Anda di halaman 1dari 60

PENGADAAN

BARANG/JASA DI
DESA

DISAJIKAN OLEH :
SUKEMI HAREFA, SE
KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN USAHA
EKONOMI MASYARAKAT
DINAS PMD KABUPATEN NIAS UTARA
Pengertian Umum
 Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut dengan pengadaan Barang/Jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh Pemerintah Desa,
baik dilakukan dengan cara Swakelola
maupun melalui Penyedia Barang/Jasa;
 Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha
atau perorangan yang menyediakan
barang/jasa;
 Swakelola adalah kegiatan pengadaan
Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau
diawasi sendiri oleh Tim Pengelola
Kegiatan;
 Tim Pengelola Kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang selanjutnya disebut TPK
adalah tim yang ditetapkan oleh Kepala
Desa dengan Surat Keputusan, terdiri dari
unsur Pemerintah Desa dan Unsur
Lembaga Kemasyarakatan Desa khusus
untuk melaksanakan pengadaan
Barang/Jasa di Bidang Pembangunanan.
RUANG LINGKUP
1)Ruang Lingkup pengaturan tata cara pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dalam Peraturan Bupati ini adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang pembiayaannya bersumber dari APBDesa.
2)Pengaturan tata cara pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
◦ pengadaan barang/jasa melalui swakelola;
◦ pengadaan barang/jasa melalui penyedia barang/jasa; dan
◦ perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembayaran,
pelaporan dan serah terima.
3)Pengadaan Barang/Jasa di Desa yang pembiayaannya bersumber
dari APBDesa, tidak termasuk dalam ruang lingkup dalam Pasal 2
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
PRINSIP DAN ETIKA PENGADAAN
BARANG/JASA

Pengadaan swakelola sebagaimana


dimaksud ayat (1), dilaksanakan
dengan cara :
a.memaksimalkan penggunaan
material/bahan dari wilayah
setempat;
b.gotong royong dengan melibatkan
partisipasi masyarakat setempat;
c.memperluas kesempatan kerja; dan
d.pemberdayaan masyarakat setempat.
(3) Dalam hal material/bahan dari wilayah
setempat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a tidak terpenuhi
dan/atau tidak tersedia, TPK dapat
memanfaatkan material/bahan dari luar
desa dengan memprioritaskan dari desa
terdekat.
(1) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak dapat
dilaksanakan secara swakelola, baik sebagian
maupun keseluruhan, dapat dilaksanakan oleh
penyedia barang/jasa yang dianggap mampu.
(2) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu
dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
Non Konstruksi sebagaimana dimaksud ayat
(1) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. memiliki tempat/lokasi usaha;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP);
c. memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan
(TDP).
d. memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP);
(3) Penyedia Barang/Jasa yang dianggap mampu
dalam pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki tempat/lokasi usaha;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP);
c. memiliki Surat Tanda Daftar Perusahaan
(TDP).
d. memiliki Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK);
e. Penyedia Barang/jasa yang dianggap
mampu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diutamakan penyedia barang/jasa
yang ada di desa setempat.
(4) Dalam hal penyedia barang/jasa di desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak tersedia, TPK dapat
memanfaatkan penyedia barang/jasa
dari luar desa dengan memprioritaskan
dari desa terdekat.
(5) Selain ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Penyedia
Barang/Jasa untuk pekerjaan
konstruksi, mampu menyediakan
tenaga ahli dan/atau peralatan yang
diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Pengadaan Barang/Jasa di desa menerapkan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. efisien yaitu pengadaan barang/jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran
dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan
dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil
dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;
b. efektif yaitu pengadaan barang/jasa harus sesuai
dengan kebutuhan dan sasaran yang telah
ditetapkan serta memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya;
c. transparan yaitu semua ketentuan dan informasi
mengenai pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan
dapat diketahui secara luas oleh masyarakat dan
penyedia barang/jasa yang berminat;
d. pemberdayaan masyarakat yaitu pengadaan
barang/jasa harus dijadikan sebagai wahana
pembelajaran bagi masyarakat untuk dapat
mengelola pembangunan desa menuju
kemandirian masyarakat;
e. gotong royong yaitu penyediaan tenaga
kerja secara cuma-cuma oleh masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan
di desa; dan
f. akuntabel yaitu harus sesuai dengan aturan
dan ketentuan yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
B. Etika Pengadaan barang/Jasa

Para pihak dalam pengadaan barang/jasa


meliputi :
a. TPK/Kepala Seksi; dan
b. Penyedia Barang/Jasa

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan


Pengadaan barang/Jasa harus mematuhi etika
sebagai berikut :
a. bertanggungjawab;
b. mencegah kebocoran dan pemborosan
keuangan desa ;
c. serta patuh terhadap ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
PENGELOLAAN KEGIATAN

A. Pembentukan Tim Pengelola Kegiatan

(1) Untuk melaksanakan Pengadaan


Barang/Jasa dibentuk Tim Pengelola
Kegiatan (TPK) setelah penetapan
RKPDesa.
(2) Tim Pengelola Kegiatan pengadaan
barang dan jasa terdiri dari 11
(sebelas) orang, dengan Susunan Tim
terdiri dari :
Penanggungjawab : Kepala Desa
Ketua Tim : Satu orang (Kepala Urusan
Perencanaan/Kepala Dusun)
Sekretaris Tim : Kepala Urusan Tata Usaha dan
Umum;
Anggota : 1. Satu orang Unsur LPM;
2. Satu orang Unsur TP PKK;
3. Satu orang Unsur Karang
Taruna;
4. Satu orang Unsur Kader
Posyandu;
5. Satu orang Unsur Ketua RW ;
6. Satu orang Unsur Ketua RT;
7. satu orang unsur masyarakat;
8. Salah seorang yang berprofesi
sebagai tukang.
(3) Untuk ditetapkan sebagai anggota TPK harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas, disiplin dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan
tugas;
b. mampu mengambil keputusan, serta tidak
pernah terlibat korupsi, kolusi, dan
nepotisme;
c. menandatangani Pakta Integritas;
d. memiliki kemampuan kerja secara
berkelompok dalam melaksanakan setiap
tugas/ pekerjaannya.
(4) Ketua dan Sekretaris TPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh Kepala
Desa.
(5) Anggota TPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipilih melalui
musyawarah yang dipimpin oleh Kepala
Desa yang dibuktikan dengan Berita
Acara dan Daftar Hadir.
(6) TPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan melalui Keputusan
Kepala Desa.
1) Setelah ditetapkannya APBDesa, Ketua TPK sudah
mulai melakukan kegiatan dan mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dan Surat
Pernyataan Tanggungjawab Belanja kepada
Sekretaris Desa untuk diverifikasi.
2) Dalam melaksanakan kegiatan TPK selalu
mempedomani design RAB yang sudah ditetapkan
dalam APBDesa.
3) TPK dalam melaksanakan tugasnya selalu
mendokumentasikan semua kegiatan dari awal
sampai selesai kegiatan baik melalui foto visual
(0%, 20%, 60%, 100%) maupun laporan tertulis.
4) TPK senantiasa memberikan Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa secara
berkala.
1) TPK dalam melaksanakan tugasnya berhak menerima
dana operasional.
2) Dana operasional TPK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling tinggi 5% (lima per seratus) dari jumlah pagu
kegiatan.
3) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dialokasikan
untuk belanja honorarium TPK, belanja alat tulis kantor,
belanja fotocopy/penggandaan, biaya perjalanan dinas,
biaya rapat-rapat, belanja desain gambar dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) kegiatan.
4) Standar honorarium TPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) sebesar honorarium Tim Pelaksana Kegiatan
yang ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dalam standar biaya umum Daerah Kabupaten Nias
Utara.
5) Honorarium TPK dianggarkan untuk setiap jenis kegiatan
dan pembayarannya disesuaikan dengan jangka waktu
pekerjaan yang termuat dalam RAB.
B. Tugas dan Wewenang TPK
(1) TPK memiliki tugas pokok dan kewenangan
sebagai berikut:
a. rencana umum pengadaan barang/jasa di desa pada
tempat-tempat strategis melalui Rukun Tetangga dan
Rukun Warga;
b. menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB)
berdasarkan data harga pasar setempat atau harga
pasar terdekat dari desa tersebut dengan
memperhitungkan ongkos angkut pengambilan atas
barang/jasa yang akan diadakan dengan tidak
melebihi standar satuan harga Pemerintah Daerah
Kabupaten Nias Utara;
c. menetapkan spesifikasi teknis barang/jasa;
d. khusus pekerjaan Konstruksi, menetapkan Gambar
Rencana Kerja sederhana/sketsa;
f. menetapkan penyedia Barang/jasa;
g. membuat rancangan Surat Perjanjian;
h. menandatangani Surat Perjanjian;
i. menyimpan dan menjaga keutuhan
dokumen pengadaan Barang/Jasa; dan
j. melaporkan semua kegiatan dan
menyerahkan hasil pengadaan
Barang/Jasa kepada Kepala Desa
dengan disertai Berita Acara Serah
Terima Penyelesaian Pekerjaan.
(2) RAB dan gambar rencana kerja
sederhana/sketsa dianggap sah setelah
mendapatkan verifikasi dari Pendamping Desa
Teknik Infrastruktur (PDTI).
(3) Dalam melaksanakan tugas pokok dan
kewenangannya, TPK didampingi oleh Tenaga
Ahli pendamping profesional yang ditempatkan
oleh pemerintah untuk memfasilitasi survei
data harga pasar setempat atau harga pasar
terdekat dalam penyusunan RAB.
(4) Sebelum melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tenaga pendamping
profesional terlebih dahulu memberikan
pelatihan kepada TPK yang biayanya bersumber
dari APBDesa atau Swadaya masyarakat.
(5) TPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau
menandatangani surat perjanjian dengan penyedia
Barang/Jasa apabila:
a. belum tersedia anggaran;
b. melebihi pagu kegiatan yang ditetapkan dalam
APBDesa.
(6) Tugas Penanggungjawab sebagaimana dimaksud
pada Pasal 10 ayat (2) sebagai berikut :
a. mengkoordinir seluruh tim dalam rangka
melaksanakan kegiatan pembangunan di Desa;
b. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
berdasarkan laporan dari Ketua Tim Pengelola
Kegiatan;
c. menggerakkan swadaya masyarakat;
d. menyelesaikan segala permasalahan yang
timbul atas pengaduan/keluhan masyarakat
terkait dengan pelaksanaan pembangunan.
e. melaporkan setiap bulannya melalui
musyawarah desa tentang perkembangan dan
kemajuan kegiatan serta keuangan desa.
(7) Ketua TPK sebagaimana dimaksud pada
Pasal 10 ayat (2) bertugas :
a. bersama Kepala Desa selaku
Penanggungjawab Kegiatan
memfasilitasi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pelaporan
dan pertanggungjawaban;
b. mengkoordinasikan dan melaksanakan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam
APBDesa;
c. menyusun dan membagi tugas-tugas
anggota TPK pada pelaksanaan
kegiatan;
d. membuat Rencana Anggaran Biaya dengan
mempedomani Perdes tentang APBDesa;
e. menyusun tahapan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan;
f. merekapitulasi hasil-hasil kegiatan;
g. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
kepada Kepala Desa selaku
Penanggungjawab kegiatan;
h. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
kegiatan pembangunan secara berkala
(perbulan) kepada Kepala Desa sebagai
penanggungjawab;
i. mengajukan SPP dan Pernyataan
Tanggungjawab Belanja dengan
melampirkan bukti-bukti transaksi yang sah
kepada Kepala Desa dan diverifikasi oleh
sekretaris desa selaku Koordinator PTPKD;
j) menyiapkan Dokumen Surat
Pertanggungjawaban dan atau Bukti
Transaksi atas pengeluaran
pelaksanaan pembangunan; dan
k) membuat Surat Pengajuan Panjar
kepada Kepala Desa melalui
Sekretaris Desa.
l) berwewenang menandatangani Surat
Perjanjian Kontrak, SPP, Surat
Pernyataan Tanggungjawab Belanja,
kwitansi pembayaran (setuju bayar),
dan administrasi lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan
pembangunan.
(8) Sekretaris TPK sebagaimana dimaksud pada
Pasal 10 ayat (2) bertugas :
 membantu penyusunan Rencana Anggaran
Biaya;
 membantu mengkoordinasikan tugas-tugas
mengenai pelaksanaan kegiatan
pembangunan.
 membantu Ketua TPK menyiapkan Surat
Perjanjian Kontrak, SPP, Surat Pernyataan
Tanggungjawab Belanja, kwitansi
pembayaran dan administrasi lainnya yang
berkaitan dengan pelaksanaan
pembangunan.
 sebagai penerima barang/bahan dan
peralatan.
(9) Anggota TPK sebagaimana dimaksud pada
pasal 10 ayat (2) bertugas untuk membantu
pelaksanaan kegiatan berdasarkan
pembagian tugas yang diberikan oleh Ketua
TPK
PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
SWAKELOLA

1) Swakelola merupakan kegiatan pengadaan


Barang/Jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi
sendiri oleh TPK.
2) Pelaksanaan Swakelola oleh TPK meliputi
kegiatan persiapan, pelaksanaan, pengawasan,
penyerahan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban hasil pekerjaan.
3) Khusus untuk pekerjaan atau/bagian pekerjaan
konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan
kontruksi yang membutuhkan tenaga ahli
dan/atau peralatan berat, tidak dapat
dilaksanakan dengan cara Swakelola.
1) Rencana Persiapan Pelaksanaan
Swakelola meliputi :
◦ Rencana Anggaran Biaya (RAB);
◦ jadwal pelaksanaan pekerjaan;
◦ daftar nama-nama tenaga kerja;
◦ kebutuhan bahan; dan
◦ kebutuhan peralatan.
2) Khusus pekerjaan konstruksi,
menetapkan gambar rencana kerja
sederhana/ sketsa dan spesifikasi teknis.
Pelaksanaan Swakelola :

1) Untuk mendukung kegiatan Swakelola,


pengadaan Barang/Jasa yang tidak dapat
disediakan dengan cara Swadaya, dapat
dilakukan oleh Penyedia Barang/Jasa yang
dianggap mampu oleh TPK.
2) Tata cara pengadaan barang/jasa dalam
rangka mendukung kegiatan Swakelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berpedoman pada Peraturan Bupati ini dan
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
3) Khusus untuk pekerjaan konstruksi, TPK
:
◦ ditunjuk 1 (satu) orang penanggungjawab
teknis pelaksanaan pekerjaan dari anggota TPK
yang dianggap mampu atau mengetahui teknis
kegiatan/pekerjaan;
◦ dapat dibantu oleh personil yang ditunjuk dari
Dinas teknis terkait atas persetujuan dari
Kepala Unit Kerja yang bersangkutan;
◦ dibantu oleh kader teknik desa; dan
◦ selalu didampingi oleh tenaga pendamping
profesional.
4)Khusus pekerjaan konstruksi bangunan,
pembuatan dan/atau peningkatan jalan di
pedesaan, untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang
dilakukan secara Swakelola, TPK
mengajukan SPP kepada Kepala Desa,
terbagi 3 (tiga) tahap yaitu:
a. tahap pertama senilai 20% (dua puluh
perseratus) merupakan uang dimuka
dari nilai pekerjaan untuk membiayai
pengadaan barang dan jasa di Desa;
b. tahap kedua senilai 40% (empat puluh
perseratus) setelah TPK
mempertanggungjawabkan 100% (seratus
perseratus) dari nilai uang dimuka yang telah
dipergunakan dan untuk menjamin
penggunaan dana sebagaimana dimaksud
pada huruf a wajib mendapat sertifikasi dari
Kader Teknik yang didampingi oleh
Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI);
c. tahap ketiga senilai 40% (empat puluh
perseratus) setelah TPK
mempertanggungjawabkan 100% (seratus
perseratus) dari nilai uang yang diminta pada
tahap kedua yang telah dipergunakan dan
untuk menjamin penggunaan dana
sebagaimana dimaksud pada huruf b wajib
mendapat sertifikasi dari Kader Teknik yang
didampingi oleh Pendamping Desa Teknik
Infrastruktur (PDTI);
d. bukti pembayaran dianggap sah setelah
mendapatkan verifikasi dari Sekretaris Desa
selaku Koordinator Pelaksana Teknis
Pengeloaan Keuangan Desa dengan
persetujuan Kepala Desa.
e. TPK wajib mengawasi semua kegiatan
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya,
selanjutnya melaksanakan pertemuan setiap
minggu untuk mengevaluasi setiap tahapan
kegiatan pekerjaan dan membuat laporan
kepada Kepala Desa.
f. TPK wajib mempertanggungjawabkan realisasi
keuangan dan realisasi fisik pekerjaan yang
menjadi kewajibannya.
g. TPK wajib mempertanggungjawabkan hasil
pekerjaan/kegiatan kepada Kepala Desa
selaku PKPKDes.
a. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
Barang/Jasa dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan barang/jasa dalam rangka
mendukung pelaksanaan Swakelola maupun
memenuhi kebutuhan barang/jasa secara
langsung di Desa.
b. Kebutuhan barang/jasa dalam rangka
mendukung pelaksanaan Swakelola antara lain:
 pembelian material pada swakelola
pembangunan jembatan desa;
 sewa peralatan untuk swakelola
KEGIATAN PENGADAAN
pembangunan balai desa;
BARANG/JASA MELALUI
 penyediaan tukang batu dan tukang kayu
PENYEDIA BARANG/JASA
untuk swakelola pembangunan Posyandu
disesuaikan dengan kebutuhan dan
anggaran.
Perencanaan :
Dalam perencanaan pengadaan
Barang/Jasa TPK harus
mempertimbangkan:
a. kondisi/keadaan yang sebenarnya
dilokasi/ lapangan;
b. kepentingan masyarakat setempat;
c. jenis, sifat dan nilai Barang/Jasa serta
jumlah penyedia Barang/Jasa yang ada
dan kebutuhan barang/bahan.
Pelaksanaan :
1) Tata cara Pengadaan Barang/Jasa
meliputi:
a. pengadaan Barang/Jasa dengan nilai
sampai dengan Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah);
b. pengadaan Barang/Jasa dengan nilai
diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); dan,
c. pengadaan Barang/Jasa dengan nilai
diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
2)Tata cara Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai
sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sebagaimana dimaksud Ayat (1)
huruf a adalah sebagai berikut:
a. melakukan pembelian langsung atas
Barang/Jasa kepada 1 (satu) penyedia
Barang/Jasa;
b. pembelian dilakukan tanpa melakukan
permintaan penawaran secara tertulis;
c. melakukan negosiasi (tawar-menawar)
secara langsung ditempat kepada penyedia
Barang/Jasa yang dituangkan dalam berita
acara hasil negosiasi;
d. penyedia Barang/Jasa memberikan bukti
transaksi berupa nota, faktur pembelian
3)Tata cara Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai
diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan nilai Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b
adalah sebagai berikut:
a. Tim Pengelola Kegiatan melakukan
pengadaan langsung atau penunjukan
langsung atas barang/jasa kepada 1 (satu)
penyedia Barang/Jasa;
b. Tim Pengelola Kegiatan melakukan
permintaan penawaran secara tertulis dari
penyedia Barang/Jasa dengan dilampiri
daftar Barang/Jasa (rincian barang/jasa
atau ruang lingkup pekerjaan, volume, dan
satuan);
c. Penyedia Barang/Jasa menyampaikan
penawaran tertulis yang berisikan daftar
barang/jasa (rincian barang/jasa atau
ruang lingkup pekerjaan, volume, dan
d. TPK melakukan negosiasi (tawar-
menawar) dengan penyedia
Barang/Jasa untuk memperoleh harga
yang lebih murah;
e. Penyedia Barang/Jasa memberikan
bukti transaksi berupa nota, faktur
pembelian, kuitansi untuk dan atas
nama TPK;
f. TPK mengumumkan data pekerjaan
dan penyedia barang/jasa terpilih di
papan pengumuman kantor Desa dan
tempat strategis lainnya di desa
sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. nama barang atau pekerjaan yang
diadakan;
2. nama dan alamat penyedia
barang/jasa;
3. harga akhir hasil negosiasi (tawar-
menawar);
4. jangka waktu penyerahan barang
atau pelaksanaan pekerjaan; dan,
5. tanggal diumumkan.
4) Tata cara Pengadaan Barang/Jasa dengan
nilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) sebagaimana dimaksud
pada Ayat (2) huruf c adalah sebagai
berikut :
a. mengundang dan meminta 2 (dua)
penawaran secara tertulis dari 2 (dua)
penyedia Barang/Jasa yang berbeda
dilampiri dengan daftar barang/jasa
(rincian barang/jasa atau ruang
lingkup pekerjaan, volume, dan
satuan) dan spesifikasi teknis
barang/jasa;
b. penyedia barang/jasa menyampaikan
penawaran secara tertulis yang berisi
daftar barang/jasa (rincian
barang/jasa atau ruang lingkup
c. menilai pemenuhan spesifikasi teknis
barang/jasa terhadap kedua penyedia
Barang/Jasa yang memasukkan
penawaran;
d. apabila spesifikasi teknis barang/jasa
yang ditawarkan dipenuhi oleh kedua
penyedia Barang/Jasa, maka dilanjutkan
dengan proses negosiasi secara
bersamaan;
e. apabila dipenuhi oleh salah satu penyedia
Barang/Jasa, maka TPK tetap
melanjutkan negosiasi kepada penyedia
barang/jasa yang dapat memenuhi
spesifikasi teknis tersebut;
f. jika tidak dipenuhinya oleh kedua
penyedia Barang/Jasa, maka TPK
membatalkan proses pengadaan;
g. apabila spesifikasi teknis sebagaimana
dimaksud pada Ayat (3) huruf d tidak
terpenuhi, maka TPK melaksanakan
kembali proses pengadaan sebagaimana
dimaksud pada huruf a kepada penyedia
Barang/Jasa yang lain;
h. TPK melakukan negosiasi (tawar-
menawar) untuk memperoleh harga yang
lebih murah di antara kedua penyedia
Barang/Jasa tetapi tidak mengurangi
jumlah dan kualitas barang/jasa yang
diadakan serta tidak memperpanjang
masa penyerahan barang atau
penyelesaian pekerjaan dan dituangkan
ke dalam berita acara hasil negosiasi;
i. Ketua TPK dan penyedia Barang/Jasa
menandatangani surat perjanjian serta
turut diketahui oleh Kepala Desa, yang
berisi sekurang- kurangnya:
1) tanggal dan tempat dibuatnya surat
perjanjian;
2) para pihak;
3) ruang lingkup pekerjaan;
4) nilai pekerjaan;
5) hak dan kewajiban para pihak;
6) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
7) ketentuan keadaan kahar; dan
8) sanksi, termasuk denda keterlambatan; dan
9) tata cara pembayaran.
5) Pihak penyedia Barang/Jasa yang berwenang
menandatangi Surat Perjanjian sebagaimana
dimaksud Ayat (4) huruf g, adalah pemilik toko,
pemilik usaha dagang, Direksi dan/ atau pihak lain
yang bukan Direksi atau yang namanya tidak
disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar
sepanjang pihak tersebut pengurus/karyawan
perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja
tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian
wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang
sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar;
6) TPK mengumumkan data barang/pekerjaan dan
penyedia barang/jasa terpilih di papan pengumuman
Kantor Desa dan papan/tempat strategis sekurang-
kurangnya mencantumkan:
a. tanggal dan tempat dibuatnya surat perjanjian;
b. para pihak;
c. ruang lingkup pekerjaan;
d. nilai pekerjaan;
e. hak dan kewajiban para pihak;
f. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan;
g. ketentuan keadaan kahar;
h. sanksi, termasuk denda keterlambatan;
i. tata cara pembayaran;
j. nama barang atau pekerjaan yang diadakan;
k. nama dan alamat penyedia barang/jasa;
l. harga hasil negosiasi;
m. jangka waktu penyerahan barang atau
pelaksanaan pekerjaan; dan
n. tanggal diumumkan.
Perubahan Ruang Lingkup Pekerjaan

1) Apabila diperlukan, TPK dapat


memerintahkan secara tertulis kepada
Penyedia Barang/Jasa untuk melakukan
perubahan ruang lingkup pekerjaan yang
meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume
pekerjaan;
b. mengurangi jenis pekerjaan;
c. mengubah spesifikasi teknis; dan/atau
d. melaksanakan pekerjaan tambah.
2) Untuk perubahan ruang lingkup pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
c dan huruf d, Penyedia Barang/Jasa
menyampaikan penawaran tertulis kepada
TPK.
3) TPK melakukan negosiasi (tawar-
menawar) dengan Penyedia Barang/Jasa
untuk memperoleh harga yang lebih
murah.
4) Untuk nilai Pengadaan Barang/Jasa
diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), dilakukan adendum surat
perjanjian yang memuat perubahan
ruang lingkup dan total nilai pekerjaan
yang disepakati.
Pembayaran :

1) Pembayaran diberikan kepada penyedia Barang/Jasa


dilakukan secara bertahap dan/atau setelah
pekerjaan selesai sesuai ketentuan perjanjian.
2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan kepada penyedia Barang/Jasa setelah TPK
melakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Barang/Jasa dan Berita
Acara serah Terima Barang/Jasa.
3) TPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengajukan SPP kepada Kepala Desa atas kegiatan
pengadaan barang/jasa yang telah selesai
dilaksanakan dengan melampirkan Berita Acara
Pemeriksaan Barang/Jasa dan Berita Acara serah
Terima Barang/Jasa untuk melakukan proses
pembayaran sesuai dengan ketentuan pengelolaan
keuangan desa.
4) TPK melaksanakan pembayaran kepada
Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan :
a. Untuk pembayaran dengan besaran sampai
Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah),
pembayaran dapat dilakukan dengan cara
tunai;
b. Untuk pembayaran dengan besaran lebih
dari Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta
rupiah), pembayaran wajib dilakukan
dengan cara pemindah bukuan dari
Rekening Kas Desa kepada rekening
penyedia barang/jasa.
Force Majeure
1) Keadaan Force Majeure merupakan salah
satu keadaan yang terjadi di luar kehendak
para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam Surat Perjanjian menjadi
tidak dapat dipenuhi.
2) Yang dapat digolongkan sebagai keadaan
Force Majeure dalam Surat Perjanjian
Pengadaan Barang/Jasa di Desa meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana sosial;
c. kebakaran;
Pemutusan Surat Perjanjian :
TPK secara sepihak dalam melakukan
pemutusan Surat Perjanjian Kerja apabila:
a. waktu keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan akibat kesalahan penyedia;
b. Barang/Jasa sudah melampaui batas
waktu sebagaimana diatur dalam surat
perjanjian;
c. penyedia barang/jasa lalai/cidera janji
dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan oleh
TPK.
3) Dalam hal terjadi keadaan Force Majeure, penyedia
Barang/Jasa memberitahukan tentang terjadinya
keadaan kahar kepada TPK secara tertulis dalam
waktu paling lambat 7 (Tujuh) hari kalender sejak
terjadinya keadaan Force Majeure, dengan
menyertakan salinan asli pernyataan;
4) Keadaan Force Majeure yang dikeluarkan oleh
Bupati sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5) Hal-hal merugikan dalam Pengadaan Barang/Jasa
yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian
pihak penyedia Barang tidak termasuk Kategori
Keadaan Force Majeure. Keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan yang diakibatkan terjadinya keadaan
kahar tidak dikenakan sanksi.
6) Setelah terjadinya keadaan Force Majeure, para
pihak dapat melakukan kesepakatan kembali, dan
selanjutnya dituangkan dalam perubahan Surat
Perjanjian Kerja.
Serah Terima Pekerjaan :

1) TPK menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh


hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Surat Perjanjian yang dibuktikan dengan Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan.
2) Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaan, TPK
melaporkan secara tertulis kepada Kepala Desa untuk
melakukan penundaan pencairan dan memerintahkan
kepada penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana
yang disyaratkan di dalam Surat Perjanjian.
3) Penyedia Barang/Jasa dapat mengajukan permintaan
pembayaran secara tertulis kepada TPK secara bertahap
dan/atau setelah pekerjaan selesai 100% (seratus
perseratus) dan seterusnya Ketua TPK mengajukan SPP
dan Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja kepada
Kepala Desa dengan melampirkan Berita Acara
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dan Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan.
Penyelesaian Perselisihan :

1) Apabila terjadi perselisihan antara TPK


dan Penyedia Barang/Jasa, maka terlebih
dahulu diselesaikan melalui musyawarah
untuk mufakat yang dipimpin langsung
oleh Kepala Desa selaku PKPKDes.
2) Dalam hal penyelesaian perselisihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai kata mufakat, maka
penyelesaian perselisihan dilakukan
melalui proses hukum yang berlaku.
a. Pengawasan :

 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di


Desa diawasi oleh Bupati dan masyarakat
setempat;
 Pengawasan oleh Bupati sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
didelegasikan kepada Camat.

PENGAWASAN DAN SANKSI


b. Pelaporan dan Serah Terima antara TPK
dengan Kepala Desa

1) Kemajuan pelaksanaan pengadaan Barang


/Jasa di Desa dilaporkan oleh TPK kepada
Kepala Desa.
2) Setelah pelaksanaan pengadaan
barang/jasa selesai 100% (seratus per
seratus), TPK menyerahkan hasil pengadaan
barang/jasa kepada Kepala Desa dengan
melampirkan Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan.
3) Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diserahkan oleh Kepala Desa
kepada Kepala Urusan Tata Usaha dan
Umum untuk dicatat sebagai Aset Desa.
4) Setelah TPK menyerahkan hasil pekerjaan
pengadaan barang/jasa kepada Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka
c. Sanksi
1) Penyedia Barang/Jasa dapat diberikan sanksi
jika terbukti melakukan dengan sengaja
perbuatan atau tindakan sebagai berikut :
a. berusaha mempengaruhi TPK atau pihak lain yang
berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik
langsung maupun tidak langsung guna memenuhi
keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan
prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Perjanjian Kerja, dan/ atau ketentuan peraturan
perundang-udangan yang berlaku;
b. melakukan persekongkolan dengan penyedia
Barang/Jasa lain untuk mengatur Harga Penawaran di
luar prosedur pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
sehingga mengurangi/menghambat, memperkecil
dan/atau meniadakan persaingan yang sehat
dan/atau merugikan orang lain;
c. membuat dan/atau menyampaikan dokumen
dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk
d. mengundurkan diri dari pelaksanaan
Perjanjian Kerja dengan alasan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan dan/atau
tidak dapat diterima oleh TPK;
e. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan Surat PerjanjianKerja.
2) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif, berupa black list (daftar
hitam) dengan tidak digunakan sebagai
penyedia barang/jasa di Desa selama 5
(lima) tahun kedepan;
b. gugatan secara perdata; dan/atau,
c. pelaporan secara pidana kepada pihak yang
berwenang.
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dan huruf c, dilakukan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
4) Apabila ditemukan penipuan/pemalsuan atas
informasi yang disampaikan Penyedia Barang/Jasa,
dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon
pemenang.
5) Apabila terjadi pelanggaran dan/atau kecurangan
dalam proses Pengadaan Barang/Jasa, maka TPK :
a. dikenakan sanksi administrasi;
b. dituntut ganti rugi; dan/atau,
c. dilaporkan secara pidana.
6) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf a berupa teguran/peringatan tertulis
dan apabila terjadi pelanggaran dan/atau
kecurangan yang dilakukan dengan sengaja oleh
Ketua, Sekretaris dan anggota TPK dalam proses
Pengadaan Barang/Jasa di Desa, maka Ketua dan
Sekretaris yang berasal dari perangkat desa dapat
diberhentikan sebagai anggota TPK sekaligus
sebagai perangkat desa dan anggota yang berasal
dari lembaga kemasyarakatan desa tidak dipilih
kembali sebagai anggota TPK pada tahun anggaran
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai