Anda di halaman 1dari 43

TINEA KAPITIS

Didi Yudha Trisandya


201720401011161

Pembimbing :
dr. Diana Kartika Sari, Sp.KK

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Gambiran Kediri


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
2019
DEFENISI
• Tinea Kapitis = Scalp Ringworm
• Capitis = Cap = Head
• Tinea capitis  infeksi dermatofit pada rambut dan kulit kepala biasanya
disebabkan oleh spesies Trichophyton dan Mikrosporum, dengan
pengecualian spesies Trichophyton concentricum.
• penyebab umum kerontokan rambut pada anak
• Agen etiologi bervariasi di berbagai bagian dunia  subspesies >>
• Trichophyton tonsurans  penyebab sekitar 90% kasus tinea capitis di
Amerika Serikat dan Inggris Raya
DEFENISI
• Infeksi dermatofita pada tinea
kapitis: ektotriks dan endotriks
• Ektotriks : invasi jamur dermatofita
pada permukaan rambut  destruksi
kutikula, ec: Microsporum
• Endotriks : invasi jamur dermatofita
di dalam rambut  destruksi kutikula
tidak terjadi, ec: Trichophyton
• gambaran septa dan hifa yang
bercabang-cabang
EPIDEMIOLOGI
• Sering  usia 3-14 tahun
• Efek fungistatik asam lemak pada sebum  penyebab penurunan drastis
insiden setelah pubertas
• Anak laki-laki > perempuan, namun daerah epidemis T. tonsurans 
ditemukan insidens yang sama pada kedua jenis kelamin
• prevalensi di Amerika Serikat sekitar 4%
• Anak keturunan afrika >>
• Hygine individu buruk >>
• Sosio ekonomi rendah >>
EPIDEMIOLOGI
• Dermatofita jenis antrofilik yaitu T. tonsurans  spesies yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat dan Inggris Raya
• M. Canis  penyebab paling umum Tinea capitis di Eropa.
• Ditemukan pada : sisir, topi, sarung bantal, mainan, dan kursi bioskop
• Sekitar 5-15% anak-anak di negara barat yang diperiksa kepalanya, kultur
dermatofita (+)
• Dominasi spesies penyebab dapat berubah seiring berjalannya waktu 
penularan melalui imigran.
• Usia
Tinea capitis umumnya merupakan infeksi anak, meskipun juga ditemukan
kasus pada orang dewasa, disebabkan  T. tonsurans.
• Etnis  Anak arika dan jenis rambut karibia >>
• Penyakit terkait  Orang dewasa dengan AIDS
Etiologi
• Hingga kini dikenal sekitar 41 spesies dermatofita: 2 spesies
Epidermophyton, 17 spesies Microsporum, dan 21 spesies Trichophyton.
MANIFESTASI KLINIS
• Manifestasi klinis bergantung : spesies kausatif , jumlah spesies, dan
respon imun host  menghasilkan berbagai tingkatan bergantung respon
inflamasi
Gray patch ringworm

• tipe non-inflamasi = tinea capitis


seboroik  scale bersifat dominan
• Penyebab >>  Microsporum audouinii
dan Microsporum ferrugineum
• Sering ditemukan pada anak-anak
• papul merah yang kecil disekitar rambut
+ gatal  melebar dan membentuk
bercak  berwarna pucat dan bersisik 
Warna rambut menjadi abu–abu dan
tidak mengkilat lagi  Rambut patah
dan terlepas dari akarnya  alopecia 
Lesi pada kepala yang besar, bulat, plak
hiperkeratotik, alopesia, bentukan menyerupai inilah disebut gray patch
ladang gandum yang dipangkas. Wood lamp 
fluoresensi hijau
Black dot

• Paling sering disebabkan oleh T. tonsurans


dan T. violaceum
• Rambut yang terkena infeksi akan patah
tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal hanya ujung rambut yang penuh
spora. Ujung rambut yang hitam didalam
folikel rambut ini memberi gambaran khas
black dot.
Tipe Inflamasi

• M. Canis, M. gypseum, dan T.


verrucosum cenderung
menyebabkan tipe inflamasi pada
tinea capitis
• Hasil dari inflamasi dapat terbentuk
pustula folikular hingga terbentuk
Kerion kerion
• Scalp terasa gatal
• Kerion dapat menimbulkan jaringan
parut dan berakibat alopesia yang
Tinea kapitis tipe inflamasi yang menetap.
disebabkan oleh Microsporum canis.
Pada alopesia terdapat papula, pustul,
dan nodul
Lampu Wood
• Cahaya lampu wood disaring melalui kaca Wood’s
nickel oxide (barium silikat dengan Nio) yang
melalui sinar ultraviolet dengan panjang
gelombang 365 nm.
• Infeksi rambut oleh Microsporum conis, M.
audouinii, dan M. ferrugineum  flouresensi
hijau terang
• Trichophyton schoenleini  flouresensi hijau
suram
• Wolf menyimpulkan bahwa susbtansi ini adalah
pteridines (pyridimine 4,5 : 2.3 pyazinel).
• Bahan flourosensi dihasilkan oleh jamur pada
rambut yang aktif sedang tumbuh. Sedangkan
pada rambut yang tercabut tidak berfluoresensi.
Pemeriksaan Mikroskop dengan KOH
• Pada pemeriksaan mikroskopik diperlukan spesimen berupa kerokan kulit
kepala dan rambut.
• Spesimen tersebut ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.
• Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu selama 15-20
menit untuk melarutkan jaringan, kemudian diperiksa langsung di bawah
mikroskop
• Pada sediaan kulit kepala  hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artospora).
• Pada sediaan rambut  spora kecil (mikrospora) maupun besar
(makrospora).
• Pada infeksi ektotriks  artospora terlihat mengelilingi kutikula rambut
• endotriks  artospora akan kelihatan tersusun di dalam rambut
Gambaran Pemeriksaan Mikroskop dengan KOH
KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
• Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong
pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies
jamur.
• Pemeriksaan dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media
buatan.
• Sediaan yang paling baik digunakan untuk pemeriksaan ini adalah
medium agar desktrosa Sabouraud yang mengandung sikloheksamid dan
antibiotik (Mycobiotik agar, Mycosel agar, Dermatophyte test media =
DTM).
KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
• Sikloheksamid pada konsentrasi 0,1-0,4 mg/ml menekan pertumbuhan
jamur saprofit tanpa merusak pertumbuhan dermatofit. Sedangkan
antibiotik yang sering digunakan adalah kloramfenikol (0,65 mg/ml) untuk
menekan pertumbuhan bakteri.
• Pertumbuhan dermatofita biasanya terlihat dalam waktu 10 – 14 hari.
Kultur bakteri dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa superinfeksi
bakteri. Superinfeksi biasanya disebabkan oleh S. aureus atau
Streptokokus Grup A.
KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
KULTUR JAMUR DAN BAKTERI
DIAGNOSIS BANDING

• Alopecia areata  Dibandingkan dengan bentuk black dot, biasanya kulit


tampak licin dan berwarna coklat. Rambut dibagian pinggir kelainan mula-
mula mudah dicabut dari folikel, akan tetapi pangkal yang patah tidak
tampak. Pada kelainan ini juga tidak terdapat skuama.
Dermatitis seboroik

• Dibandingkan dengan bentuk tinea favosa, rambut tampak berminyak,


kulit kepala ditutupi skuama yang berminyak.
• Lesi-lesi kulit distribusinya simeris.
Psoriasis

• Skuama tebal, berwarna putih mengkilat, dan bersfat kronik residif.


