Anda di halaman 1dari 31

DIABETES

MELITUS

Dian Indra Dewi – 1706105845


Khoirina Nur Fadhilah –
1706106122
DEFINISI PENYAKIT

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit


gangguan metabolik menahun akibat pankreas
tidak memproduksi cukup insulin yang diproduksi
secara efektif. Insulin adalah hormone yang
mengatur keseimbangan kadar gula darah.
Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
di dalam darah (Hiperglikemia).

Infodatin Kemenkes RI 2014


2
KLASIFIKASI DM

PERKENI 2015 3
GEJALA DAN TANDA
Penderita Diabetes mungkin memiliki beberapa atau tidak sama
sekali gejala berikut :
• Sering buang air kecil
• Rasa haus yang berlebihan
• Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
• Rasa lapar yang berlebih
• Perubahan penglihatan secara mendadak
• Kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki
• Merasa sangat lelah sepanjang waktu
• Kulit sangat kering
• Luka yang lambat sembuh
• Lebih banyak infeksi daripada biasanya

CDC 4
PATOGENESIS/PATOFISIOLOGI

DM disebabkan kekurangan insulin secara relatif maupun


absolut.
Defisiensi insulin melalui 3 jalan :
• Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar
(virus, zat kimia tertentu dll)
• Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas
• Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di
jaringan perifer

5
LANJUTAN

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan :


• Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan
pengeluaran glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan
glikogenolisis
• Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang
difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan
menyebabkan glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan
glukosuria.
• Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O
bersamanya. Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai
oleh poliuria (sering berkemih).

6
LANJUTAN
• Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan
dehidrasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi
perifer karena volume darah turun mencolok.
• Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
• Sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang
hipertonik.
Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.

7
LANJUTAN
• Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu
makan (appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan
makanan yang berlebihan).
• Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan
penurunan sintesis trigliserida dan peningkatan lipolisis.
• Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto
kearah katabolisme protein.
Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka lisut dan
melemah sehingga terjadi penurunan berat badan

8
PEMERIKSAAN KLINIS DAN
DIAGNOSA
Pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada gejala
khas DM berupa :

Polyuria Polifagia
(peningkatan (peningkatan
pengeluaran rasa lapar)
urine) Penurunan
berat badan
Polydipsia yang tidak
(peningkatan dapat
rasa haus) dijelaskan
penyebabnya

PERKENI 2011 9
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Gejala klasik DM dan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu
(plasmavena) ≥ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil
pemeriksaansesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir, atau
2. Kadar gula darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl puasa
artinyapasien tidak mendapat ikalori tambahan sedikitnya 8 jam,
atau
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl. TTGO dilakukan
dengan Standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
4. Pemeriksaan Hemoglobin A1c(HbA1C) merupakan pemeriksaan
tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik
jangkapanjang dan berguna pada semua tipe penyandang
PERKENI DM.
2011, WHO 200610
KRITERIA DIAGNOSIS

Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan


glukosa darah abnormal satu kali saja belum cukup kuat
untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan investigasi
lebih lanjut yaitu:
• Pemeriksaan GDP≥ 126 mg/dl, GDS ≥ 200 mg/dl pada hari
yang lain
• Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)≥ 200 mg/dl

PERKENI 2011 11
KOMPLIKASI
Hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menyebabkan
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh
darah. Beberapa konsekuensi dari diabetes yang sering terjasdi adalah
:
• Meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke
• Neuropati (kerusakan syaraf) di kaki yang meningkatkan kejadian
ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan untuk amputasi kaki
• Retinopati diabetikum, yang merupakan salah satu penyebab utama
kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah kecil di retina
• Diabetes merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal
• Risiko kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali
Infodatin
lipatKemenkes RI 2014bukan penderita diabetes
dibandingkan 12
PROGNOSA
• Prognosa dari penyakit ini saat tidak diobati
menimbulkan komplikasi baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler yang cukup banyak terkait dengan
metabolik sindrom yang mengarah pada proses
terjadinya penyakit kardiovaskuler

