Anda di halaman 1dari 34

A.

DEFINISI
Luka bakar merupakan suatu trauma panas yang
disebabkan oleh air/uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi,
petir yang mengenai kui,mukosa, dan jaringan yang lebih dalam->
kerusakan/kehilangn kulit. (Saputro. 2017) dalam Moenadjat
(2007).
Luka bakar merupakan luka yang unik dari bentuk luka-
luka lainnya. Dimana terdapat jaringan mati dalam jumlah yang
besar yang tetap dan dalam jangkauan waktu yang lama, yang
mana luka nya dapat didiami oleh bakteri dengan cepat.
B. EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) pada tahun 2014
memperkirakan bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi
setiap tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar.
Menurut data American Burn Association (2015), di
Amerika Serikat terdapat 486.000 kasus luka bakar yang
menerima penanganan medis, 40.000 diantaranya harus dirawat
di rumah sakit. Selain itu, sebanyak 3.240 kematian terjadi setiap
tahunnya akibat luka bakar. Penyebab terbanyak terjadinya luka
bakar adalah karena trauma akibat kecelakaan kebakaran,
kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak dengan listrik, zat
kimia, dan benda panas.
Di Indonesia, prevalensi luka bakar pada tahun 2013
adalah sebesar 0.7% dan telah mengalami penurunan sebesar
1.5% dibandingkan pada tahun 2008 (2.2%). Provinsi dengan
prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%) dan Bangka Belitung
(1.4%) (Depkes, 2013).
C. ETIOLOGI
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yang dapat disebabkan oleh panas (api,
cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka
bakar merupakan jenis trauma yang merusak dan merubah
berbagai sistem tubuh (Anggowartsito, 2014).
D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi
panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat
menahan temperature sampai 44◦ C tanpa kerusakan bermakna,
kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat
kenaikan temperature.
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang
kurang tahan dengan kondisi panas. Kerusakan pembuluh
darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen
pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan
perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan massif di intesitial menyebabkan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi ke
jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.
E. MANIFESTASI
KLINIS
Berdasarkan tingkatan
indikasi luka bakar menurut
DiGulio (2014):
• Indikasi luka bakar
tingkat I : Merah, tidak
ada retakan didalam kulit
• Indikasi luka bakar
tingkat II : Merah gelap,
dengan lepuhan cairan
yang jelas
• Indikasi luka bakar
tingkat III: Hitam arang/
putih kering
E. MANIFESTASI
KLINIS
Berdasarkan fase-fase kejadian luka
bakar:
• Fase akut : Pada fase ini problema
• Fase lanjut: Fase ini
yang ada berkisar pada gangguan berlangsung setelah
saluran napas karena adanya erjadi penutupan luka
cedera inhalasi dan gangguan sampai terjadi maturasi.
sirkulasi dan terjadi gangguan Masalah pada fase ini
keseimbangan sirkulasi cairan dan adalah timbulnya
elektrolit akibat cedera termis penyulit dari luka bakar
bersifat sistemik. berupa parut
• Fase sub akut: Fase ini
hipertrofik, kontraktur,
berlangsung setelah shock berakhir. dan deformitas lainnya.
Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan
dibawahnya) menimbulakn masalah
inflamasi, sespsis dan penguapan
cairan tubuh disertai panas dan
energi.
F. KLASIFIKASI
F. KLASIFIKASI
 Berdasarkan Berat dan Ringan  Berdasarkan
Luka Bakar. penyebabnya.
• Luka bakar karena api
Untuk mengkaji beratnya luka
bakar harus dipertimbangkan • Luka bakar karena air
beberapa factor lain : panas
• Luka bakar karena
• Persentasi area (luasnya) bahan kimia
luka bakar pada permukaan
tubuh. • Luka bakar karena
listrik
• Kedalaman luka bakar
• Luka bakar karena
• Anatomi lokasi luka bakar radiasi
• Umur klien
• Riwayat pengobatan yang
lalu
• Trauma yang menyertai atau
bersamaan.
F. KLASIFIKASI
Luka Bakar Berat (major
 Berdasarkan Luas luka bakar. burn)
Luka Bakar Ringan/Minor
• Derajat II- III > 20% usia
• Luas < 15% pada dewasa dibawah 10th atau dewasa
• Luas < 10% pada anak dan usia lanjut. diatas usia 50 th.
• Luas < 2% pada segala usia (tidak mengenai • Derajat II- III > 25% pd kelp
muka, tangan, dan perinium). usia selain yang disebutkan
pada butir pertama.
Luka Bakar Sedang (moderater burn) • Luka bakar pd muka,
• Luas 15-25% pada dewasa (derajat III) kurang tangan, kaki dan perinium.
dari 10% • Adanya cedera pada jalan
• Luas 10-20% pd anak usia <10 th atau dewasa nafas (cedera inhalasi)
>40 th (derajat III) kurang dari 10%. tanpa memperhitungkan
• Derajat III <10% pada anak maupun dewasa luas luka bakar.
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perinium • Luka bakar listrik tegangan
tinggi.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi luka bakar dapat terjadi dari luka bakar itu
sendiri atau ketidakmampuan tubuh saat proses
penyembuhan luka (Burninjury, 2013). Semua luka bakar
dalam tingkatan apapun, sejatinya membawa risiko infeksi,
sebab bakteri bisa dengan mudah masuk ke dalam kulit yang
rusak dan terbuka.
Berbeda dengan luka bakar tingkat pertama dan kedua,
kondisi luka bakar pada tingkat tiga dapat berisiko terkena
komplikasi, seperti infeksi, kehilangan darah, dan syok, yang
seringkali bisa mengakibatkan kematian.
G. KOMPLIKASI
Selain itu, luka bakar juga dapat mengakibatkan penderitanya
terkena kondisi-kondisi berikut :
• Tetanus: merupakan komplikasi lain yang mungkin bisa datang
dari luka bakar pada tingkatan apapun.
• Hipotermia: yaitu sebuah komplikasi tak terduga yang bisa terjadi
jika luka bakar yang diderita terlalu parah. Kondisi ini sebenarnya
dipicu oleh hilangnya berlebihan panas tubuh dari cedera.
• Hypovolemia: alias kekurangan cairan merupakan komplikasi
yang terjadi ketika tubuh Anda kehilangan terlalu banyak
darah/cairan dari luka bakar.
• Gangguan jalan napas: terjadi karena inhalasi aspirasi, oedema,
serta infeksi paru-paru
• Kejang: adalah komplikasi yang paling unik karena sering terjadi
pada anak-anak. Kondisi ini biasanya disebabkan karena
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksi, infeksi obat-obatan.
H. PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada keparahan luka bakar
ditambah jumlah area yang terlibat. Ketika sebagian besar
wajah, dada, tangan, kaki, genitalia, atau sendi mengalami
luka bakar tingkat dua atau tiga,perhatian medis perlu.
Luka bakar serius dapat mengakibatkan kematian.
Jika penghisapan asap terjadi, atau jika rambut rongga
hidung terbakar, atau jika sejumlah soot [unsur berwarna
hitam yang sebagian besar berisi partikel karbon] hadir
disekitar muka, nilai kecukupan napas dan kerusakan pada
saluran pernapasan. CPR mungkin perlu untuk dimulai. Bayi
dan pasien lanjut usia dengan luka bakar memerlukan
perhatian medis yang cepat.
I. PROSES
PENYEMBUHAN
Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis.
• Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam
jangka waktu 2-3 hari 3 minggu.
• Luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-
tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4–6 minggu.
Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika
mengalami proses fase respon inflamasi akut terhadap
cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi.
Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka,
jumlah eksudat berkurang, jaringan luka semakin membaik.
J. PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Hitung darah lengkap 6. Glukosa Serum


2. Leukosit 7. BUN atau Kreatinin
3. Elektrolit Serum 8. Albumin Serum
4. Natrium Urin 9. EKG
5. Alkali Fosfat 10. Fotografi luka bakar
K. PERTOLONGAN
PERTAMA LUKA BAKAR

Penghentian langsung oleh korban dengan cara Stop,


drop dan roll.
K. PERTOLONGAN
PERTAMA LUKA BAKAR
Pertolongan Luka Bakar sebelum di rumah sakit & di
emergency.
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

Penalataksanaan (assessment) dan penanganan awal luka bakar


berjalan simultan mengikuti kaidah standar Advanced Trauma
Life Support dari Komite Trauma American College of Surgeons.
• A – (airway) : Jalan nafas, adalah sumbatan jalan atas (larinx,
pharinx) akibat cedera inhalasi yang ditandai kesulitan
bernafas atau suara nafas yang berbunyi (stridor hoarness)
• B – (Breathing) : Kemampuan bernafas, ekspansi rongga
dada dapat terhambat karena nyeri atau eschar melingkar di
dada.
• C – (Circulation) : Status volume pembuluh darah Keluarnya
cairan dari pembuluh darah terjadi karena meningkatnya
permeabilitas pembuluh darah (jarak antara sel endotel
dinding pembuluh darah).
• D – (disability) : Status neurologis pasien
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

Secara klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu
fase emergent, fase akut dan fase rehabilitasi.
1. Fase Emergent (Resusitasi): pembahasan pada pertolongan
pertama
2. Fase Akut/ Termediate
a. Perawatan luka umum: mengatasi infeksi, Terapi antibiotik
lokal, ganti balutan, perawatan luka tertutup dan tidak tertutup
serta hidroterapi.
b. Debridement
• Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan
menggunakan gunting dan forcep untuk memotong dan
mengangkat eschar.
• Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan
menggunakan preparat enzym topical proteolitik dan
fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan
yang necrotik, dan mempermudah pengangkatan eschar.
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

• Debridemen bedah yaitu pembedahan luka meliputi


eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2 tehnik yang
dapat digunakan : Tangential Excision dan Fascial
Excision. Pada tangential exccision adalah dengan
mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis
sampai terlihat jaringan yang masih hidup sedangkan
fascial excision adalah mengangkat jaringan luka dan
lemak sampai fascia. Tehnik ini seringkali digunakan untuk
LB yang sangat dalam.
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

c. Graft pada luka


Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin
terjadi:
• Autograft: dari kulit penderita itu sendiri.
• Homograft: kulit dari manusia yang masih hidup atau baru saja
meninggal (balutan biologis).
• Heterograft: kulit berasal dari hewan, biasanya babi (balutan
biologis).
d. Fisioterapi/ mobilisasi
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan
menangani kontraktur meliputi terapi posisi, ROM exercise, dan
pendidikan pada klien dan keluarga.
e. Pembalutan luka
f. Penutupan luka.
g. Penatalaksanaan nyeri.
h. Dukungan nutrisi.
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

3. Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan
merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar.
Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar
adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian
perbaikan fungsi yang maksimal.
Tindakan-tindakan untuk meningkatkan
penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan
deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan
fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan
merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA BAKAR

Penatalaksanaan berdasarkan derajat luka bakar.


L. PENATALAKSANAAN &
PENANGANAN LUKA
BAKAR
RESUSITASI CAIRAN

Cara Baxter: ½  diberikan 8 jam


pertama
 Dewasa
½  diberikan 16 jam
RL 4cc x BB x %LB/ berikutnya.
24jam.
 Anak (Jlh  Kebutuhan Faal
resusitasi + Anak:
kebutuhan Faal)
• < 1th: BB x 100cc
RL 2cc x BB x %LB/ • 1-3 th: BB x 75cc
24jam. • 3-5 th: BB x 50cc
M. CARA MENGHITUNG DAN
MENENTUKAN LUAS LUKA
BAKAR
N. ASKEP LUKA
BAKAR
1. PENGKAJIAN
a. Biodata h. Pemeriksaan fisik
(Head to Toe)
b. Keluhan utama
i. Keadaan umum
c. Riwayat penyakit
sekarang j. TTV
k. Aktifitas/istirahat
d. Riwayat penyakit
masa lalu l. Pernafasan
e. Riwayat penyakit m. Sirkulasi
keluarga n. Eliminasi
f. Pola ADL (Activity o. Nyeri/kenyamanan
Daily Living)
p. Pemeriksaan kulit
g. Riwayat psiko sosial (Luas LB, Kedalam LB,
Lokasi/ area LB).
N. ASKEP LUKA
BAKAR
2. DIAGNOSA

a. Resiko c. Ketidakefektifan
kekurangan pola nafas b.d
volume cairan b.d deformitas
kehilngan cairan dinding dada,
melalui rute
abnormal luka. keletihan otot-otot
pernafasan.
b. Resiko infeksi b.d
hilangnya barier d. Nyeri akut/kronis
kulit dan b.d inflamasi dan
terganggunya kerusakan
respons imun. jaringan.
N. ASKEP LUKA
BAKAR
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kekurangan volume NOC NIC


cairan b.d kehilangan  Fluid balance Fluid Management
cairan melalui rute  Hydration  Pertahankan catatan intake dan
abnormal luka.  Nutritional Status: Food and Fluid output yang akurat
Intake  Monitor status hidrasi (kelembaban
Kriteria Hasil : membran mukosa, nadi adekuat,
 Mempertahankan urine output tekanan darah ortostatik), jika
sesuai dengan usia Tekanan darah, diperlukan
nadi, suhu tubuh dalam batas  Monitor vital sign & masukan
normal. makanan/cairan dan hitung intake
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, kalori harian.
elastisitas turgor kulit baik, membran  Kolaborasikan pemberian cairan IV
mukosa lembab, tidak ada rasa  Dorong keluarga untuk membantu
haus yang berlebihan. pasien makan
 Kolaborasi dengan dokter
Resiko NOC NIC
infeksi b.d  Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
hilangnya  Knowledge : Infection  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
barier kulit control pasien lain
dan  Risk control  Pertahankan teknik isolasi
tergangguny  Batasi pengunjung bila perlu
a respons Kriteria Hasil :  Tingkatkan intake nutrisi
imun.  Klien bebas dari tanda dan  Berikan terapi antibiotik bila perlu
gejala infeksi infection protection (proteksi terhadap
 Mendeskripsikan proses infeksi)
penularan penyakit, faktor  Monitor tanda dan gejala infeksi
yang mempengaruhi sistemik dan lokal
penularan serta  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
penatalaksanaannya gejala infeksi
 Menunjukkan kemampuan  Ajarkan cara menghindar infeksi
untuk mencegah timbulnya
infeksi.
Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola nafas b.d  Respiratory status :  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
deformitas Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
dinding dada,  Respiratory status : Airway  Identifikasi pasien perlunya
keletihan otot-otot patency pemasangan alat jalan nafas buatan
pernafasan.  Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Kriteria hasil :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Mendemonstrasikan batuk suction
efektif dan suara nafas  Auskultasi suara nafas, catat adanya
yang bersih, tidak ada suara tambahan
sianosis.  Atur intake untuk cairan
 Menunjukkan jalan nafas mengoptimalkan keseimbangan
yang paten ( klien tidak  Monitor respirasi dan status O2
merasa tercekik, irama, Oxygen Therapy
frekuensi pernafasan dalam  Pertahankan jalan nafas yang paten
rentang normal.  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 TTV normal.
Nyeri b.d inflamasi dan NOC : NIC :
kerusakan jaringan.  Pain Level  Paint management
 pain control  Lakukan pengkajian nyeri secara
 comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Mampu mengontrol nyeri dan faktor presipitasi.
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Observasi reaksi nonverbal dari
dengan menggunakan manajemen ketidaknyamanan.
nyeri.  Kontrol lingkungan yang dapat
 Mampu mengenali nyeri Menyatakan mempengaruhi nyeri.
rasa nyaman setelah nyeri berkurang.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
 Tanda vital dalam rentang normal. napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Tingkatkan istirahat.
 Berikan informasi tentang nyeri (penyebab
& berapa lama nyeri akan berkurang)
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali.
THANK YOU! <3

Anda mungkin juga menyukai