Biasanya disertai kelainan-kelainan di tempat lain.
TERAPI
• Terdapat berbagai pengobatan antifungal sistemik maupun topikal yang
efektif menghilangkan dermatofita.
• Oleh karena infeksi jamur pada tinea kapitis yang bersifat invasif, maka
pengobatan antifungal sistemik diutamakan.
• Pengobatan antifungal topikal dapat digunakan sebagai pengobatan
ajuvan.
• Griseofulvin digunakan sebagai terapi standar untuk pengobatan tinea
kapitis
TERAPI
• Antifungal topikal Hanya digunakan sebagai ajuvan: Selenium sulfide, Zinc pyrithione, Povidine Iodine, dan
Ketoconazole
• Antifungal sistemik
Griseofulvin
Dosis anak – 10-15 mg/kg/hari; dosis maksimal 500mg/hari. Diberikan sekurang- kurangnya selama 6 minggu
Dosis dewasa – Gray patch: 2x250mg/hari selama 1 – 2 bulan
Black dot: terapi lebih panjang dan dosis lebih tinggi sampai hasil KOH dan kultur negatif.
Kerion: 2 x 250mg/hari selama 4 – 8 minggu.
Terbinafine 3-6mg/kg/hari selama 2-4 minggu.
Itraconazole
Dosis anak – 5 mg/kg/hari
Dosis dewasa – 200 mg/hari selama 4 – 8 minggu
Fluconazole
Dosis anak – 6 mg/kg/hari selama 2 minggu.
Dosis dewasa – 200 mg/hari selama 4 – 6 minggu
Ketoconazole
Dosis anak – 5 mg/kg/hari
Dosis dewasa – 200 – 400 mg/hari
TERAPI
DEFENISI
DEFENISI
• Tinea Capitis = Scalp Ringworm
• Capitis = Cap = Head
• Tinea capitis  infeksi dermatofit pada rambut dan kulit kepala biasanya
disebabkan oleh spesies Trichophyton dan Mikrosporum, dengan
pengecualian spesies Trichophyton concentricum.
• penyebab umum kerontokan rambut pada anak
• Agen etiologi bervariasi di berbagai bagian dunia  subspesies >>
• Trichophyton tonsurans  penyebab sekitar 90% kasus tinea capitis di
Amerika Serikat dan Inggris Raya
PROGNOSIS
• Rekurensi biasanya tidak terjadi pada terapi griseofulvin, fluconazole, atau
terbinafin yang adekuat.
• Paparan terhadap orang yang terinfeksi, karier asimtomatik, atau fomite
yang terkontamintasi dapat meningkatkan kemungkinan relaps.
• Pada beberapa kasus, biasanya pada pasien berumur ±15 tahun, regresi
yang spontan dapat terjadi tanpa pengobatan, kecuali dengan infeksi T.
tonsuran.3
Identitas Pasien
• Nama : An. S
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 8 tahun
• Alamat : Kediri
• Agama : Islam
• Pendidikan terakhir : Taman kanak-kanak
• Pekerjaan : Pelajar
• Suku bangsa : Jawa
• Tanggal Periksa : 22 Juli 2019
Anamnesis
• Keluhan Utama : Gatal disertai kebotakan pada kepala
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Gambiran Kota Kediri bersama dengan kedua orang tua,
paisen mengatakan kepalanya sering gatal. Keluhan gatal pada kepala bagian atas dan belakang kepala.
Gatal dirasakan selama kurang lebih 1 minggu, hilang-timbul. Semakin gatal terutama saat beraktivitas.
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering menggaruk-garuk kepalanya saat bermain dengan teman-
temannya. Saat pertama kali diketahui oleh ibunya awalnya kecil kemudian menbesar hingga berukuran
kurang lebih 5 x 5 cm pada bagian atas kepala dan berukuran 2,5 x 1,5 cm pada bagian belakang kepala.
Selain gatal, pasien juga mengalami kerontokan rambut pada lokasi yang gatal di kepala hingga pasien
mengalami kebotakan pada sebagian rambut di kepala. Ibu pasien sudah memberikan obat anti-gatal
yang dibelinya di apotek, gatal berkurang, akan tetapi rambut tetap rontok dan saat ini sebagian area
rambut bagian atas mengalami kebotakan. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pernah bermain
dengan hewan yaitu kucing di depan rumah yang tidak diketahui pemiliknya.
Anamnesis

• RPD : Sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan seperti ini


• RPK : Keluarga tidak ada mengalami keluhan serupa. Ayah, ibu, dan anggota keluarga di rumah tidak ada
pernah mengalami gatal pada area selagkangan, perut, paha, kaki dan tangan.
• Riwayat Sosial – Ekonomi : Pasien suka bermain kucing. Pasien datang dengan ditemani oleh kedua orang
tuanya, kesan status ekonomi cukup.
• Riwayat Alergi : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki alergi baik makanan atau obat-
obatan. Tidak pernah merasakan gatal maupun sesak beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan
maupun obat-obatan. Ayah, ibu, serta mbahnya tidak memiliki riwayat alergi.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos mentis
• Berat Badan : 24 kg
• Tekanan darah :-
• Nadi :-
• Suhu :-
• RR :-
• Kepala : Terlampir dalam status dermatologis
• Leher : Dalam batas normal
• Thorax : Dalam batas normal
• Abdomen : Dalam batas normal
• Ekstremitas : Dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis :
Et regio parietal dan oksipital terdapat plak berskuama berbatas
tegas, disertai alopecia, ditepi lesi tampak rambut berwarna keabu-
abuan, dan tampak gambaran wheat field.
Diagnosis
• Tinea capitis

Diagnosis Banding
• Dermatitis seboroik
• Alopecia areata

Planning Diagnosis
• Wood lamp
Planning Terapi
a. Medikamentosa

b. Non medikamentosa
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien yaitu:
- Menjaga hygiene dan sanitasi pada daerah lesi
- Dilarang untuk menggaruk daerah lesi
- Tidak memberikan oles-olesan bahan lain selain yang dianjurkan oleh dokter
- Tidak menggunakan sisir, topi, dan handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain
- Menghindari kontak dengan hewan lain seperti kucing
Edukasi
• Menjelaskan kepada keluarga pasien dan pasien mengenai penyebab, rencana pengobatan, serta prognosis
penyakit.
• Menjelaskan cara pemakaian obat-obatan yang diberikan, efek samping yang mungkin muncul dan berapa
lama pengobatannya.
• Menjaga hygiene dan sanitasi pada daerah lesi.
• Dilarang untuk menggaruk dan sering menyentuh daerah lesi, karena dapat memperparah kondisi dan
menyebabkan infeksi.
• Tidak memberikan oles-olesan bahan lain selain yang dianjurkan oleh dokter
• Tidak menggunakan sisir, topi, dan handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain
• Menghindari kontak dengan hewan lain seperti kucing
• Kontrol 1 minggu lagi.
BAB III
Pembahasan
Epidemiologi
Kasus Referensi
• Pasien atas nama An. S usia 8 tahun. • Fitzpatrick’s Dermatology 9th ed volume
1, tinea capitis paling sering dialami
pada anak antara usia 3-14 tahun. Tinea
capitis merupakan penyebab umum
terjadinya kerontokan rambut pada anak
yang disebabkan oleh infeksi sekunder
spesies dermatofita.
Manifestasi Klinis
Kasus Referensi
• lesi yang dialami An. S berupa Et regio • Berdasarkan buku Fitzpatrick’s Dermatology
9th ed volume 1, manifestasi klinis yang
parietal dan oksipital terdapat plak ditimbulkan beragam bergantung respon
berskuama berbatas tegas, disertai inflamasi, salah satu manifestasi klinis yaitu
adanya gray patch ringworm. Ditandai dengan
alopecia, ditepi lesi tampak rambut munculnya papul yang melebar dan
berwarna keabu-abuan, dan tampak membentuk bercak, yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan yang dialami penderita yaitu
gambaran wheat field. adanya rasa gatal. Warna rambut menjadi
abu–abu dan tidak mengkilat lagi. Rambut
mulai patah dan terlepas dari akarnya,
sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa
disertai dengan rasa nyeri. Semua rambut pada
area tersebut telah terinfeksi oleh jamur,
sehingga dapat terbentuk alopesia dan
terdapat bentukan menyerupai lading gandum
yang dipangkas.
Terapi

• Buku Rook’s Text Book of Dermatology 9th edition yaitu sesuai dengan dosis anak yaitu 10-15 mg/kg/hari;
dosis maksimal 500mg/hari (20 mg/kg bila diduga disebabkan oleh T. tonsurans dan T. schoenleinii diberikan
sekurang- kurangnya selama 6 minggu. Pada buku Fitzpatrick’s Dermatology 9th ed volume 1 dapat
ditambahkan terapi shampoo ketokonazole 1% atau 2% dengan dosis 2-3 kali perminggu atau 1-2 kali
perminggu sebagai profilaksis, dengan penggunaanya didiamkan selama 5-10 menit. Oleh sebab itu, pada
pasien ini, Penulis memutuskan untuk menberikan terapi Griseofulvin tablet 250 mg 1x1, shampoo
ketokonazole 2% 100 ml 2 kali seminggu, dan loratadin tablet 5 mg 1x1 bila timbul rasa gataB
BAB IV
KESIMPULAN
Tinea capitis adalah infeksi dermatofit pada rambut dan kulit kepala biasanya
disebabkan oleh spesies Trichophyton dan Mikrosporum. Tinea capitis merupakan
penyebab umum terjadinya kerontokan rambut pada anak yang disebabkan oleh
infeksi sekunder spesies dermatofita dengan pengecualian spesies Trichophyton
concentricum. Agen etiologi bervariasi di berbagai bagian dunia. Manifestasi klinis
yang timbul dapat berupa gray patch, black dot, dan inflammation type lession.

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan


diagnosis yaitu pemeriksaan dengan wood lamp, pemeriksaan mikroskop dengan
KOH, dan pemeriksaan kultur. Diagnosis banding tinea capitis yaitu alopecia areata,
dermatitis seboroik, dan psoriasis. Terapi yang dapat diberikan pada tinea kapitis
yaitu anti fungal sistemik dengan terapi adjuvant anti fungal topikal serta terapi
simptomatis, seperti gatal. Prognosisnya yaitu rekurensi biasanya tidak terjadi pada
terapi griseofulvin, fluconazole, atau terbinafin yang adekuat
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai