Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DOSEN
MUKHADIONO, S.S.T.,M.H
Maksud komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang
lain. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam
komunikasi terapeutik ini harus ada unsure kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk
kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional
yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
2. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini
perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien.
3. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran
dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi
dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang
professional dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan
perasaan dan emosi.
5. (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah
adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat
dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan
yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang
lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.Memulai
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran diri,
penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan
depresi.
2. .Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dansaling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar
bagaimana menerima danditerima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur
dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien
dalammembina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974)
dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalam yang
digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
sertamencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau
tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La
Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya
mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu
yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah
diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuAn yang reistis.

Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak


mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah.
Melaluikomunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat
membantu klienmeningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman
dan membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantar
perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi ini
mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan
dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi
perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut
ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang
salingmenguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses
and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai
perbedaan karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan
melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan
setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
pemberimaupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga
hargadininya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya
dansaling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. .Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik
maupunmental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya.
Sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang
dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilanmaupun
fungsi.
Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
duniasekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003),
komunikasiterjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-
kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1) Jelas dan ringkas
2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
3) Arti denotatif dan konotatif
4) Selaan dan kesempatan berbicara
5) Waktu dan Relevansi
6) Humor
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui
surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar
dan lain- lain. Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
1. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang
telahdiarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali
kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,surat
pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Dapat meyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakankata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien
mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004)
membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat
tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihaninformasi mengenai
kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga
memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit
yang berbahaya, obat yang mujarab,cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan
lain-lain.
2. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara
individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individudengan objek.
3. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi
jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu
maka ada ahli komunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu
sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang,
mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi
anda dengan seseorang.
4. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol
verbal.
5. Artifak
Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal
dengan berbagai benda material disekitar kita.
6. Logo dan Warna Kreasi perancang untuk menciptakan logo
dalam penyuluhan merupakan karya komunikasi bisnis.

7. Tampilan Fisik Tubuh


Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik
tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang
mulai dari warna kulitnya,tipe tubuh (atletis, kurus, ceking,
bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu
merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu.
Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah
persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan
sedemikian rupa sehingga mampumempengaruhi orang lain
agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi,
memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis
yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
Karakteristik Komunikasi Teraupetik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu
sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan
bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien
bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
Teknik Komunikasi Terapeutik
a. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien
untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap
kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan
teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan
perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.

b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)


Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh:
“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita bicarakan hari
ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat
memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “saya mengerti
yang saudara katakan”.
c. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk
menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa tidur
karena....”.
d. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti
karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda
menjelaskan kembali tentang....?”.
Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-
klien.
e. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1)Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide
yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
2)Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan
klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
· Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
· Mengoreksi.
· Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
· Mengulang terlalu sering tema yang sama
· Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
f. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada
realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada
pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
g. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara
ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
h. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah
yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangAn yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti.
Apakah ini latar belakang masalahnya?”
i. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk
member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang
menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasAn yang jelas, kalau saya tanya
pasti marah.
j. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi
lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat,
kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau
karena metabolisme tubuh yang meningkat.
k. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat
dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab
batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami
berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
C.Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.
Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998, terdiri dari
empat fase yaitu: (1) fase preinteraksi; (2) fase perkenalan atau orientasi; (3)
fase kerja; dan (4) fase terminasi (Suryani,2005). Dalam setiap fase terdapat
tugas atau kegiatan perawat yang harus terselesaikan.
a.Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan
klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1)Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;
2)Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan
terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika
merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok;
3)Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana
interaksi;
4)Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien.
b.Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien.
Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan
perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah
awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama
perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan
yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien
dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas
perawat pada tahap ini antara lain :
1)Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap
penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan
saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas,
menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai
klien;
2)Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk
menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus
disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik
pertemuan;
3)Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah
klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya,
maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka;
4)Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah
masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan
menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1)Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan
tangan jabatan tangan
2)Memperkenalkan diri perawat
3)Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan
kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat,
dan lamanya pertemuan.
4)Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama
perawat perlu melengkapi penjelasan tentang identitas
serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat
5)Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan
untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan
dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan
evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien
hasil interaksi sebelumnya.
6)Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama
klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi.
Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah
dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan
sebelumnya.
c.Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
teraeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah
yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap
ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah
ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering
digunakan perawat antara lain mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi,
memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip
dari Suryani, 2005).
d.Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena
hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat
optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas
pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien
bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah
dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan
sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1)Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2)Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a)Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini
disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa
meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau
respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap
terminasi (Suryani,2005);
b)Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
c)Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini
sering disebut pekerjaan rumah (planning klien).
Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang
baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan
berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong
menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d)Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang
perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.
Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir,
adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan
hasil yang telah dicapai selama interaksi.
Sikap Komunikasi Terapeutik.
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1.Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2.Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3.Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4.Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
5.Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon kepada klien.
Selain hal-hal di atas sikap terapeutik juga dapat teridentifikasi melalui
perilaku non verbal. Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori
komunikasi non verbal, yaitu :
1.Isyarat vokal, yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non
verbal misalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan kecepatan
bicara.
2. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3.Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja
oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4.Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang.
Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.
5.Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat
dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis
kelamin, usia dan harapan.
Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-
klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan
kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin
terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat
komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu
hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi
klien. Untuk lebih jelasnya marilah kita bahas satu-persatu mengenai
hambatan komunikasi terapeutik itu.
1.Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang
menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan
akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk
berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien
selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian
masalah.
2.Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien
mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang
pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol
adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas
dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran
(displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama
reaksi bermusuhan dan tergantung.
3.Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat
terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan
terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya
berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan
sebagai respon terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali
perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang
perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap
hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
Komunikasi terapeutik :
1.Teknik – teknik dalam komter
2. Fungsi dan kegunaan teknik komter
3. Indikasi teknik– teknik komter

Tugas membuat skenario:


Fase komunikasi terapeutik, Sikap dan tehnik
komunikasi perawat saat memberikan
pelayanan pada pasien
(kelp. 1- 10)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai