Anda di halaman 1dari 43

Stroke adalah suatu sindroma klinis yg

menyebabkan defisit neurologis baik fokal


maupun global yg terjadi mendadak dan
menetap >24 jam yang disebabkan oleh
gangguan serebrovaskular.

Stroke Stroke
Patologi Anatomi
Iskemik Hemoragik

Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology: Cerebrovascular
diseases. 8th ed. 2005. New York: The Mc-Graw-Hill Companies.
Tanda dan Gejala

Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 166


Stroke: The Initial Symptoms
Clinical Presentations of Stroke

• Focal ischemia (85%)


– Embolism
– Thrombosis

• Hemorrhage (15%)
– Epidural
– Subdural
– Intraparenchymal
Cerebral Ischemia
Embolism
Thrombosis
• Abrupt onset • Preceded by TIAs
• Small vascular area • Abrupt onset
• Focal deficit • Large vascular area
– Pure aphasia • More complex symptoms
– Pure hemianopia
• Acute CT normal
• High recurrence risk • Acute CT normal
Cerebral Hemorrhage

Epidural hemorrhage Subdural hemorrhage


• Smooth onset • Smooth onset
• Arterial origin • Venous origin
• Mass effect causes • May be recurrent
coma over hours • Fluctuating, falsely
• Similar (but slower localizing signs
in evolution) to
hemorrhage in
basal ganglia
Skor Siriraj
(2,5xS)+(2xM)+(2xN)x (0,1xD)-(3xA)-12
S kesadaran dimana 0= kompos mentis, 1=somnolen,
2=stupor atau koma
M muntah dimana 0=tidak ada, 1=ada
N nyeri kepala dimana 0=tidak ada, 1=ada
D diastolik
A ateroma dimana 0=tidak ada, 1=salah satu atau lebih
penyebab lainnya: DM, angina, penyakit pembuluh darah.
<-1: infark serebri
-1 s.d. 1 meragukan
>1: perdarahan supratentorial

Soertidewi L, Tiksnadi A. Buku Saku Tentorium Neurologi. Jakarta: Departemen


Neurologi FKUI/RSCM.
Stroke Hemoragik
• Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial ,dapat terjadi spontan (i.e., non-
traumatik) intrakranial, dengan lokasi di epidural,
subdural, intraparenkimal, atau interventrikular.

• Perdarahan otak sering didiagnosis dengan


menggunakan CT scan non-kontras saat
mengevaluasi stroke akut.
• Berdasarkan anatominya
perdarahan otak dibedakan
menjadi perdarahan
intraserebral dan
perdarahan
subarakhnoid.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan
manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Perdarahan Intraserebral

Rohkamm. Color atlas of


neurology. 2004. Thieme: 185.
Perdarahan Intraparenkimal Hipertensif
• Perdarahan intraserebral tanpa disertai bukti
kelainan vaskular seperti aneurisma atau
angioma, biasanya disebabkan oleh hipertensi.
• Lokasi tersering adalah ganglia basal (khususnya
putamen), thalamus, serebelum, dan pons.
• Perdarahan arteri kecil hipertensi yg
menyebabkan bekuan darah berukuran kecil
maupun besar herniasi bahkan kematian.

Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition.
USA: The McGraw-hill Companies, inc; 2008.
Perdarahan Intraparenkimal Hipertensif
1-6 bulan,
perdarahan 
48 jam, makrofag kavitas oranye
Perdarahan berkembang 30-
90 menit fagositosis dibatasi jaringan
perdarahan ikat glial dan
makrofah
hemosiderin.

• Meskipun tidak berkaitan dengan aktivitas


fisik, sebagian besar perdarahan
intraserebral terjadi ketika pasien sadar
dan terkadang ketika stress.
Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-hill Companies, inc; 2008.
Perdarahan Subarakhnoid