• Pemeriksaan kadar gula darah serta HbA1C minimal 2


kali dalam setahun untuk mewaspadai resiko DM

13
PENCEGAHAN DAN TREATMENT

• Memantau kadar glukosa darah


• Manajemen diet dan aktivitas fisik
• Menjaga berat badan mengendalikan stres
• Terapi insulin
• Pengobatan oral

14
PENGENDALIAN

15
DATA
EPIDEMIOLOGI
SITUASI
DIABETES DI
DUNIA
Secara global, diperkirakan
422 juta orang dewasa
hidup dengan diabetes pada
tahun 2014
Meningkat hampir dua kali
lipat sejak tahun 1980,
meningkat dari 4,7% menjadi
8,5% pada populasi orang
dewasa.
18
INFODATIN KEMENKES RI 2018
Persentase kematian
yang disebabkan oleh
diabetes yang terjadi
sebelum usia 70
tahun lebih tinggi di
negara-negara
berpenghasilan
rendah dan
menengah daripada
di negara-negara
berpenghasilan
tinggi.

19
INFODATIN KEMENKES RI 2018
Jumlah terbesar orang dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan
Pasifik Barat, terhitung sekitar setengah kasus diabetes di dunia.
Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara tahun
1980 dan 2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat kali lipat.
20
INFODATIN KEMENKES RI 2018
21
INFODATIN KEMENKES RI 2018
SITUASI
DIABETES DI
INDONESIA
Jika dibandingkan
dengan tahun 2013,
prevalensi DM
berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk
umur ≥ 15 tahun hasil
Riskesdas 2018
meningkat menjadi
2%. Prevalensi DM
berdasarkan diagnosis
dokter dan usia ≥ 15
tahun yang terendah
terdapat di Provinsi
NTT, yaitu sebesar
0,9%, sedangkan
prevalensi DM tertinggi
di Provinsi DKI Jakarta
sebesar 3,4%.

23
INFODATIN KEMENKES RI 2018
Berdasarkan kategori usia,
penderita DM terbesar berada
pada rentang usia 55-64 tahun
dan 65-74 tahun. Selain itu,
penderita DM di Indonesia lebih
banyak berjenis kelamin
perempuan (1,8%) daripada
laki-laki (1,2%). Kemudian
untuk daerah domisili lebih
banyak penderita diabetes
melitus yang berada di
perkotaan (1,9%) dibandingkan
dengan di perdesaan (1,0%)

24
INFODATIN KEMENKES RI 2018
FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi :

• Ras dan etnik


• Riwayat keluarga dengan DM
• Umur: Risiko untuk menderita intolerasi glukosa meningkat
seiring dengan meningkatnya usia. Usia >45 tahun harus
dilakukan pemeriksaan DM.
• Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG).
• Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5
kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko
yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang lahir dengan
BB normal
PERKENI 2015 26
Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi :

• Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2)


• Kurangnya aktivitas fisik§Hipertensi (>140/90 mmHg)
• Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >250
mg/dl)
• Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi
glukosadan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan DMT2.

PERKENI 2015 27
Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi :

• Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2)


• Kurangnya aktivitas fisik§Hipertensi (>140/90 mmHg)
• Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >250
mg/dl)
• Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi
glukosadan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan DMT2.

PERKENI 2015 28
Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes
Melitus :

• Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau


keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
• Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.
• Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular,
seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases)

PERKENI 2015 29
DAFTAR PUSTAKA
• Infodatin Kemenkes RI. 2014. http://
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-diabetes.pdf
• CDC. https://www.cdc.gov/media/presskits/aahd/diabetes.pdf
• World Health Organization, 2006, Definition and diagnosis of diabetesmellitus and intermediate
hiperglycaemia,
• Report of WHO/IDFConsultation 2006
• PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2011. Semarang:
PB PERKENI.
• PERKENI. 2015. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2015. Semarang:
PB PERKENI.
• Infodatin Kemenkes RI. 2018. http://
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/hari-diabetes-sedunia-2018.pdf
• http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31359/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y
• Meirinawati, Asti. 2006. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi Rawat
Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
• https://www.ucsfhealth.org/conditions/diabetes_mellitus/treatment.html
30
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai