Pembimbing :
dr. Diana Kartika Sari, Sp.KK
Diagnosis Banding
• Dermatitis seboroik
• Alopecia areata
Planning Diagnosis
• Wood lamp
Planning Terapi
a. Medikamentosa
b. Non medikamentosa
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien yaitu:
- Menjaga hygiene dan sanitasi pada daerah lesi
- Dilarang untuk menggaruk daerah lesi
- Tidak memberikan oles-olesan bahan lain selain yang dianjurkan oleh dokter
- Tidak menggunakan sisir, topi, dan handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain
- Menghindari kontak dengan hewan lain seperti kucing
Edukasi
• Menjelaskan kepada keluarga pasien dan pasien mengenai penyebab, rencana pengobatan, serta prognosis
penyakit.
• Menjelaskan cara pemakaian obat-obatan yang diberikan, efek samping yang mungkin muncul dan berapa
lama pengobatannya.
• Menjaga hygiene dan sanitasi pada daerah lesi.
• Dilarang untuk menggaruk dan sering menyentuh daerah lesi, karena dapat memperparah kondisi dan
menyebabkan infeksi.
• Tidak memberikan oles-olesan bahan lain selain yang dianjurkan oleh dokter
• Tidak menggunakan sisir, topi, dan handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain
• Menghindari kontak dengan hewan lain seperti kucing
• Kontrol 1 minggu lagi.
BAB III
Pembahasan
Epidemiologi
Kasus Referensi
• Pasien atas nama An. S usia 8 tahun. • Fitzpatrick’s Dermatology 9th ed volume
1, tinea capitis paling sering dialami
pada anak antara usia 3-14 tahun. Tinea
capitis merupakan penyebab umum
terjadinya kerontokan rambut pada anak
yang disebabkan oleh infeksi sekunder
spesies dermatofita.
Manifestasi Klinis
Kasus Referensi
• lesi yang dialami An. S berupa Et regio • Berdasarkan buku Fitzpatrick’s Dermatology
9th ed volume 1, manifestasi klinis yang
parietal dan oksipital terdapat plak ditimbulkan beragam bergantung respon
berskuama berbatas tegas, disertai inflamasi, salah satu manifestasi klinis yaitu
adanya gray patch ringworm. Ditandai dengan
alopecia, ditepi lesi tampak rambut munculnya papul yang melebar dan
berwarna keabu-abuan, dan tampak membentuk bercak, yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan yang dialami penderita yaitu
gambaran wheat field. adanya rasa gatal. Warna rambut menjadi
abu–abu dan tidak mengkilat lagi. Rambut
mulai patah dan terlepas dari akarnya,
sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa
disertai dengan rasa nyeri. Semua rambut pada
area tersebut telah terinfeksi oleh jamur,
sehingga dapat terbentuk alopesia dan
terdapat bentukan menyerupai lading gandum
yang dipangkas.
Terapi
• Buku Rook’s Text Book of Dermatology 9th edition yaitu sesuai dengan dosis anak yaitu 10-15 mg/kg/hari;
dosis maksimal 500mg/hari (20 mg/kg bila diduga disebabkan oleh T. tonsurans dan T. schoenleinii diberikan
sekurang- kurangnya selama 6 minggu. Pada buku Fitzpatrick’s Dermatology 9th ed volume 1 dapat
ditambahkan terapi shampoo ketokonazole 1% atau 2% dengan dosis 2-3 kali perminggu atau 1-2 kali
perminggu sebagai profilaksis, dengan penggunaanya didiamkan selama 5-10 menit. Oleh sebab itu, pada
pasien ini, Penulis memutuskan untuk menberikan terapi Griseofulvin tablet 250 mg 1x1, shampoo
ketokonazole 2% 100 ml 2 kali seminggu, dan loratadin tablet 5 mg 1x1 bila timbul rasa gataB
BAB IV
KESIMPULAN
Tinea capitis adalah infeksi dermatofit pada rambut dan kulit kepala biasanya
disebabkan oleh spesies Trichophyton dan Mikrosporum. Tinea capitis merupakan
penyebab umum terjadinya kerontokan rambut pada anak yang disebabkan oleh
infeksi sekunder spesies dermatofita dengan pengecualian spesies Trichophyton
concentricum. Agen etiologi bervariasi di berbagai bagian dunia. Manifestasi klinis
yang timbul dapat berupa gray patch, black dot, dan inflammation type lession.