Anda di halaman 1dari 31

TERAPI OKSIGEN

SISTEM RESPIRASI
Berkaitan dengan:
Delivery O2 adekuat & eliminasi CO2
Menjaga keseimbangan asam basa

Fungsi optimal respirasi tergantung:


Dinding dada & otot-otot pernafasan
Jalan nafas & paru-paru
Sistem saraf pusat & spinal cord
Sistem kardiovaskular
Sistem endokrin
Delivery O2 tergantung:

 Fungsi kardiovaskular yang adekuat


 cardiac output
 Hematologi  Hb & afinitas terhadap
O2
 Sistem respirasi  PaO2
DEFINISI
• Pemberian O2 sebagai intervensi medis untuk
berbagai keperluan baik akut atau kronis.
Dengan me↑ suplai O2 ke paru-paru  me↑
ketersediaan O2 ke jaringan

• Hypoxia: kekurangan O2 pada tingkat jaringan


• Hypoxemia: p↓ konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai
normal
• Nilai normal
– PaO2 85-100 mmHg
– SaO2 ≥ 95%

• Hipoksemia dibedakan menjadi:


– Hipoksemia ringan
PaO2 60-79 mmHg , SaO2 90-94%,
– Hipoksemia sedang
PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%
– Hipoksemia berat
PaO2 ˂ 40 mmHg , SaO2 ˂75%
TUJUAN TERAPI O2
• Mempertahankan oksigen jaringan yang kuat
• Menurunkan kerja napas
• Menurunkan kerja jantung
Kontrol Oksigen
Pengukuran Gas Simbol Nilai normal
Darah
Tekanan CO2 PaCO2 35-45 mmHg
(rata-rata, 40)
Tekanan O2 PaO2 80-100 mmHg

Persentase SaO2 97-100


kejenuhan O2
Konsentrasi ion pH 7,35-7,45
hydrogen
Bikarbonat HCO3- 22-26 Eq/L
Hipoventilasi   PaCO2   pH darah  ASIDOSIS
RESPIRATORIK

Hiperventilasi   PaCO2   pH darah  ALKALOSIS


RESPIRATORIK

• Bila PaO2 turun sampai di bawah nilai normal, terjadi


hipoksemia.

• Pada gagal pernapasan yang berat, PaO2 makin turun


sampai 30-40 mmHg.
• Keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2)
dibawah nilai normal.

• Klasifikasi:
1. Hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2
60-79 mmHg dan SaO2 90-94%
2. Hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89%
3. Hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan
SaO2 kurang dari 75%.
• Hipoksemia akibat penyakit paru disebabkan oleh
salah satu atau lebih dari mekanisme di bawah ini :
1. ketidakseimbangan antara proses ventilasi-
perfusi (penyebab tersering),
2. hipoventilasi alveolar,
3. gangguan difusi, atau
4. pirau anatomik intrapulmonar.

• Hipoksemia akibat tiga kelainan yang pertama


dapat diperbaiki dengan pemberian O2. Tetapi pirau
anatomik intrapulmonar (pirau arteriovenosa) tidak
dapat diatasi dengan terapi O2.
• Kekurangan O2 di tingkat jaringan.

• Hipoksia jaringan  Aliran oksigen tidak


adekuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan, hal ini dapat terjadi kira-
kira 4-6 menit setelah ventilasi spontan
berhenti.
Gejala dan Tanda Hipoksia Akut

Gejala dan tanda


Sistem
Respirasi Sesak nafas, sianosis

Kardiovaskuler Cardiac output meningkat, palpitasi, takikardi,


aritmia, hipotensi, angina, vasodilatasi, dan syok

Sistem saraf pusat Sakit kepala, perilaku yang tidak sesuai, bingung,
delirium, gelisah, edema papil, koma
Neuromuskular Lemah,tremor,hiperrefleks, incoordination

Metabolik Retensi cairan dan kalium, asidosis laktat


Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan
dengan cara :
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik ).
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik).
Tujuan Terapi Oksigen Manfaat Terapi Oksigen
– Meningkatkan konsentrasi O2 pada • memperbaiki hemodinamik
darah arteri sehingga masuk ke paru dan kor pulmonal,
jaringan untuk memfasilitasi • menurunkan cardiac output
metabolisme aerob. • meningkatkan fungsi jantung
– Mempertahankan PaO2 > 60 • memperbaiki fungsi
mmHg atau SaO2 > 90 % untuk : neuropsikiatrik,
• Mencegah dan mengatasi • mengurangi hipertensi
hipoksemia / hipoksia serta pulmonal
mmempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat. • dan memperbaiki metabolisme
otot.
• Menurunkan kerja nafas dan
miokard.
• Menilai fungsi pertukaran gas.
Indikasi Terapi Oksigen
(The American College of Chest Physicians dan The National Heart, Lung, and Blood
Institute)

• Jangka Pendek • Jangka Panjang


Pemberian oksigen secara kontinyu :
 PaO2 istirahat ≤ 55 mmHg atau saturasi oksigen ≤ 88%
 PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau saturasi oksigen 89%
pada satu keadaan :
- Edema yang disebabkan karena CHF
- P pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P >
3mm pada lead II, III, aVF
 Eritrositoma (hematokrit > 56%)
 PaO2 > 59 mmHg atau saturasi oksigen > 89%

Pemberian oksigen tidak kontinyu :


 Selama latihan : PaO2 ≤ 55 mmHg atau saturasi oksigen
≤ 88%
 Selama tidur : PaO2 ≤ 55 mmHg atau saturasi oksigen ≤
88% dengan komplikasi seperti hipertensi pulmoner,
somnolen, dan artimia
Kontraindikasi Terapi Oksigen Syarat-Syarat Pemberian O2
• Kanul nasal / Kateter binasal / 1. Dapat mengontrol
nasal prong : jika ada obstruksi konsentrasi oksigen udara
nasal. inspirasi,
• Kateter nasofaringeal / kateter 2. Tahanan jalan nafas yang
nasal : jika ada fraktur dasar
rendah,
tengkorak kepala, trauma
maksilofasial, dan obstruksi 3. Tidak terjadi penumpukan
nasal. CO2,
• Sungkup muka dengan 4. Efisien,
kantong rebreathing : pada 5. Nyaman untuk pasien.
pasien dengan PaCO2 tinggi,
akan lebih meningkatkan
kadar PaCO2 nya lagi.
Delivery System
• Kateter nasal
• Kanula nasal
Sistem • Sungkup muka sederhana
Aliran• Sungkup muka dengan
kantong rebreathing
Rendah • Sungkup muka dengan
kantong non rebreathing
• Transtracheal catheter

• Resuscitator
• Venturi mask
Sistem • Tracheostomy mask
Aliran • Aerosol mask
Tinggi • T-tube adapters
• Face tents
Cara Pemberian Aliran O2 (L/mnt) FiO2 (%)

Nasal kanul 1–2 24 – 28


3–4 30 – 35
5–6 38 – 44
Simple face mask 6-10 35-60

Non-rebreathing mask 6-7 60-70


8-9 80-90
10 – 15 95 – 99
Masker venturi aliran tetap 24 – 35

Head box 8 – 10 40

Ventilator mekanik bervariasi 21 – 100


Kateter Nasal

• aliran 1 – 6 L/mnt
• konsentrasi 24% - 44%

• klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman


serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap
+
• tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 45%, FiO2
beragam, tehnik memasukkan kateter nasal lebih sulit dari pada
kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
_ selaput lendir nasofaring,
Kanula Nasal

• aliran 1 – 6 L/mnt
• konsentrasi 24% - 44%
• cocok digunakan pada pasien yang tidak mengalami hipoksia parah
,jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien dengan
pernafasan mulut.

• pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernapasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
+ lebih mudah ditolerir klien.

• tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, FiO2 beragam, suplai O2
berkurang bila klien bernapas lewat mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul
hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir pada aliran yang lebih tinggi (pada aliran
_ lebih dari 4 L/mnt dianjurkan menggunakan humidifikasi)
Sungkup muka sederhana (Masker Semi Rigid)

• Aliran 5 – 8 L/mnt
• Konsentrasi O2 40 – 60%.
• Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit
untuk mendorong CO2 keluar dari masker.

• konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, membutuhkan
humidifikasi, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol, dapat digunakan pada
+ pasien yang mengalami trauma/penyakit di hidung.

• tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan ansietas
pada pasien dengan klaustropobia, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
_ rendah, harus dilepas jika makan/minum, menyekap, aspirasi bila pasien muntah
Sungkup muka Rebreathing dengan kantong (reservoir) O2 / RM

• konsentrasi 35 – 60%
• aliran 8 – 15 L/mnt
• Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi
1/3 bagian volume ekshalasi masuk ke kantung 2/3 bagian
volume ekshalasi melewati lubang-lubang pada bagian
samping sungkup.

• konsentrasi O2 lebih tinggi daripada sungkup


muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir, tidak membutuhkan humidifikasi
+ meskipun konsentrasi oksigennya tinggi.

• tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat, dapat terjadi aspirasi bila
muntah, empisema subkutan ke dalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrosis
jaringan bila dipasang terlalu ketat, harus dilepas ketika makan/minum, dapat
_ menyebabkan ansietas pada pasien dengan klaustropobia, membutuhkan perawatan kulit
teratur karena adanya kelembaban berlebih dalam area tertutup.
Sungkup muka Non Rebreathing dengan kantong (reservoir) O2 / NRM

• konsentrasi O2 mencapai 90% aliran 6 – 15 L/mnt


• udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
• pasien dengan kebutuhan oksigen dengan konsentrasi
tinggi, udara ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer
melalui satu atau lebih katup, sehingga dalam kantong
konsentrasi oksigen menjadi tinggi.

• konsentrasi O2 tinggi, tidak


mengeringkan selaput lendir, tidak
membutuhkan humidifikasi meskipun
+ konsentrasi oksigennya tinggi.

• kantong O2 bisa terlipat, dapat terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan ke
dalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrosis jaringan bila dipasang
terlalu ketat, harus dilepas ketika makan/minum, dapat menyebabkan ansietas
_ pada pasien dengan klaustropobia, membutuhkan perawatan kulit teratur karena
adanya kelembaban berlebih dalam area tertutup.
Sistem Aliran Tinggi

Aliran O2 lebih tinggi dari kecepatan aliran inspirasi pasien.


Gas campuran yang masuk ke tubuh pasien
sesuai yang diinginkan (diatur).
FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernapasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2
yang lebih tepat dan teratur.
Rescucitator/Bag Valve Mask

• Aliran 12 – 15 L/mnt dapat menghasilkan konsentrasi


oksigen mendekati 100% jika menggunakan reservoir.
Jika tidak menggunakan reservoir, konsentrasi oksigen
sekitar 50%.

• Ada berbagai ukuran resuscitator untuk neonatus, anak-anak, dan dewasa.


+

• penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup
muka yang terlalu ketat
_
Venturi Mask
• gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup
kemudian dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga
tercipta tekanan negatif, akibat udara luar dapat diisap dan
aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
• Aliran 2 – 15 L/mnt dan konsentrasi 24 – 60%.
• dapat digunakan bagi pasien dengan PPOK karena
memberikan suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga
menghindari risiko dorongan hipoksik.

• Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat


dan tidak dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2, suhu dan
+ kelembaban gas dapat dikontrol, serta tidak terjadi penumpukan CO2.

• hampir sama dengan sungkup muka pada aliran rendah.


_
Aerosol Mask

• Alat ini menyediakan aliran 8 – 10 L/mnt dengan


konsentrasi oksigen berkisar antara 30 – 100%. Kabut
aerosol harus tersedia secara konstan untuk pasien selama
keseluruhan fase inspirasi.

• humidifikasi baik, FiO2 akurat


+

• tidak nyaman bagi sebagian orang.


_
Face Tents

• Sering digunakan pada pasien pos operasi yang mengalami


klaustropobia dengan sungkup muka sederhana. Aliran
oksigen berkisar antar 8 – 10 L/mnt dengan konsentrasi
oksigen 30 - 100%.

• humidifikasi baik, FiO2 cukup akurat


+

• terlalu besar dan tidak praktis


_
(1) frekuensi, kedalaman dan irama pernapasan,
(2) penggunaan otot bantu nafas,
(3) sianosis,
(4) dyspnea,
(5) hipoksia,
(6) kelebihan oksigen, dll
• O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya
Kebakaran
burning injury, oleh karena itu pasien dengan terapi pemberian O2
(Burning
Injury) harus menghindari : merokok, membuka alat listrik dalam area
sumber O2, menghindari penggunaan listrik tanpa “ground”.

• Umumnya terapi oksigen hanya untuk meningkatkan PaO2 kembali


ke nilai dasar (antara 60 s/d 95 mmHg) dengan kurva disosiasi
Depresi oksihemoglobin 80% s/d 98% (0,80 s/d 0,98). Nilai FiO2 yang lebih
Ventilasi tinggi tidak lagi signifikan menambah jumlah oksigen pada plasma,
sehingga bukannya membantu tetapi justru dapat menimbulkan
depresi ventilasi.
• Konsentrasi oksigen tinggi akan menurunkan dorongan bernafas
yang sudah terbentuk oleh tekanan oksigen rendah yang kronis
pada pasien (penurunan ventilasi alveolar) sehingga dapat
Toksisitas
oksigen
meningkatkan tekanan CO2 yang progresif yang mengarah pada
kematian akibat narkosis CO2 dan asidosis.
• Tanda dan gejala toksisitas oksigen berupa distress substernal,
parestesia, dyspnea, gelisah, keletihan, malaise, kesulitan bernafas
progresif.

Anda mungkin juga menyukai