Anda di halaman 1dari 35

DISUSUN OLEH :

RUSTIWA br. Ginting

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN


KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
2018
Latar Belakang

Lanjut usia atau lansia merupakan istilah yang biasa digunakan


untuk seseorang yang mulai memasuki tahap perkembangan
akhir dan lanjut usia identik dengan menua. Menua (menjadi
tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diterima. Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Proses menua
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk
hidup (Nugroho, 2006)
Menurut WHO, pada tahun 2015 terdapat 900 juta jumlah
penduduk lansia di seluruh dunia (WHO 2016). Proporsi lansia
di dunia diperkirakan mencapai 22% dari penduduk dunia atau
sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di
negara berkembang. Rata-rata usia harapan hidup di negara-
negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun sedangkan usia
harapan hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu
71 tahun. Jumlah penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan
Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta
orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat
di tahun 2050 (Novia, 2015)
Menurut World Health Organization (WHO,2016).
Menyatakan bahwa 60% penyebab kematian semua umur
di dunia adalah karena penyakit tidak menular. Diabetes
mellitus merupakan 1 dari 10 penyebab kematian di dunia
pada orang dewasa. Diabetes mellitus menduduki peringkat
ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang
meninggal akibat diabetes melitus dan 4% meninggal
sebelum usia 70 tahun. Pada tahun 2030 diperkirakan
diabetes mellitus akan menepati urutan ke-7 penyebab
kematian di dunia.
Konsep lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak
berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain
untuk menghidupi dirinya (Setiawan, 2014). Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2001)

Menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization) yang dikatan


lanjut usia tersebut di bagi kedalam empat kategori yaitu :
1) Usia pertengahan : 45-59 tahun
2) Lanjut usia : 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua : 75-90 tahun
4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun
Perubahan fisik Yang terjadi Pada Lansia
1) Sel
2) Kardiovaskuler
3) Respirasi
4) Persarafan
5) Muskuloskeletal
6) Gastrointestinal
7) Genitourinaria
8) Vesika urinaria
9) Vagina
10) Pendengaran
11)Penglihatan
12)Endokrin
13)Kulit
14)Belajar dan memori
15)Intelegensi
16)Personality dan adjusment (pengaturan)
Konsep Dasar Penyakit

Diabetes Mellitus adalah gangguan kesehatan yang berupa


kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama dikalangan keluarga,
khususnya keluarga ‘berbadan besar’ (kegemukan) bersama
dengan gaya hidup ‘tinggi’ atau modern. Akibatnya, kenyataan
menunjukan diabetes mellitus telah menjadi penyakit
masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat,
meluas dan membawa banyak kecacatan dan kematian (Bustan,
2015).
Diagnosa keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubunugan dengan
output yang berlebih
Data mayor subjektif: merasa haus. Data mayor objektif: turgor kulit menurun,
denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, konsentrasi urine meningkat, suhu
lebih dari 37,8oC oral atau 38oC rektal.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya produksi insulin
Data mayor subjektif: merasa nyeri pada abdomen, mual, muntah. Data mayor
objektif: nafsu makan menurun, bising usus meningkat,konjungtiva pucat, denyut
nadi lemah.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit diabetes
mellitus
Data mayor objektif: kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan,
pertahanan primer tidak adekuat
d. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori perifer
Data objektif: gangguan pada bagian tubuh, kerusakan lapisan kulit (dermis),
ganggiang permukaan kulit ( epidermis)
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah keperifer, proses penyakit diabetes mellitus
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Data subjektif: menyatakan secara verbal ada masalah. Data objektif: tidak akurat
dalam mengikuti instruksi, prilaku tidak sesuai
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya 1. Hipovolemi dapat di manifestasikan
cairan kurang dari keperawatan selama 3x 24 perubahan TD. oleh hipotensi dan takikardi.
kebutuhan tubuh
jam gangguan keseimbangan
berhubunugan dengan
output yang berlebih cairan dan elektrolit kurang dari 2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, 2. Merupakan indikator dari tingkat
kebutuhan tubuh dapat teratasi. tugor kulit, dan membran mukosa dehidraasi, atau volume sirkulasi yang
DS : Kriteria hasil: adekuat
- Pasien mengatakan haus 1. Tanda-tanda vital normal.
DO : 2. Turgorkulit elastis. 3. Pantau masukan daan pengeluaran, 3. Memberikan perkiraan akan cairan
- Penurunan turgor kulit 3. Capileri refill time kurang catat berat jenis urin pengganti fungsi ginjal dan keefektifan
- Memberan mukosa / dari tiga detik terapi yang diberikan.
kulit kering 4. Membran mukosa lembab.
- Peningkatan denyut 5. Haluaran urin tepat secara
nadi, penurunan tekanan 4. Pertahankan untuk memberikan cairan 4. Mempertahankan hidrasi/ volume
individu. cairan.
darah, penurunan paling sedikit 2500 ml/hari
volume/ tekanan nadi 6. Kadar elektrolit dalam
- Perubahan status mental batas normal. 1. Berikan terapi cairan selama dengan 5. Tipe dan jumlah dari cairan terganung
- Konsenbtrasi urine indikasi, seperti normal salin atau pada derajat kekurangan cairan dan
meningkat setengah normal salin dengan atau
respon pasien secara individu
- Penurunan brat badan tanpa dextrosa
secara tiba-tiba
- Penurunan urine output 2. Berikan belum atau elektrolit lain 6. Untuk mencegah hipokolemia
- Kelemahan melalui iv atau melalui oral sesuai
indikasi
2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang bb setiap hari atau sesuai 1. Mengkaji pemasukan makanan yang
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x 24 jam dengan indikasi adekuat.
tubuh berhubungan dengan masalah perubahan nutrisi kurang
tidak adekuatnya produksi dari kebutuhan tubuh teratasi. 2. Auskultasi bising usus 2. Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan
insulin Kriteria hasil: cairan dan elektrolit akan menurunkan
1. Berat badan stabil atau fungsi lambung.
DS : penambahan ke arah rentang
- Nyeri abdomen biasanya. 3. Berikan makanan cairan yang 3. Pemberian makanan melalui oral lebih baik
- Muntah 2. Mual dan muntah hilang. mengandung zat makanan (nutrien) jika pasien sadar dengan fungsi
- Kejang perut 3. Nafsu makan bertambah. dan elektrolit gastrointestinal baik.
- Rasa penuh tiba-tiba 4. Hasil laboratorium
setelah makan menunjukan keadaan normal. 4. Pantau pemeriksaan laboratorium, 4. Gula darah akan menurunkan perlahan
DO : seperti glukosa darah, aseton, ph, dan dengan penggantian cairan dan terapi
- Diare hco3 insulin terkontrol.
- Rontok rambut yang
berlebihan 5. Lakukan konsul dengan ahli diet 5. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
- Konjungtiva pucat penyesuaian diet untuk memenuhi
- Denyut nadi lemah kebutuhan nutrisi pasien.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam peradangan yang biasanya telah mencetuskan keadaan
trauma pada jaringan, masalah resiko terhadap infeksi ketoaasidosis atau dapat mengalami
proses penyakit diabetes tidak terjadi. inveksi nosokomial.
mellitus Kriteria hasil:
1. Tidak terdapat tanda-tanda 2. Pertahankan tekhnik aseptik pada 2. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
Faktor-faktor resiko : infeksi. prosedur invasif akan menjadi media terbaik bagi
- Prosedur infasif 2. Personal higiene yang baik. pertumbuhan kuman.
- Kerusakan jaringan dan 3. Perubahan gaya hidup untuk
kerusakan paparan mencegah infeksi. 3. Berikan perawatan kulit dengan 3. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
lingkungan teratur menempatkan pasien pada peningkatan
- Tidak adekuat resiko terjadinya kerusakan pada kulit
pertahanan sekunder(
penurunan hb, 4. Bantu pasien untuk melakukan 4. Menurunkan terjadinya penyakit
leukopenia, penekanan higiene oral. mulut/gusi.
respon inflamasi )
- Penyakit kronik 5. Lakukan pemeriksaan kultur dan 5. Untuk mengidentifikasi mikroorganisme
- imunosupresi sensitifas sesuai dengan indikasi sehingga dapat menentukan pemberian
- malnutrisi trapi antibiotik yang terbaik.
- pertahanan primer tidak
adekuat ( ketrusakan 6. Berikan antibiotik yang sesuai 6. Penanganan awal dapat membantu
kulit, trauma jaringan, mencegah tumbuhnya infeksi.
gangguan peristaltic)
4 Kelelahan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan klien kebuthan 1. Pendidikan dapat memberikan motivasi
dengan penurunan keperawatan selama 3x 24 jam atas aktivitas. untuk meningkatkan motivasi, mekipun
produksi energi metabolic Masalah intoleransi aktifitas dapat pasien mungkin masih lemah.
teratasi
DS : Kriteria Hasil: 2. Berikan aktivitas altrrnatif dengan 2. Mencegah kelelahan yang berlebihan.
- Gangguan konsentrasi 1. Mengungkapkan adanya periode istirahat yang cukup.
- Tidak tertarik pada peningkatan energi.
lingkungan 2. Menunjukan perbaikan 3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan 3. Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
- Meningkatnya complain kemampuan untuk dan tekanan darah dapat di toleransi secara fisiologis.
fisik berpartisipasi dalam aktifitas sebelum/sesudah melakukan
- Kelelahan yang diinginkan. aktivitas.
- Secara verbal
mengatakan kurang 4. Diskusikan cara manghemat kalori 4. Klien akan dapat melakukan lebih banyak
energi selama berpindah tampat. kegiatan.
DO :
- Penurunan kemampuan 5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam 5. Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari yang fositif yang sesuai tingkat aktivitas
mempertahankan sesuai dengan yang dapat di yang dapat ditoleraansi pasien.
rutinitas toleransi.
- Ketidakmampuan
mendapatkan energy
sesudah tidur
- Kurang energy
- Ketidakmampuan untuk
mempertahankan
aktivitas fisik
5 Kerusakan intergritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penampilan keadaan dari 1. Kaki merupakan bagian tubuh yang
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam kebersihan kaki pasien sering mengalami gangguan integritas
neuropati sensori perifer pasen dapat mempertahankan kulit pada pasien DM
integritas kulit.
DO : Krteria Hasil : 2. Kaji keadaan kuku pasien 2. Pasien DM sering mengalami gangguan
- Gangguan pada bagian 1. Keadaan jaringan kulit utuh imunitas sehingga infeksi jamur mudah
tubuh 2. Neuropati tidak ada terjadi termasuk pada kuku
- Kerusakan lapisan klit ( 3. Tidak terjadi luka atau ulcus 3. Kaji integritas kulit pasien, catat 3. Autonomic neuropati menyebabkan kulit
dermis ) diabetikus warna kulit ada atau tidaknya menjadi kering, kulit mudah pecah serta
- Gangguan permukaan 4. Vaskularisasi perifer baik ulserasi, dermatitis terjadi infeksi
kilit ( epidermis) 5. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
6. Kebersihan kulit baik, keadaan 4. Kaji status sirkulasi vaskuler kaki 4. Pasien DM mudah menimbulkan
kuku baik dan utuh dengan palpasi, pulpasi ultrasound arteriosklerosis sehingga terjadi
7. Keadaan kaki utuh dopler. penurunan suplai darah ke kaki

5. Anjurkan pasien untuk menjaga 5. Kulit kaki yang kering beresiko terjadi
kelembaban kulit kaki dengan luka
menggunakan lotion

6. Anjurkan pasien untuk menggunakan 6. Mengurangi trauma dan terjadi perlukan


alas kaki yang lebih lembut atau
sepatu yang tidak keras
6 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetauan pasien dan 1. Pengetahuan keluarga yang baik dapat
berhubungan dengan tidak keperawatan selama….. pasien keluarga mempercepat proses penyembuhan
mengenal sumber menunjukkan pengetahuan tentang
informasi proses penyakit dengan kriteria 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 2. Pemberian pengetahuan tentang penyakit
hasil dan bagaimana hal ini berhubungan dapat membantu keluarga dan pasien
Ds : mengatakan secara 1. Pasien dan keluarga banyak dengan anatomi dan fisiologi, dengan lebih memahami tentang penyakit
verbal ada masalah banyak menyatakan peahaman cara yang tepat
tentang penyakit, konisi,
Do : kettidakakuratan prognosis dan program
mengikuti instruksi, pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang 3. Agar kelaurga dan pasien memahami
prilaku tidak sesuai 2. Pasien dan keluarga mempu bisa muncul pada penyakit, dengan dampak lain dari penyakit yang di alami
melaksanakan prosedur yang cara yang tepat
di jelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu 4. Gambarkan proses penyakit dengan 4. Pengatahuan tentang proses penyakit
menjelaskan kembali apa yang tepat dapat membantu pasien dalam memahami
dijelaskan perwat/ im penyakit yang di derita
kesehatan lainnya
5. Identifikasi kemungkinan penyebab , 5. Pengetahuan pasien tentang penyebab
dengan cara yang tepat penyakit membantu pasien untuk
menghindari apa yang menjadi penyakit
yang di deritanya

6. Sediakan informasi pada pasien 6. Informasi tentang kondisi dapat


tentang kondisi, dengancara yang membantu pasien untuk menerima
tepat pnyakit yg di derita

7. Sediakan bagi keluarga informasi 7. Agar keluarga mengetahui progress dari


tentang kemajuan pasien dengan cara penyakit yang dialami pasien
yang tepat

8. Diskusi tentang pilihan terapi atau 8. Terapi yang baik dapat mempercepat
penanganan penyembuha pasien
METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan /Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif bentuk studi kasus


untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan
klien dengan gangguan Diabetes Melitus di Puskesmas
lubuk pinang provinsi Bengkulu. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan asuhan keperarawatan yang
meliputi pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di di Puskesmas lubuk pinang, dimana ruang
teratai adalah ruangan kelas 3 khusus penyakit dalam, penelitian
dimulai dari melakukan pengurusan surat penelitian sampai
pengurusan surat telah selesai

Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan proposal tentang
penyakit Diabetes Melitus dengan menggunakan metode studi
kasus berupa laporan teori asuhan keperawatan yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Diabetes Melitus Di
Puskesmas lubuk pinang Bengkulu Tahun 2018, setalah disetujui
oleh penguji proposal maka tahap yang dilakukan adalah
penyusunan proposal, pengurusan surat izin penelitian, analisa
kasus, persetujuan responden, pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, persiapan pasien
pulang, serta surat perizinan telah selesai penelitian.
Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak peneliti beradadi lapangan,
sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data
terkumpul, analisa data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan data penunjang, selanjutnya
membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya
dituangkan dalam bentuk pembahasan, tekhnik analisa yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban dari
penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara
mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian.
TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan


yang dilakukan pada Ny. M dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus (DM) yang dilakukan pada tanggal
18–20 Julii 2018.Asuhan keperawatan dimulai dari
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan.
Pengkajian melalui anamnesa pada hari Rabu, 18
Juli 2018 jam 08.30 WIB di ruang rawat inap Mawar
RSUD Muko-Muko, dan dari rekam medis hasil
pengkajian didapat Ny.M usia 76 tahun, jenis kelamin
Perempuan, agama Islam, status menikah, pendidikan
terakhir SMA, suku bangsa Indonesia,
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan umum didapatkan data keadaan umum tampak lemah, tingkat


kesadaran composmentis dengan skor GCS 15, tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi
98x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 39,4 0C, berat badan pasien 58 kg dan
tinggi badan 160 cm, dan ciri-ciri tubuh agak kurus.
Sistem penglihatan, posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak
terdapat lesi maupun edema, bagian kornea mata bulat dan bening, konjungtiva
anemis, sclera an ikterik, palpebral tidak terdapat edema, pupil isokor dan repleks
mengecil saat terkena cahaya, tidak ada tanda-tanda radang pada mata, pasien tidak
menggunakan kaca mata dan lensa kotak.
Sistem pendengaran struktur telingan baik tidak ada yang kurang, telinga
simetris kiri dan kanan, daun telingah utuh, membrane timpani utuh, tidak ada
perasaan penuh didalam telinga, tidak ada cairan dari dalam telinga, fungsi
pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan antara telinga, serta pasien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Sistem wicara, pasien berbicara dengan baik, pasien mengunakan komunikasi dengan baik kepada perawat saat dilakukan
pengkajian dan tindakan keperawatan.
 Sistem pernapasan, tidak ada tanda-tanda pasien mengalami sesak nafas ditandai dengan pernafasan 22 x/menit, suara nafas
vesikuler, irama napas regular, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, ekspansi dada mengembang maksimal, pasien tidak
mengalami batuk, tidak mengeluarkan sputum dan darah, pasien dapat bernapas tanpa menggunakan alat bantu.
Sistem pencernaan, membrane mukosa kering, keadaan mulut dimana gigi kurang bersih terdapat karies, lidah kotor, tidak ada
stomatitis, bibir kering dan pecah-pecah, pasien mengalami mual, nyeri daerah perut sebelah kanan bawah, bising usus terdengar 17
kali dalam satu menit, tidak konstipasi feses, konsistensi feses padat, tidak ada pembesaran hepar, abdomen nyeri tekan dan lepas.
 Sistem kardiovaskuler, saat dipalpasi tidak ditemuan masalah pada sistem kardiovaskuler dimana tidak ada tanda-tanda
palpitasi/aritmia dan sistem hematologi, frekuensi nadi 98 x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis,
temperature kulit panas dengan suhu 39,4 ctidak ada edema, tidak ada sakit dada, pasien tampak pucat, pada saat dilakukan
pemeriksaan neurologi pasien mengeluh pusing.
Sistem perkemihan,saat di infeksi tidak ada pembesaran pada abdomen, saat di inspeksi tidak ada pembesaran pada area kandung
kemih, saat diperkusi kandung kemih terdengar suara dullness (berisi urin), pada saat dilakukan perkusi tidak ada nyeri, saat
diperkusi tidak ada pembesaran ginjal, saat dilakukan palapsi ginjal tidak terasa nyeri, saat di lakukan palpasi tidak ada nyeri tekan
daerah abdomen, saat dipalpasi kandung kemih tidak ada nyeri tekan, saat di inspeksi genetalia luar simetris kiri dan kanan, rambut
pubis tumbuh merata, tidak ada edema, lesi dan kebersihan yang kurang, tidak ada keluar cairan dari lubang uretra, bau khas, tidak
ada kemerahan, tidak ada bengkak, karakteristik urin berwarnah kuning keruh, bau urin khas amoniak, tidak terdapat nyeri saat
buang air kecil tetapi frekuensi berkemih yang sering 10-12 kali perhari.
Sistem integument, tidak ditemukan pigmentasi pada kulit, warna kulit kuning langsat, capillary refill time < 3 detik, turgor kulit ,
kebersihan kulit agak sedikit kotor, kulit kering dan panas,tidak ada bekas operasi pada kulit, tidak ada gatal-gatal pada kulit, pasien
tampak berbaring dan masih mampu melakukan aktifitas secara mandiri dengan kekuatan otot 5, kondisi pemasangan infus tidak ada
masalah.

ANALISA DATA
No Data Senjang Etiologi Masalah

1 Ds :

1. Pasien mengatakan nyeri pada Reaksi Nyeri akut

lutut sejak 6 bulan lalu hypersensitive

2. Klien mengatakan sulit tidur ↓

Do : Bakteri

1. Pasien terlihat meringis melakukan

2. Tanda-tanda Vital : multiplikasi dan

RR : 22 x/menit merusak jaringan

P : 88 x /menit yang ditempati

TD : 155/90 mmHg ↓

T : 37,2 C Tubuh bereaksi

3. Tampak benjolan pada betis untuk

kanan ± 6 cm perlindungan

4. Leukosit : 25.700 mg/dL penyebaran

infeksi

Peradangan

Nyeri akut

2 Ds :

1. Pasien mengatakan nafsu Penurunan insulin Nutrisi Kurang

makan berkurang dalam tubuh dari kebutuhan


2 Ds :

1. Pasien mengatakan nafsu makan Penurunan insulin dalam

berkurang tubuh

2. Klien mengatakan lemas ↓

Do : Glukosa darah tidak

1. BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit dapat ditransfer ke

58 kg jaringan

2. Klien tampak tidak menghabiskan porsi ↓

makan yang disediakan Starvasi (kelaparan sel)

3. GDS : 521 mg/dL ↓

Pemecahan lemak dan

protein di hati

Penurunan BB

Menunjukkan nutrisi

tubuh tidak adekuat

3 Ds: Reaksi tubuh terhadap

1. Pasien mengatakan merasa sedikit penyebaran bakteri

meriang ↓

2. Klien mengatakan nyeri pada daerah Terjadi proses

peradangan
3 Ds: Reaksi tubuh terhadap penyebaran
1. Pasien mengatakan merasa sedikit meriang bakteri

2. Klien mengatakan nyeri pada daerah lutut Terjadi proses peradangan
Do: ↓
1. Leukosit 25.700 mg/dL Terbentuknya abses dan terlokasi
(dari matinya jaringan nekrotik,
2. Tampak benjolan abses pada betis kanan ± 6 cm bakteri, dan sel darah putih)

3. Tanda-tanda vital: Nutrisi dan
RR : 22 x/menit O2 tidak dapat disuplai ke jaringan
perifer
P : 88 x /menit

TD : 155/90 mmHg
Penyebaran infeksi
T : 37,2 C

Resiko infeksi

4 Ds: Penurunan insulin tubuh


1. Pasien mengatakan mudah lelah ↓
2. Pasien mengatakan kaki terasa lemas dan berat Glukosa darah tidak dapat ditransfer
3. Pasien mengatakan susah bergerak kejaringan
4. Pasien mengatakan harus dibantu untuk beraktivitas ↓
Do : Glukagon otot menurun
1. Pasien tampak lemas ↓
2. Pasien terlihat susah bergerak Metabolisme karbohidrat menurun
3. Pasien banyak di tempat tidur ↓
4. Pasien terlihat berhati-hati ATP tidak terbentuk
5. Pasien terlihat dibantu keluarga ketika berativitas ↓
Energi berkurang

Kelemahan
No Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan:

Ds :

1. Pasien mengatakan nyeri pada lutut sejak 6 bulan lalu

2. Klien mengatakan sulit tidur

Do :

1. Pasien terlihat meringis

2. Tanda-tanda Vital :

RR : 22 x/menit

P : 88 x /menit

TD : 155/90 mmHg

T : 37,2 C

1. Tampak benjolan pada betis kanan ± 6 cm

2. Leukosit : 25.700 mg/dL


2. Klien mengatakan lemas
Do :
1. BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 58 kg

2. Klien tampak tidak menghabiskan porsi makan yang


disediakan

3. GDS : 521 mg/Dl

3 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar gula 18 Juli 2018 20 Juli 2018
dalam darah, ditandai dengan:
Ds:
1. Pasien mengatakan merasa sedikit meriang

2. Klien mengatakan nyeri pada daerah lutut

Do:
1. Leukosit 25.700 mg/dL

2. Tampak benjolan abses pada betis kanan ± 6 cm

3. Tanda-tanda vital:
RR : 22 x/menit

P : 88 x /menit
TD : 155/90 mmHg
T : 37,2 C
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan 18 Juli 2018 20 Juli 2018
metabolisme jaringan, ditandai dengan:
Ds:
1. Pasien mengatakan mudah lelah
2. Pasien mengatakan kaki terasa lemas dan berat
3. Pasien mengatakan susah bergerak
4. Pasien mengatakan harus dibantu untuk beraktivitas

Do :
1. Pasien tampak lemas
2. Pasien terlihat susah bergerak
3. Pasien banyak di tempat tidur
4. Pasien terlihat berhati-hati
No Diagnosa Rencana Keperawatan\ X Rasional
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan 1. Pain Level, Pain Management
peningkatan vaskuler 2. pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan
cerebral komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, merupakan indiaktor secara dini untuk dapat
3. comfort level
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor memberikan tindakan selanjutnya
presipitasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, selama 3 x24 1. Reaksi nonverbal menunjukkan adanya nyeri pada klien.
jam, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria 1. Observasi reaksi nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan 1. Dukungan dari keluarga dapat menurunkan tingkat nyeri
1. Klien mampu mengontrol nyeri (tahu klien
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik 1. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, menemukan dukungan
mencari bantuan) 1. Suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan dapat
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 1. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri.
menggunakan manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
3. Tanda vital dalam rentang normal pencahayaan dan kebisingan
a. TD (sistole 110 - 130 mmHg, diastole 70 -90
mmHg) 1. Kurangi faktor presipitasi nyeri 1. Faktor presipitasi nyeri penting untuk dikurangi, karena
b. HR(60-100 x/menit) merupakan faktor penyebab utama yang menimbulkan
c. RR (16-24 x/menit) nyeri.
d. suhu (36,5 - 37,5 0C)
1. Klien tampak rileks mampu tidur/istirahat 1. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: 1. meningkatkan relaksasi dan dapat menurunkan skala
napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres nyeri klien
hangat atau dingin

1. Kolaborasi dengan tim medis, terapi analgetik


: ...... 1. Analgetik dapat memnurunkan nyeri pada klien

1. Tingkatkan istirahat pasien 1. Istirahat yang cukup dapat membuat pasien menjadi
rileks.

1. Berikan informasi tentang nyeri seperti 1. Informasi yang cukup pada pasien dapat memberi
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan pemahaman pada pasien dan keluarga, sehingga pasien
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dan keluarga dapat mengidentifikasi nyeri.
dari prosedur

1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah 1. Vital sign penting untuk mengobservasi respon pasien
pemberian analgesik pertama kali akan pemberian analgesik.
2 Perubahan Setelah dilakukan 1. Timbang BB setiap hari atau sesuai 1. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
nutrisi kurang tindakan keperawatan dengan indikasi
dari kebutuhan selama 3x 24 jam masalah 1. Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan
tubuh perubahan nutrisi kurang 1. Auskultasi bising usus cairan dan elektrolit akan menurunkan fungsi
berhubungan dari kebutuhan tubuh lambung.
dengan teratasi.
ketidakseimbang Kriteria hasil: 1. Pemberian makanan melalui oral lebih baik
an insulin. 1. Berikan makanan cairan yang jika pasien sadar dengan fungsi gastrointestinal
1. Berat badan stabil
mengandung zat makanan (nutrien) baik.
atau penambahan
ke arah rentang dan elektrolit 2. Gula darah akan menurunkan perlahan dengan
biasanya. 2. Pantau pemeriksaan laboratorium, penggantian cairan dan terapi insulin
2. Mual dan muntah seperti glukosa darah, aseton, ph, dan terkontrol.
hilang. hco3
3. Nafsu makan
bertambah. 1. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
1. Lakukan konsul dengan ahli diet penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
4. Hasil laboratorium
menunjukan nutrisi pasien.
keadaan normal.

3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
terhadap infeksi tindakan keperawatan peradangan biasanya telah mencetuskan keadaan ketoaasidosis
berhubungan selama 3x 24 jam masalah atau dapat mengalami inveksi nosokomial.
dengan resiko terhadap infeksi tidak
peningkatan kadar terjadi. 1. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
glukosa dalam Kriteria hasil: 1. Pertahankan tekhnik aseptik pada menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
darah. 1. Tidak terdapat tanda- prosedur invasif
tanda infeksi. 1. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
2. Personal higiene yang pasien pada peningkatan resiko terjadinya
baik. 1. Berikan perawatan kulit dengan teratur kerusakan pada kulit
3. Perubahan gaya hidup 2. Menurunkan terjadinya penyakit mulut/gusi.
untuk mencegah
1. Bantu pasien untuk melakukan higiene 3. Untuk mengidentifikasi mikroorganisme sehingga
infeksi.
oral. dapat menentukan pemberian trapi antibiotik yang
2. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifas terbaik.
sesuai dengan indikasi 4. Penanganan awal dapat membantu mencegah
tumbuhnya infeksi.
1. Berikan antibiotik yang sesuai
Waktu Dx Jam Implementasi keperawatan Respon hasil
18 Juli 2018 1, 3, 4 08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD : 155/90 mmHg
P : 86 x/m
RR : 22 x/m
T : 37,2 C

1 08.03 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan 1. Klien mengatakan nyeri berkurang, dengan skala nyeri 4, nyeri terasa berdenyut, nyeri hilang
faktor presipitasi timbul, nyeri terjadi sekitar 5 menit

1. Klien tampak meringis


1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1 08.05
1. Melakukan pemeriksaan GDS 1. GDS : 521 mg/Dl

2 08.10 1. Menimbang berat badan 1. BB : 58 Kg

2 08.13 1. Mengauskultasi bising usus 1. Bising usus : 15 x/m

2 08.15 1. Berkolaborasi pemberian insulin 1. Memberikan Salsulin Log G 20 Unit SC

2 08.20 1. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu


1. Mendiskusikan dengan klien kebutuhan atas aktivitas.
1. Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
4 08.25 1. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam
1. Klien tampak bersih
1. Memberikan perawatan kulit dengan teratur
1, 4 09.00
1. Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. 1. Klien tampak kooperatif

3 09.05 1. Memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/ sesudah melakukan
aktivitas. 1. Klien tampak duduk di tempat tidur sesekali waktu

4 09.10 1. Mendiskusikan cara manghemat kalori selama berpindah tampat.


1. Klien mengatakan mengerti
1. Memberikan terapi ketorolac 1 amp IV, Metronodazole 500 mg IV, PCT 500 mg flash IV
4 09.15
1. Berkolaborasi pemberian terapi insulin 1. Klien tampak kooperatif

4 09.20 1. Berikan makanan cairan yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit
2. Meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di 1. Memberikan Injeksi salsulin R 12 Unit SC
toleransi.
1, 3 10.00 1. Klien menghabiskan ¾ porsi makan yang disediakan
1. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan 1. Klien tampak aktif dalam beraktivitas

2 11.30 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

1. Lingkungan tampak nyaman


2 12.00

1, 4 13.00 1. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi

1,3,4 13.10

3 13.15
19 Juli 2018 1 14.00 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, 1. Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 3, dan sedikit
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi berkurang saat istirahat

1. Klien tampak rileks


1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
1 14.05
1. Mendiskusikan dengan klien kebutuhan atas aktivitas. 1. Kebutuhan sehari-hari tampak dibantu

4 14.10 1. Memberikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.


1. Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan
1. Menimbang berat badan
4 14.20 1. BB : 59 kg
1. Mengauskultasi bising usus
1. Bising usus : 18 x/m
2 15.00 1. Meningkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat di toleransi. 1. Klien tempat kooperatif dalam beraktivitas
2 15.05
1. Memantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/
4 15.15 sesudah melakukan aktivitas. 1. Tidak ada tanda tanda vital dalam melakukan aktivitas

1. Mendiskusikan cara manghemat kalori selama berpindah tampat.


1. Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang disampaikan
4 15.30 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
1. TD : 120/ 80 mmHg
P : 84 x/m
RR : 21 x/m
2, 4 15.40 T : 36,4 C
1. Melakukan pemeriksaan GDS
1. GDS : 211 mg/ dl
1,2,3 17.30 1. Berkolaborasi pemberian terapi insulin
1. Memberikan injeksi sansulin R 14 Unit
1. Memberikan diet makanan rendah gula 2. Klien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan

1. Kulit klien tampak bersih


2 17.40 1. Memberikan perawatan kulit dengan teratur

2 17.45 1. Memberikan terapi Metronodazole 500 mg IV, PCT 500 mg flash 1. Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang

2 19.00 1. Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu 1. Lingkungan tampak nyaman
ruangan, pencahayaan dan kebisingan

3 1930 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan


1. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi

1,3 19.45

1,4 19.50

3 19.55
20 Juli 2018 1, 3, 4 08.10 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD : 145/ 90 mmHg Rustiwa
P : 105 x/m
RR : 24 x/m
T : 36,8 C

1 08.03 1. Mengkaji nyeri secara komprehensif termasuk 1. Klien mengatakan nyeri bertambah , dengan
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas skala nyeri 3, nyeri terasa berdenyut, nyeri
dan faktor presipitasi terasa terus menerus, nyeri terjadi sekitar 3
menit

1 08.05 1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 1. Klien terlihat tidak meringis


ketidaknyamanan
1. GDS :165 mg/Dl
2 08.10 1. Melakukan pemeriksaan GDS
1. BB : 59 Kg
2 08.13 1. Menimbang berat badan
1. Bising usus : 23 x/m
2 08.15 1. Mengauskultasi bising usus
1. Memberikan Salsulin Log G 15 Unit SC
2 08.20 1. Berkolaborasi pemberian insulin
1. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu

4 08.25 1. Mendiskusikan dengan klien kebutuhan atas 1. Klien tampak bersih


aktivitas.

3 09.05 1. Memberikan perawatan kulit dengan teratur 1. Klien tampak kooperatif

1. Memberikan aktivitas alternatif dengan periode


4 09.10 istirahat yang cukup.
1. Klien tampak mencoba berjalan ke kamar
1. Memantau nadi, frekuensi pernafasan dan mandi
4 09.15 tekanan darah sebelum/ sesudah melakukan
aktivitas. 1. Klien tampak kooperatif
2. Memberikan terapi Metronodazole 500 mg IV
4 09.20
1. Berkolaborasi pemberian terapi insulin 1. Memberikan Injeksi salsulin R 15 Unit SC

1, 3 11.30 1. Klien menghabiskan 1 porsi makan yang


1. Berikan makanan cairan yang mengandung zat disediakan
makanan (nutrien) dan elektrolit
2 12.00
1. Meningkatkan partisipasi pasien dalam 1. Klien tampak aktif dalam beraktivitas
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
yang dapat di toleransi.
2 13.00
1. Memberikan lingkungan yang nyaman 1. Lingkungan tampak nyaman

1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan 1. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi


1, 4 13.10 peradangan

1,3,4 13.15
EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal No,Dx Evaluasi Paraf
1. 18 Juli 2018 1 S: Rustiwa
- Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
- Klien mengatakan nyeri terasa terus menerus, nyeri
terasa berdenyut dan berkurang saat istirahat
O:
- Skala nyeri 4
- Klien tampak meringis
- Klien tampak mempraktekkan teknik relaksasi tarik
nafas dalam
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi

2. 18 Juli 2018 2 S: Rustiwa


- Klien mengatakan mual saat makan
- Klien mengatakan masih lemas
O:
- GDS : 521 mg/dl
- BB : 50 Kg
- Klien menghabiskan ¾ porsi makan yang disediakan
- Bising usus : 15x/m

A:
- Masalah belum teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi
3. 18 Juli 2018 3 S:
- Klien mengatakan nyeri pada kaki
- Klien mengatakan meriang
O:
- TD : 140/90 mmHg
- T : 37,4 C
- P : 84 x/m
- RR : 21 x/m
- Klien tampak bersih
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi

4. 19 Juli 2018 4 S:
- Klien mengatakan cepat lelah saat melakukan aktivitas
- Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas yang berat

O:
- Klien dapat dibantu keluarga saat beraktivitas
- Klien tampak sesekali duduk ditempat tidur
- Klien tampak bersih dan rapi
- ADL klien tampak terpenuhi
A:
- Masalah teratasi sebagian

P:
- Lanjutkan intervensi

5. 19 Juli 2018 1 S:
- Klien mengatakan nyeri berkurang

O:
- Skala nyeri 3
- Klien tampak Tidak meringis
- Klien tampak mempraktekkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
O:
- Skala nyeri 3
- Klien tampak tidak meringis
A:
- Masalah belum teratasai
P:
- Intervensi dihentikan
10 20 Juli 2018 2 S: Rustiwa
- Klien mengatakan sudah tidak mual saat makan
- Klien mengatakan tidak lemas
O:
- GDS : 165 mg/dl
- BB : 59 Kg
- Klien menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan
- Bising usus : 23 x/m
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
11 20 Juli 2018 3 S: Rustiwa
- Klien mengatakan nyeri pada kaki berkurang
- Klien mengatakan tidak merasa meriang lagi
O:
- TD : 145/90 mmHg
- T : 36,0 C
- P : 80 x/m
- RR : 22 x/m
- Klien tampak bersih
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
12 20 Julii 2018 4 S: Rustiwa
- Klien mengatakan tidak lelah
- Klien mengatakan sudah mencoba berjalan ke kamar mandi

O:
- Klien dapat dibantu keluarga saat beraktivitas
- Klien tampak sesekali duduk ditempat tidur
- Klien tampak bersih dan rapi
- ADL klien tampak terpenuhi
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan perawatan pada Ny. M dengan diagnosa diabetes

mellitus tipe II di ruang rawat inap Mawar RSUD Muko-Muko maka

penulis akan mengemukakan pembahasannya. Asuhan keperawatan

pada pasien dengan diabetes mellitus dilakukan dengan komprehensif

berdasarkan pendekatan proses keperawatan, mulai dari pengkajian

hingga evaluasi. Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan

antara teori dan praktik hasil pelaksanaan asuhan keperawatan serta

faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam proses

keperawatan.
TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai