
pajanan

• Diagnosis Banding: • Debu ngengat Corcyca • Kontak terus-menerus


Rhinitis alergi, rhinitis cephalonica dengan pajanan serta
vasomotor penggunaan APD tidak
• Diagnosis Kerja: rhinitis memadai
alergi ec. Debu Corcyca
Pemeriksaan Anjuran

Darah lengkap, Nasal Provocational Test (NPT), prick test.

Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan tidak menimbulkan kecacatan fisik yang berat namun
mengganggu kenyamanan saat bekerja tetapi tidak mengganggu
kemampuan fisik sehari-hari.
RESUME

Pasien datang dengan keluhan hidung berair, tersumbat, batuk tidak


berdahak, serta mata berair akibat kontak terus menerus dengan debu
ngengat Corcyra.

Pasien bekerja di unit Research and Development pada Bio control PT. X
selama 3 tahun.

Keluhan hilang ketika pasien tidak bekerja, sebagian besar rekan kerja
pasien mengalami keluhan serupa.
Tata Laksana

Non Farmakologi Farmakologi


Menghindari pajanan
alergen Cetirizine 10 mg/ hari
Menggunakan alat pelindung diri (masker,
kacamata pelindung) yang memadai

Paratussin 3 x 1 tablet
Mengonsumsi obat secara teratur
Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PAK???? Kimia

Pajanan Faktor
yang Timbul dari Fisika
Aktivitas Pekerjaan
Penyakit akibat kerja adalah Biologi
penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan dan atau
lingkungan kerja termasuk Saluran Pernapasan
penyakit terkait kerja.

PAK
Penyakit terkait kerja adalah
penyakit yang mempunyai Kulit
beberapa agen penyebab
dengan faktor pekerjaan dan Sistem Organ
atau lingkungan kerja Otot Rangka
memegang peranan bersama
Kanker Akibat Kerja
dengan faktor risiko lainnya Mental dan
(Permenkes, 2016). Perilaku
Peny. Spesifik
lainnya
PerPres No 7, 2019
Prinsip-Prinsip Penyakit Akibat Kerja
• Hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.
• Frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi
daripada pada masyarakat.
• Penyakit dapat dicegah dengan melakukan tindakan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
Penegakan
Diagnosis Penyakit
Akibat Kerja
Pengendalian Hama Tebu
• Hama utama, yaitu hama penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella) dan
penggerek batang tebu (Chilo sacchariphagus, Chilo aurichilius),
pengendalian hama di lapangan, memfokuskan atau menekankan
pengendalain hama dengan metode pengendalian hayati. Pengendalian
hayati memanfaatkan musuh alami atau parasitoid Trichogramma sp.,
Tetratischus sp., Ellasmus sp., dan Appanteles sp. (Wijayanti, 2015).
• Serangga Hymenoptera ini dilaporkan mampu memarasit 51,3% populasi
telur penggerek batang tebu berkilat yang disurvei. Parasitoid T. chilonis
telah dibiakkan secara massal dalam jangka panjang di Laboratorium PT
GMP dengan menggunakan Corcyra cephalonica (Lepidoptera: Pyralidae)
sebagai inang pengganti (Sudarsono, 2011).
Occupational Allergies
• alergi yang disebabkan oleh adanya eksposur dari produk atau
bahan yang ada pada tempat kerja.
• Kedua elemen ini harus ada untuk dapat memenuhi diagnosis
Occupational Allergies, yaitu
• agen spesifik yang hanya ada di tempat kerja serta
• Memiliki hubungan dan menjadi penyebab timbulnya penyakit.

Occupational Allergy dapat mempengaruhi berbagai organ target termasuk paru-paru,


hidung, mata dan kulit. Alergi yang mempengaruhi saluran nafas atas dan bawah yaitu
• asthma akibat kerja (Occupational Asthma [OA])
• rhinitis akibat kerja (Occupational Rhinitis [OR]).
Etiologi
Patogenesis
Rhinitis Akibat Kerja
• Penyakit inflamasi pada hidung, yang dicirikan
dengan adanya nasal symptoms yang bersifat
intermiten ataupun persisten (ex: kongesti nasal,
bersin, rhinorhea, gatal) dan atau adanya hidung
tersumbat dan atau hipersekresi yang disebabkan
oleh partikel khusus pada lingkungan kerja dan
tidak akan terjadi di luar lingkungan kerja.
IgE mediated:
HMW
Allergic OR
Non-IgE
OR
Mediated: LMW
Rhinitis
Eksaserbasi
Diagnosis
• Penyebabnya ialah partikel HMW
Manajemen steroid topikal dan atau antihistamin.

• Eliminasi Paparan • gejala ringan intermitten


• Farmakoterapi antihistamin oral atau intranasal
• Terapi imunologis
• gejala ringan persisten dan sedang-berat
intermittent
Bagaimanapun, farmakoterapi
tidak dapat menggantikan terapi
antihistamin oral atau intranasal dan/atau
utama yaitu penghindaran total dekongestan atau kortikosteroid intranasal atau
dari alergen. Karena pasien antagonis leukotrien.
dengan OR memiliki resiko tinggi
untuk dapat berkembang menjadi
OA, diperlukan follow up lebih • gejala sedang-berat persisten
lanjut terkait gejala asthma. kortikosteroid intranasal.
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

Pasien mengalami keluhan berupa hidung berair, hidung tersumbat,


terasa gatal, sering bersin, dan mata berair yang disertai dengan batuk
dan gatal pada tenggorokkan. Pasien menyangkal adanya keluhan
sesak, demam, ataupun nyeri pada pipi, kepala, dan bagian atas mata.

Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal.


Status lokalis THT, kavum nasi dextra et sinistra tidak didapatkan
pembesaran konka media dan inferior, deviasi septum (-), massa (-),
sekret seromukous. Tonsil T1-T1, warna merah muda, detritus (-),
orofaring tidak hiperemis.
Anamnesis pekerjaan yang lengkap
Kronologis Pekerjaan

2015 2016 2017 2018 2019

Keluhan muncul Keluhan memberat


Pasien sebagai ibu Pasien bekerja di PT. X Keluhan tidak ada Hidung berair, hidung Hhidung berair,
rumah tangga departemen Research, tersumbat, sering hidung tersumbat,
divisi crop protection bersin gatal, mata berair
di bagian bio control yang semakin sering
dan batuk kering
Proses Kerja

Fumigasi Ruangan Breeding telur Menangkap Mengambil telur


dan alat Corcyra ngengat Corcyra dan pembuatan pias

Menggunakan bahan Menabur telur Corcyra Menggunakan alat Sejak pukul 07.00
kimia phostoxin selama 1 hari pada berbentuk kerucut hingga pukul 09.00
selama 4-5 hari media gabah jagung dari pukul 07.00 untuk kemudian
hingga pukul 12.00 dibuat pias
di dalam ruangan Trychogramma.
penangkapan (5x2m) Dalam pembuatan
tanpa dilengkapi pias, pasien duduk
ventilasi dari pukul 14.00
hingga pukul 16.00
setiap harinya.
Alat Pelindung Diri (APD)

Selama proses kerja, pasien hanya menggunakan alat pelindung berupa 2 lapis
masker yang diantara lapisan tersebut diberi handuk basah dengan tujuan
ngengat menempel pada handuk dan tidak terhirup, namun pasien mengatakan
debu ngengat tersebut tetap terhirup. Pasien tidak menggunakan kacamata
pelindung dan hanya menggunakan seragam dan alas kaki berupa sandal.
Sebelum bekerja di PT. X pasien tidak mengalami keluhan apapun,
Tahun pertama bekerja pasien tidak mengalami keluhan
Tahun kedua bekerja pasien mengalami keluhan berupa hidung berair, hidung
tersumbat, hidung gatal.

Keluhan lebih sering timbul di tempat kerja dan berkurang saat libur atau cuti
Kualitatif:
a. Pengamatan cara, proses, dan lingkungan kerja dengan memperhitungkan lama kerja
dan masa kerja
b. Pemakaian APD secara benar dan konsisten

Pasien bekerja 1 minggu (senin-minggu) selama 7 jam dalam 1 hari mulai dari pukul
07.00 hingga 16.00, terdapat waktu istirahat dari pukul 12.00 hingga 14.00.

Lingkungan kerja berupa ruangan tertutup tanpa ventilasi dengan ukuran 5x2m

Penggunaan APD oleh pasien belum lengkap dan tidak konsisten


X
X
Tatalaksana Umum
Melakukan pencegahan Pencegahan terbaik
• Primer adalah dengan
• Sekunder melakukan penghindaran
• Tersier faktor pencetus.
Tatalaksana
Khusus

Edukasi penggunaan obat


Tatalaksana antihistamin pada pekerja yang
Khusus memiliki riwayat alergi.
Medikametosa
- Sistemik :
Paratusin 3x1 tablet
Setirizin 1x10 mg
Prognosis :
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: bonam
Quo ad sanantionam: dubia ad
bonam
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja.

Bahaya yang dapat diidentifikasi pada kasus ini adalah bahaya terhirupnya debu
ngengat Corcyra cephalonica yang dapat menyebabkan rhinitis alergi.

Faktor risiko yang paling berperan adalah paparan langsung dengan alergen yaitu
debu Corcyra cephalonica.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat ditegakkan


diagnosis rhinitis alergi ec debu Corcyra cephalonica.
Saran

Saran bagi • Menghindari/meminimalisasi kontak langsung.


• Mengikuti regulasi SOP saat bekerja.
pekerja • Mengonsumsi obat alergi dengan tepat.

Saran Bagi • Memberikan penjelasan regulasi terkait kewajiban menggunakan APD saat bekerja dengan pengawasan
berkala dan sanksi yang tegas.

Pihak • Menyediakan APD yang tepat untuk pekerja agar risiko terjadinya rhinitis alergi dapat dihindari.
• Memberikan pelatihan dan penyuluhan khususnya kepada karyawan yang pekerjaannya kontak langsung
dengan bahaya biologis yang bersifat alergen, proses kerja yang aman, serta pentingnya penggunaan APD
Manajemen dengan benar.
• Melakukan rotasi kerja kepada setiap karyawan yang memiliki riwayat alergi dan yang memiliki risiko
PT. X terpapar alergen.
DAFTAR PUSTAKA
• Corrigan, J.E. & J.E. Laing. 1994. Effects of the rearing host species and the host species attacked on performance by
Trichogramma minutum sp. Riley (Hymenoptera: richogrammatidae). Biological Control, 23:755–760.
• ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Sarana untuk Produktivitas. Jakarta: ILO
• Maesterelli P, Boschetto P dan Dykewicz MS. 2012. Occupational Allergy. J Allergy Clin Immunol. 15:305-19.
• Morbidity and Mortality Weekly Report: Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 1984. Work-Related Allergies in
Insect-Raising Facilities. 33(31):448,453-4.
• Mungan D. 2015. Occupational Allergic Rhinitis: What Do We Know?. Springer: Curr Treat Options Allergy. 2:10-19.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja.
• Permenkes Nomor 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja.
• Soemarko DS. 2012. Penyakit Akibat Kerja: Identifikasi dan Rehabilitasi Kerja. Program Magister Kedokteran Kerja FKUI, K3 Expo
Seminar SMESCO 2012.
• Sudarsono H. 2011. Kajian Beberapa Karakteristik Biologi Penggerek Batang Tebu Berkilat Chilo auricilius sp. dan Parasitoidnya (T.
Chilonis sp.). FP UNILA: Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat.
• Sunaryo. 2003. Mempelajari Serangan Hama Penggerek Batang di Lapang pada Berbagai Varietas Tebu di Gunung Madu.
Lampung Tengah. 4 hlm.
• Waage, J.K. & N.G.S. Ming. 1984. The reproductive strategy of a parasitic wasp I. Optimal progeny and sex allocation in
Trichogramma evanescens. J. Of Animal Ecology, 53:401–415.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai