Anda di halaman 1dari 36

D I R E K T O R A T J E N D E R A L K E K AYA A N N E G A R A

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA


DALAM RANGKA LIKUIDASI ENTITAS AKUNTANSI DAN
ENTITAS PELAPORAN PADA KEMENTERIAN
NEGARA/LEMBAGA ( PMK NO. 48/PMK.05/2017)
1
PENGERTIAN

Likuidasi adalah tindakan


penyelesaian seluruh aset dan
kewajiban sebagai akibat
pengakhiran/pembubaran entitas
akuntansi dan/atau entitas pelaporan
pada K/L

2
TAHAP LIKUIDASI
ENTITAS AKUNTANSI

Penyusunan
Laporan
Keuangan
Penyelesaian
Hak dan
Kewajiban (s.d.
Nihil)
Penetapan
Entitas
Akuntansi/
Pelaporan yang
ditunjuk
Penetapan
Penanggungjawab
Proses Likuidasi

3
ENTITAS AKUNTANSI DAN
ENTITAS PELAPORAN YANG DILIKUIDASI
1. tidak lagi beroperasi sebagai entitas akuntansi/
pelaporan
2. perubahan identitas entitas akuntansi/pelaporan, antara
lain karena:
a. penggabungan entitas akuntansi/pelaporan
b. pemecahan entitas akuntansi/pelaporan
3. tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran
berikutnya
4. perubahan menjadi BLU atau BUMN dan sebaliknya,
perubahan UBL satker menjadi UBL bukan satker/bagian
satker.

4
PENGABUNGAN BEBERAPA EA/P MENJADI
SATU EA/P MENGGUNAKAN IDENTITAS BARU

SATKER A
SATKER B

SATKER C

SATKER D

YANG DILIKUIDASI:
SEMUA,
yaitu
SATKER A, B DAN C
5
PENGABUNGAN BEBERAPA EA/P MENJADI
SATU EA/P MENGGUNAKAN SALAH SATU
IDENTITAS EA/P YANG DIGABUNG
SATKER A
SATKER B

SATKER C

SATKER A

YANG DILIKUIDASI:
SEBAGIAN,
yaitu
SATKER B DAN C
6
PEMECAHAN SATU EA/P MENJADI BEBERAPA EA/P
MENGUNAKAN IDENTITAS EA/P BARU DAN
IDENTITAS EA/P YANG DIPECAH MASIH DIGUNAKAN

SATKER A

SATKER A
SATKER A SATKER B TIDAK DILIKUIDASI

SATKER C

7
PEMECAHAN SATU EA/P MENJADI BEBERAPA EA/P
MENGUNAKAN IDENTITAS EA/P BARU

SATKER B
SATKER A
SATKER A SATKER C DILIKUIDASI

SATKER D

8
PENETAPAN PENANGGUNG JAWAB PROSES LIKUIDASI

• Penanggung jawab proses likuidasi entitas akuntansi


adalah pemimpin entitas akuntansi yang dilikuidasi.
• Dalam hal pemimpin entitas akuntansi tidak dapat
menjadi penanggung jawab proses likuidasi, pemimpin
entitas akuntansi yang secara struktural membawahi
entitas akuntansi yang dilikuidasi menjadi
penanggungjawab proses likuidasi.
• Pemimpin entitas pelaporan yang dilikuidasi merupakan
penanggung jawab proses likuidasi entitas pelaporan.
• Dalam hal pemimpin entitas pelaporan tidak dapat
menjadi penanggung jawab proses likuidasi, pejabat
yang melakukan likuidasi entitas pelaporan dapat
menunjuk pejabat lain sebagai penanggung jawab
proses Likuidasi entitas pelaporan.
9
PENETAPAN ENTITAS AKUNTANSI/PELAPORAN
YANG DITUNJUK

• Entitas akuntansi yang ditunjuk


ditetapkan oleh entitas akuntansi
yang secara struktural membawahi
entitas akuntansi yang dilikuidasi.
• Entitas pelaporan yang ditunjuk
ditetapkan oleh pejabat yang
melakukan likuidasi entitas
pelaporan.
10
PENYELESAIAN ATAS BARANG MILIK NEGARA (BMN)
• Penyelesaian persediaan, aset tetap, dan aset lainnya
dilaksanakan melalui serah terima dari entitas
akuntansi/pelaporan yang dilikuidasi kepada entitas
akuntansi/pelaporan yang ditunjuk
• Apabila antar K/L atau dengan Pemda/pihak lain, maka serah
terimak dilakukan sesuai peraturan di bidang pengelolaan BMN
(misal: hibah dan alih status penggunaan)
• Apabila internal K/L dilaksanakan berpedoman kepada
peraturan di bidang pengelolaan BMN sebagai benchmark
• Serah terima BMN dituangkan dalam BAST atau dokumen lain
yang dipersamakan, ditandatangani oleh penanggungjawab
proses likuidasi serta pemimpin entitas akuntansi/pelaporan
yang ditunjuk
11
KEWAJIBAN PENYUSUNAN LAPORAN BMN (1)
• Selama proses penyelesaian hak dan kewajiban, entitas
akuntansi/pelaporan yang dilikuidasi tetap melakukan
rekonsiliasi data BMN serta menyusun dan menyampaikan
laporan BMN sesuai periode pelaporan.
• Laporan BMN disusun menggunakan identitas entitas
akuntansi/pelaporan yang dilikuidasi dan ditandatangani
penanggung jawab proses likuidasi.
• Dalam hal penyelesaian hak dan kewajiban telah dilaksanakan
hingga saldo BMN bersaldo nihil, penanggung jawab proses
likuidasi melakukan rekonsiliasi data BMN likuidasi dengan
KPKNL mitra kerja/DJKN dan menyusun laporan BMN
semesteran/tahunan terakhir.

12
KEWAJIBAN PENYUSUNAN LAPORAN BMN (2)
• Data/dokumen pendukung rekonsiliasi data BMN likuidasi
dengan KPKNL mitra keja/DJKN:
1. Fotokopi penetapan pejabat penanggungjawab likuidasi;
2. Fotokopi penetapan entitas yang ditunjuk;
3. Fotokopi BAST penyerahan BMN kepada entitas yang
ditunjuk;
4. BAR internal antara UAKPB/UAPB dengan UAKPA/UAPA
5. ADK SIMAK BMN/Persediaan
• Setelah BMN bersaldo nihil, seluruh transaksi yang berdampak
pada laporan BMN diselesaikan dan dibukukan menggunakan
identitas entitas akuntansi/pelaporan yang ditunjuk

13
PENGUNGKAPAN DALAM CALBMN
• Serah terima BMN diungkapkan secara memadai dalam
CaLBMN entitas akuntansi/pelaporan, baik yang dilikuidasi
maupun yang ditunjuk.
• Pengungkapan yang memadai meliputi:
a. rincian jenis dan saldo BMN yang diserahterimakan (BAST)
dan dokumen terkait lainnya dilampirkan; dan
b. informasi penting lainnya yang dipersyaratkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.

14
KESIMPULAN
• Perlu dibuat dokumen penetapan entitas akuntansi/pelaporan
yang ditetapkan untuk dilikuidasi beserta taggal likuidasinya.
• Mengingat tidak diatur jelas mengenai tanggal penetapan
likuidasi, maka disarankan agar tanggal likuidasi disesuaikan
dengan tanggal periode pelaporan semesteran/tahunan,
karena BMN tidak mengenal laporan BMN bulanan dan belum
diatur khusus mengenai laporan BMN likuidasi.
• Tanggal likuidasi yang ditetapkan seyogyanya adalah tanggal
setelah hak dan kewajiban diselesaikan s.d. nihil
• Meskipun sudah tidak menerima anggaran, apabila BMN belum
nihil, maka ia tetap sebagai satker, tetap wajib menyusun dan
menyampaikan laporan BMN, s.d. BMNnya dinihilkan dan
ditetapkan untuk dilikuidasi
• Mengingat laporan BMN merupakan bagian dari laporan
keuangan, maka kebijakan likuidasi pada suatu K/L adalah
merupakan hasil koordinasi antara UAKPB/UAPB dengan
UAKPA/UAPA (lead). 15
Terima Kasih

DIREKTORAT BARANG MILIK NEGARA-DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA 16


TATA CARA PEMINDAHTANGANAN
BARANG MILIK NEGARA
PMK 111 tahun 2016

DIREKTORAT BMN
BMN Dari Perolehan Lain Yang
BMN Sah
• BMN PADA PENGELOLA • Eks Kepabeanan dan cukai
• BMN PADA PENGGUNA • Barang Gratifikasi
• BMN Dari Perolehan Lain • Barang rampasan negara
yang sah • Aset bekas milik
Sepanjang tidak diatur asing/Tionghoa
khusus dalam Peraturan • Aset eks Pertamina
Menteri Keuangan,
• Kontraktor Kontrak Kerja
mengikuti ketentuan dalam
Sama
Peraturan ini
• Aset eks Perjanjian
Kerjasama/Karya
Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara
Bentuk Pemindahtanganan

• Penjualan
• Tukar Menukar
• Hibah
• Penyertaan Modal Pemerintah Pusat
Prinsip UMUM
Nilai
• BMN yang tidak
digunakan tusi
Dilakukan oleh
• BMN yang telah Dilakukan oleh
Pengguna
di tetapkan Penilai
Barang
statusnya
• BMN yang tidak
Nilai
diperlukan Nilai Wajar
Taksiran
penetapan status
sesuai Peraturan
Perundang-
undangan TerhadapBMN yang menjadiObjek Hibah
tidak dilakukanpenilaian
Penilaian terhadap Objek
Pemindahtanganan
Jenis Dinilai
Objek Nilai
BMN Oleh

Seluruh Pengelola Wajar

Selain Hibah
BMN
yang Selain tanah
Pengguna Taksiran
akan di bangunan
pindahtan
gankan Hibah Seluruh Tidak dinilai
Persetujuan
DPR Presiden Tanpa Persetujuan DPR untuk
Tanah dan Bangunan yang:
TB TB>10 M • Tidak Sesuai Tata Ruang
Wilayah
STB > 100 M 100 M>STB>10 M • Anggaran Pengganti telah
ada
• Diperuntukan bagi PNS
• Diperuntukan bagi
• Baik BMN pada Pengelola maupun
Pengguna
kepentingan umum
• Seluruh usulan yang memerluka
• Tidak layak secara ekonomis
persetujuan DPR dan Presiden,
dilakukan oleh Pengelola Barang
Kewenanggan dan Tanggung Jawab
Menteri Keuangan sebagai Menteri/Pimpinan Lembaga
Pengelola Barang sebagai Pengguna Barang
• Mengajukan usulan kepada DPR • Mengajukan usul Pemindahtangan
• Memberikan Pertimbangan dan • Melakukan Pemindahtangan,
meneruskan Usulan Kepada setelah mendapat persetujuan
Presiden Pengelola
• Memberikan Keputusan • Melakukan Pembinaan,
• Memberikan dan Menetapkan Pengawasan dan Penengendalian
Persetujuan atas Pemindahtanganan yang
• Melakukan Pembinaan, dalam penguasaannya
Pengawasan dan Pengendalian • Menandatangani perjanjian
• Melakukan Penatausahaan Pemindahtanganan
• Melakukan Penyimpanan dan • Melakukan Penatausahaan
Pemeliharaan dokumen • Melakukan Penyimpanan dan
• Mengenakan sanksi Pemeliharaan dokumen
• Dapat Mendelegasikan Sebagian • Menganakan Sanksi
Wewenang • Menetapkan peratusan dan
kebijakan teknis
Hibah

Pertimbangan Persyaratan Kewajiban

• kepentingan • Bukan: • BMN yang


• sosial • barang rahasia dihibahkan wajib
• budaya negara; digunakan
• barang yang sebagaimana
• keagamaan;
menguasai naskah Hibah
• kemanusiaan;
hajat hidup
• pendidikan non
orang banyak;
komersial;
dan
• penyelenggaraan
• tidak digunakan
pemerintahan
sebagai TUSI
negara/ daerah.
PEMDA

akta pendirian, anggaran


sosial, budaya, dasar / rumah tangga,
keagamaan, atau pernyataan tertulis dari
Lembaga kemanusiaan, instansi teknis yang kompeten
pendidikan non bahwa lembaga yang
komersial; bersangkutan adalah sebagai
lembaga termaksud.

BUMN

Penerima
Hibah Pemerintah Negara
Lain

Perorangan/kelompok untuk
menjalankan program
pembangunanan nasional
Masyarakat

Pihak lain yang Internasional, yang terkena


ditetapkan Pengelola bencana alam, perang, wabah
penyakit endemik;
Tata CARA HIBAH
TB
Inisiatif Pengelola
STB
BMN Pada
Pengelola
TB
Permohonan Pihak
lain
STB
Hibah
TB
Inisistif Pengguna
STB
BMN Pada
Pengguna
TB
Permohonan Pihak
Lain
STB
BAST Penghapusan BMN
Penelitian Awal
•Adminitrasi
•Fisik
•Klaifikasi kebenaran
•Terhdap data tanah, bangunan calon
penerrima Hibah

Naskah Hibah

Pernyataan
Bersedia
Menerima Hibah Menetapkan Keputusan
Pelaksanaan Hibah
•Penerima Hibah
•Objek hibah
•Nilai
Cek Kewenangan •Peruntukan Hibah
•Kewajiban PB untuk hapus BMN dari daftar
•Melihat apakah BMN tersebut memerlkan barang pengguna
persetujuan DPR/Presiden •Kewajiban PB untuk lapor pelaksanaan
hibah kepada Pengelola Barang
Hibah BMN Berdasarkan
Permohonan Pihak Lain
Mengikuti Proses
Hibah
Disetujui berdasarkan
inisiatif
Pengelola

Permohonan Pertimbangan
Hibah Pengelola

Penyampaian
Tidak Disetujui Tertulis beserta
Alasan
Naskah Hibah dan BAST

Naskah Hibah Memuat: BAST HIBAH


• identitas para pihak; Ditandatangani oleh
penerima Hibah dan
• jenis dan nilai barang yang
Pengelola Barang/Pengguna
dilakukan Hibah;
Barang atau pejabat
• tujuan dan peruntukan Hibah; struktural yang ditunjuk pada
• hak dan kewajiban para pihak; saat penandatanganan
• klausul beralihnya tanggung jawab naskah Hibah
dan kewajiban kepada pihak
penerima Hibah; dan
• penyelesaian perselisihan
Penandatanganan Naskah Hibah

• Paling lama 3 bulan untuk Hibah yang dilaksanakan oleh


Pengelola/Pengguna Barang

BAST Hibah
• Ditandatangani oleh penerima Hibah dan Pengelola
Barang/Pengguna Barang atau pejabat struktural yang
ditunjuk pada saat penandatanganan naskah Hibah
Pendelegasian Kewenangan dari Pengelola
Barang Kepada Pengelola Barang Terkait Hibah
Dasar Hukum:
PMK 4/PMK.06/2015
Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab memberikan
persetujuan dan pemohonan Pemindahtanganan berupa:
1. Penjualan; dan
2. Hibah
Kewenangan dan tanggung jawab terkait hibah dilakukan terhadap:
1. BMN yang dari awal perolehannya dimaksudkan untuk dihibahkan
dalam rangka kegiatan pemerintahan.
2. BMN selain T/B yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan
dengan nilai perolehan s.d. Rp100 juta per unit/satuan.
3. Bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, dan
restorasi).
Pendelegasian Kewenangan dari Pengelola Barang
Kepada Pengelola Barang Terkait Hibah (Lanjutan)

BMN sebagaimana dimaksud pada angka 1 meliputi tetapi tidak


terbatas pada:
1. BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN.
2. BMN yang berasal dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
3. BMN yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian/kontrak.
4. BMN yang diperoleh sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku.
KETENTUAN PERALIHAN
• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, terhadap BMN
berupa persediaan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk dihibahkan dan telah terlanjur dipindahtangankan oleh
Pengguna Barang kepada penerima Hibah sebelum mendapat
persetujuan Hibah dari Pengelola Barang yang telah dilaksanakan
sebelum 1 Juli 2015, Pengguna Barang mengajukan permohonan
persetujuan Hibah kepada Pengelola Barang dengan ketentuan:
• PB/KPB membuat surat pernyataan atas pelaksanaan Hibah;
• terdapat laporan APIP atas pelaksanaan Hibah yang dilakukan
Pengguna Barang;
• permohonan Pengguna Barang disampaikan kepada Pengelola
Barang paling lama 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini
diundangkan;
• segala akibat hukum yang menyertai proses hibah sebelum
diberikannya persetujuan Pengelola Barang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.
KETENTUAN PENUTUP
• Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai Pemindahtanganan BMN sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
• Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 13 Juli
2016.
Terima Kasih

DIREKTORAT BARANG MILIK NEGARA-DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA 36

Anda mungkin juga menyukai