Rohkamm. Color atlas of


neurology. 2004. Thieme: 185.
Perdarahan Subarakhnoid
• Penyebab 5-10% stroke disebabkan oleh perdarahan
subarakhnoid.
• Sering disebabkan oleh ruptur aneurisma atau
malformasi arteriovenosus, tetapi pada 20% kasus
penyebab pastinya tidak ditemukan.
• Gejala nyeri kepala hebat dan mendadak saat onset
penyakit yang dapat disertai mual dan muntah.
• KUI.
• Dapat disertai penurunan kesadaran dan
gangguan status mental.
• Dalam 90% kasus, perdarahan dapat
terlihat di CT-scan dalam waktu 24 jam.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta: Balai Penerbit F
Perdarahan Subarakhnoid
• Gejala nyeri kepala hebat dan
mendadak saat onset penyakit yang
dapat disertai mual dan muntah.
• Dapat disertai penurunan kesadaran
dan gangguan status mental.
• Dalam 90% kasus, perdarahan dapat
terlihat di CT-scan dalam waktu 24
jam.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostic, patofisiologi, dan manajemen. 1999. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 185. Rohkamm. Color atlas
of neurology. 2004. Thieme: 185.
Komplikasi Perdarahan Subarakhnoid
• Edema serebri
• Rebleeding  timbul pada 50-60% kasus dalam 6
bulan pertama setelah perdarahan awal, menurun
10% pada hari ke-30, dan berkurang 3% setiap tahun
• Vasospasme yang timbul pada hari ke-3 dan
meningkat pada hari ke-7 sangat menentukan
prognosis
• Hidrosefalus  tersumbatnya aliran likuor serebri
intraventrikular muncul sebagai komplikasi
perdarahan subarakhnoid.
• Hiponatremia, edema pulmoner neurogenik,
kejang, dan kardiak aritmia.
Rohkamm. Color atlas of neurology. 2004. Thieme: 184.
Anamnesis Stroke Hemoragik
• Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
anamnesis pasien yang diduga mengalami
stroke hemoragik antara lain awitan gejala,
gejala awal dan progresinya, faktor risiko
vaskuler, pemakaian obat-obatan, riwayat
trauma atau pembedahan, demensia, alkohol
atau penyalahgunaan obat lain, riwayat
kejang, penyakit hati , kanker dan gangguan
hematologis.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online
Nov 28,2005.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan yang penting dilakukan dimulai
dari status generalis.
• Untuk kesadaran dapat dinilai dengan
kualitatif dan kuantitatif. Penilaian lebih
obyektif dengan Skala Koma Glasgow.
• Pada tanda vital, terutama diperhatikan
tekanan darah karena terjadi hipertensi
reaktif akut.

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov
28,2005.
Perdarahan Talamus
• Gejala utama yang ditimbulkan adalah hilangnya
sensasi pada seluruh tubuh kontralateral.
• Hemiplegia atau hemiparesis karena kompresi
atau destruksi kapsula interna.
• Hilangnya sensasi lebih berat daripada
kelumpuhan yang terjadi.
• Dapat terjadi afasia, dapat juga terjadi gangguan
lapang pandang homonim yang reversibel.
• Pupil anisokor, ptosis dan miosis ipsilateral,
nistagmus retraksi juga dapat muncul.

Ropper AH, Brown RH. Adam and Victor’s Principles of Neurology. 8 th ed. New York: McGrawHill. 2005;711-6.
Pemeriksaan Penunjang
• darah perifer lengkap,
• kimia darah,
• prothrombin time (PT) atau INR,
• activated partial thromboplastin time (APTT),
• skrining toksik,
• urinalisis,
• elektrokardiografi,
• foto polos dada,
• Neuroimaging (CT-Scan, MRI).

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online
Nov 28,2005.
Tatalaksana Stroke Akut
• Stabilisasi pasien dengan tindakan ABCDE
• Pasang jalur infuse intravena dengan larutan salin normal 0,9 %
dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis
seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45%, karena dapat
memperhebat edema otak
• Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
• Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen
toraks
• Ambil sampel untuk pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer
lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan
kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial
• Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alkohol, fungsi hati,
gas darah arteri, dan skrining toksikologi
• Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
• CT-scan atau MRI bila alat tersedia. Bila tidak ada, dengan skor
Siriraj untuk menentukan jenis stroke.
Misbach J. Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1999.
Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28,
2005.
Tatalaksana Stroke Hemoragik
• Pada pasien dengan defisiensi faktor koagulasi dan
trombositopenia, penatalaksaan yang dilakukan meliputi pemberian
faktor pembekuan atau platelet.
• Pada pasien dengan riwayat pemakaian antikoagulan oral yang
mengalami perdarahan yang mengancam nyawa, dalam hal ini
misalnya perdarahan intrakranial, direkomendasikan untuk
memperbaiki INR secepat mungkin.
• Vitamin K membutuhkan waktu beberapa jam untuk memperbaiki
INR, sedangkan FFP memiliki kekurangan berupa peluang
timbulnya reaksi alergi, risiko transfusi infeksius, waktu produksi
yang lama, serta masalah volume yang diperlukan untuk koreksi.
• Kendalikan hipertensi : Tekanan darah sistolik > 180 mmHg harus
diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetalol (20 mg
intravena dalam 2 menit, ulangi 40-80 mg intravena dalam interval
10 menit sampai tekanan yang diinginkan, kemudian infuse 2
mg/menit (120 ml/jam) dan dititrasi atau penghambat ACE (misalnya
kaptopril 12,5-25 mg, 2-3 kali sehari) atau antagonis kalsium
(misalnya nifedipin oral 4 kali 10 mg).
• Pertimbangkan konsultasi bedah saraf
• Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma
atau malformasi arteriovenosa.
• Berikan manitol 20 % (1 mg/kgBB, bolus intravena dalam 20-
30 menit, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB setiap 3-5 jam) untuk
pasien dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meninggi atau ancaman herniasi.
• Steroid tidak terbukti efektif pada perdarahan intraserebral.
• Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kgBB intravena, kecepatan
maksimal 50 mg/menit, atau per oral) pada pasien dengan
perdarahan luas dan derajat kesadaran menurun.
• Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk
mencegah vasospasme bila secara klinis, pungsi lumbal atau
CT-Scan menunjukkan perdarahan subaraknoid akut primer.
Tatalaksana
Manajemen tekanan darah
• Apabila tekanan darah sistolik >200 mmHg atau MAP >150 mmHg,
pertimbangkan penurunan tekanan darah secara agresif dengan
infus intravena kontinyu, dengan pemantauan setiap 5 menit.
• Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >140 mmHg
dan terdapat kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial,
pertimbangkan pemantauan tekanan intrakranial dan penurunan
tekanan darah dengan pengobatan intravena intermiten atau
kontinyu sambil mempertahankan tekanan perfusi serebral ≥60
mmHg.
• Apabila tekanan darah sistolik >180 mmHg atau MAP >130 mmHg
tanpa bukti peningkatan tekanan intrakranial, pertimbangkan
penurunan tekanan darah secara moderat (misalnya MAP 110
mmHg atau target tekanan darah 160/90 mmHg) dengan
pengobatan intravena intermiten atau kontinyu untuk mengontrol
tekanan darah sambil memantau pasien setiap 15 menit.
(rekomendasi kelas C)

Hazinsky MF, Leon C, Bob E, Robin H. Adult stroke. Circulation 2005;112;111-120; originally published online Nov 28, 2005.
Prognosis
• Prognosis dari stroke hemoragik
tergantung pada jumlah perdarahan dan
skala koma Glasgow.
• Prognosis untuk clot serebral berukuran
sedang dan berat adalah buruk, dapat
menyebabkan kematian.
• Angka kematian tinggi pada perdarahan di
daerah serebelum.
Anamnesis
• Pasien mengalami penurunan kesadaran mendadak
1,5 jam sebelum masuk rumah sakit, timbul gejala
neurologis berupa defisit neurologis sebelah sisi dan
nyeri kepala hebat, hipertensi (+) sejak 3 tahun lalu,
trauma (-), demam (-), penurunan BB (-)  stroke
akut.
• SSS , kesadaran somnolen, terdapat nyeri kepala,
tidak ada muntah, diastolik 90 mmHg  1.5 
perdarahan supratentorial (stroke hemoragik)
• Kelemahan sesisi dan hilangnya sensasi sesisi
kontralateral lokasi nyeri  perdarahan intraserebral
• Nyeri kepala hebat, kaku kuduk positif  perdarahan
subarakhnoid
Pemeriksaan
• Perdarahan intraparenkimal yang biasa terjadi
pada hipertensif kronik adalah perdarahan
talamus, putamen, serebelar, dan pons.
• Hilangnya sensasi sesisi yang lebih dominan
dari kelemahan sesisi khas pada perdarahan
talamus
• Hasil CT-Scan:
– Lesi hiperdens di talamus kanan  perdarahan
talamus kanan
– Lesi hiperdens mengisi sisterna ambiens kanan 
perdarahan subaraknoid
Tatalaksana
• Ascardia 1x 320 mg • Nimodipine 4x60 mg po untuk
mengendalikan tekanan darah
(load) dan Simvastatin dan sebagai neuroprotektor
1x20 mg untuk mencegah • Observasi tanda vital
stroke berulang
• Citicholin 2x 500 mg IV
sebagai neuroprotektor
• B6, B12, sebagai vitamin
neurotropik
• asam folat menurunkan
level homosistein
• Parasetamol dan
tramadol dikombinasi
untuk sakit kepala berat
Nimodipin
• Antagonis kanal kalsium  menghambat
pengeluaran tromboksan (vasokonstriktor)
 merelaksasi pembuluh darah aliran
darah menjadi lancar  vasospasme ↓.
• Pemberian 4x60 mg per oral dengan
waktu paruh sekitar 8-9 jam.
• Selain itu, nimodipin dianggap dapat
berperan sebagai neuroprotektif.
http://www.medicinenet.com/nimodipine-oral/article.htm
Ascardia
• Ascardia adalah aspirin/ asam
asetilsalisilat yang berfungsi sebagai
antitrombotik sehingga dapat menjadi
pencegahan pembekuan darah.
• Aspirin (325 mg) dalam 24-48 jam
pertama setelah serangan stroke
(rekomendasi A).
A number of first time symptom in
heart disease showed the sudden
death patients. Other symptom are
pain in the chest felt like being
pressured, its felt until on the left
shoulder and neck such as being
choked.
RESEARCH METHODS
The research of this study designed by case study.
The case study is describes a phenomenon to
answer one or more questions research. The case
studies in this study of the applied testing of a
procedure. This case study is done by giving the
intervention or treatment is then seen its influence.
The research design uses the case study style
of research. The case study style of research is
the design which describes one fact to answer
one or more phenomena. The case study in
this research tests the implementation of a
procedure. This case study research was
applied by giving the intervention or treatment
and then observed the result for the final step.
The research goal showed that after the
implementation of the guided imagery, the researcher
gained the result from the first patient who had a
pain scale, the therapy that was proposed could
decrease the pain scale until reach the low scale of
pain, while the second patient with the high pain
scale could not continue the therapy and had to be
helped by collaborative treatment by the other
medical team.
In a case study conducted by researchers at this time.
at the beginning of guided relaxation therapy to
patients with complaints of chest pain, the patients
we spoke on the condition of a quiet, comfortable
and beautiful memories related concentrations in
patients. In the cozy conditions indirectly activating
analgesia systems in the brain. At analgesia systems
in the brain there are many areas that have a
significant opium receptors
DISCUSSION
Results of treatment of the above related to
management in line with the theory of Perry Potter
(2009) in novarenta (2013) who explained that the
walking guided imagery is a way for a person's
imagination in a planned specifically to achieve certain
positive effects.
Imagination is an individual which creates a mental
picture of himself be guided. In addition Perry Potter
also describes in his book, that when someone on until
the pain scale 7-9 objectively clients can not follow
orders, but someone is still able to show the location of
pain and can not be described at the time.
The conclusion
that could be obtained is the
guided imagery could decreasing
the pain on human chest for the
medium scale, while this therapy
cannot be continued for the high
pain scale patients.
Based on the results of a case study in get the
conclusion that the Therapeutic Imagery Guided
Walking Relaxtion is showed a decrease scale of
chest pain in patients with chest pain A and patient
B was experiencing severe chest pain can not be
guided imagery relaxation techniques. Response
during treatment of Guided Walking Imagery
Relaxtion patients feel relaxed and calm so as to
affect the reduction in scale of chest pain in patient
A and patient B patients are unable to focus in the
imagination because of severe chest pain
Advice for Patients, which this study can be used or applied
independently at home is as an adjunct therapy that can be used as
an alternative in reducing pain.
Hospitals result is expected to be research and
can be used as a companion therapy in addition
to pharmacological therapy.
For researchers Furthermore, this research is
expected to serve as a basis or as a frame of
reference in subsequent studies of reduction in
pain intensity using Walking Guided Imagery
Relaxation therapy.

Anda mungkin juga menyukai