Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA

Mata Kuliah
Hukum Islam, Zakat, & Baitul Mal
Zakat Profesi

 Disusun oleh:
1. Usman ( 0711518136 )
2. Wulan Dewi Yulianti ( 0711518138 )
3. Ari Warokah Latif ( 0711518140 )
Zakat Profesi

1. Pengertian Zakat Profesi
2. Landasan Hukum Kewajiban Zakat Profesi
3. Profesi yang dizakati
4. Nisab, Waktu, Ukuran, dan Cara Mengeluarkan
Zakat Profesi
Zakat Profesi

Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki
yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-
Qur’an. Pada awalnya, Al-Qur’an hanya memerintahkan
untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas,
tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam
diperintahkan untuk membayar zakat.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah


satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu
hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur
secara rinci berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah. Zakat juga
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan
yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat
manusia.
Zakat Profesi

PENGERTIAN :

Zakat profesi adalah zakat yang di keluarkan dari


hasil apa yang di peroleh dari pekerjaan dan
profesinya bila telah mencapai nisabnya.

Zakat profesi merupakan zakat atas penghasilan


yang diperoleh dari pengembangan potensi diri
yang dimiliki seseorang dengan cara sesuai
syari’at.
Zakat Profesi

 Ditinjau dari kacamata fiqih, terdapat beberapa
jenis penghasilan yaitu:
1. Al-Kasab (usaha mencari rezeki)
2. Ujrah (kompensasi yang jelas atas pekerjaan)
3. Ratib/Rawatib (Gaji tetap/upah permanen)
4. Al-U’thiyat/A’thoya (Pemberian yang tidak terikat
waktu, contoh: Bulanan, semesteran, tahunan.
5. Mihan Al-Burrah (penghasilan/pendapatan bebas
berdasarkan keahlian.
Zakat Profesi

Landasan Hukum (1) :
Firman Allah dalam Surah Al- Baqarah Ayat 267:

‫س ۡبت ُ ۡم َو ِم َّما َٰٓ أ َ ۡخ َر ۡجنَا لَ ُكم ِم َن‬


َ ‫ت َما َك‬ ِ َ‫ط ِيب‬َ ‫ين َءا َمنُ َٰٓواْ أَن ِفقُواْ ِمن‬ َ ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذ‬
‫َل أَن‬
َٰٓ َّ ‫اخ ِذي ِه ِإ‬
ِ ‫ون َولَ ۡستُم ِب‬ َ ُ‫يث ِم ۡنهُ تُن ِفق‬َ ‫ض َو ََل تَيَ َّم ُمواْ ۡٱل َخ ِب‬ ِۖ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬
ٌ ‫غنِي ََ ِمي‬ َّ ‫ٱعلَ ُم َٰٓواْ أ َ َّن‬
َ َ‫ٱَّلل‬ ۡ ‫ضواْ فِي ِۚ ِه َو‬ ُ ‫ت ُ ۡغ ِم‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”
Zakat Profesi

Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an ketika
menafsirkan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah
ayat 267 menyatakan, bahwa nash ini mencakup
seluruh hasil usaha manusia yang baik dan halal dan
mencakup pula seluruh yang dikeluarkan Allah SWT
dari dalam dan atas bumi, seperti hasil-hasil pertanian
dan sebagainya.
Zakat Profesi

Landasan Hukum (2) :
Firman Allah dalam Surah At-Taubah Ayat 103:

‫علَ ۡي ِه ۡ ِۖم‬ َ ‫ط ِه ُر ُه ۡم َوتُزَ ِكي ِهم ِب َها َو‬


َ ‫ص ِل‬ َ ُ ‫ص ٌَقَ ٗة ت‬ َ ‫ُخ ۡذ ِم ۡن أَمۡ َو ِل ِه ۡم‬
‫ع ِليم‬
َ ‫س ِميع‬ َّ ‫ن لَّ ُه ۡ ۗۡم َو‬ٞ ‫س َك‬
َ ُ‫ٱَّلل‬ َ ‫صلَوت َ َك‬ َ ‫ِإ َّن‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Zakat Profesi

Profesi Yang Dizakati :

 Pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung


kepada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak.
Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakan
penghasilan profesional, seperti penghasilan seorang
doktor, insinyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu
dan lain-lainnya.
 Pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik
pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan
memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak,
ataupun kedua-duanya.
Zakat Profesi

Nisab, Waktu, Ukuran dan Cara Mengeluarkan
Zakat Profesi :

Nisab merupakan batas minimal atau jumlah


minimal harta yang dikenai kewajiban zakat.
Karena zakat profesi ini tergolong baru, nisabnya
pun mesti dikembalikan (dikiaskan) kepada
nishab zakat-zakat yang lain, yang sudah ada
ketentuan hukumnya.
Zakat Profesi
Ada dua

kemungkinan yang dapat dikemukakan
untuk ukuran nishab zakat profesi ini:
 Disamakan dengan nishab zakat emas dan perak,
yaitu dengan mengkiaskannya kepada emas dan
perak sebagai standar nilai uang yang wajib
dikeluarkan zakatnya, yakni 20 dinar atau 93,6
gram emas. Berdasarkan Hadis Riwayat Daud:
(Tidak ada suatu kewajiban bagimu dari emas(yang
engkau miliki) hingga mencapai jumlah 20 dinar).
 Disamakan dengan zakat hasil pertanian yaitu 5
wasq ( sekitar 750 kg beras). Zakatnya dikeluarkan
pada saat diterimanya penghasilan dari profesi
tersebut sejumlah 5% atau 10%, sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan.
Zakat Profesi

Standar Nisab, dengan perimbangan :

Untuk jenis-jenis profesi berupa bayaran atas


keahlian, seperti dokter spesialis, akuntan,
advokat, kontraktor, arsitek, dan profesi-profesi
yang sejenis dengan itu, termasuk juga pejabat
tinggi negara, guru besar, dan yang sejajar
dengannya, nishab zakatnya disamakan dengan
zakat hasil pertanian, yakni senilai kurang lebih
750 kg beras (5 wasaq).
Zakat Profesi

Bagi kalangan profesional yang bekerja untuk
pemerintah misalnya, atau badan-badan swasta yang
gajinya tidak mencapai nishab pertanian
sebagaimana yang dikemukakan di atas, sebutlah
guru misalnya, atau dokter yang bekerja di rumah
sakit, atau orang-orang yang bekerja untuk suatu
perusahaan angkutan. Zakatnya disamakan dengan
zakat emas dan perak yakni 93,6 gram ( sekitar Rp.
46.800.000 , jika diperkirakan harga pergram emas
sekarang 500.000,) maka nilai nishab emas adalah Rp.
Rp. 46.800.000, dengan kadar zakat 2,5 %.
Zakat Profesi

Waktu :

Agar pembayaran zakat ini tidak memberatkan


kepada muzakki (si wajib zakat), baik dari segi
penghitungannya, maupun dari beban yang
harus dikeluarkan pertahun sebagai zakat, hemat
kami lebih baik dibayarkan setiap bulan, ketika
menerima gaji.
Zakat Profesi

Nisab dan cara mengeluarkan zakat profesi ada
beberapa perbedaan pendapat dari para Ulama
ahli fiqih dalam menentukan nisab dan cara
mengeluarkan zakat profesi. Dari pendapat-
pendapat mereka adalah :
 Ulama dari Empat Mazhab berpendapat bahwa
tidak ada zakat pada harta kecuali sudah
mencapai nishab dan sudah memiliki tenggang
waktu satu tahun. Adapun nishabnya adalah
senilai 85 gram emas dengan kadar zakat
sebesar 2,5% (Al-Fiqh Islamy Wa Adillatuhu,
juz II : 866, 1989)
Zakat Profesi

 Pendapat yang penulis ambil dari Syeikh
Muhammad Ghazali yang menganalogikan zakat
profesi dengan zakat hasil pertanian, baik dalam
nishab maupun persentase zakat yang wajib
dikeluarkan, yaitu 10%.
Zakat Profesi

 Pendapat yang menganalogikan zakat profesi ini pada
dua hal, yaitu dalam hal nishab pada zakat pertanian,
sehingga dikeluarkan pada saat diterimanya, dan
pada zakat uang dalam hal kadar zakatnya yaitu
sebesar 2,5% (Al-Fiqh Islamy Wa Adillatuhu, juz II :
hal. 866). Pendapat yang menganalogikan zakat
profesi dengan zakat pertanian, antara lain diambil
dari pendapat sebagian sahabat seperti Ibnu Abbas,
Ibn Mas’ud, dan Mu’awwiyah, dan juga dari sebagian
seperti Imam Zuhri, Hasan Bashri, Umar bin Abdul
Aziz, Baqir, Shadiq, Nashir, dan Daud Dzahiri (Al-
Fiqh Islamy Wa Adillatuhu, juz II : hal. 866).
KESIMPULAN
Zakat profesi adalah zakat yang di keluarkan dari hasil apa
yang di peroleh dari pekerjaan dan profesinya. Misalnya pekerjaan
yang menghasilkan uang baik itu pekerjaan yang dikerjakan sendiri
tampa tergantung dengan orang lain, berkat kecekatan tangan
ataupun otak (professional). Maupun pekerjaan yang dikerjakan
seseorang buat pihak lain baik pemerintah, perusahaan, maupun
perorangan dengan memperoleh upah yang diberikan, dengan
tangan, otak, ataupun keduanya.
Berikut adalah beberapa pendapat ulama mengenai waktu
pengeluaran dari zakat profesi, Waktu pengeluarannya ada beberapa
pendapat ulama sebagai berikut:
 Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup
setahun) terhitung dari kekayaan itu didapat.
 Pendapat Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu
Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkah haul tetapi
terhitung dari awal dan akhir harta itu diperoleh, kemudian pada
masa setahun tersebut harta dijumlahkan dan kalau sudah sampai
nisabnya maka wajib mengeluarkan zakat.
 Pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan
ulama modern seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul,
tetapi zakat dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta
tersebut. Mereka mengqiyaskan dengan Zakat Pertanian yang
dibayar pada setiap waktu panen. (haul:lama pengendapan harta).
Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan
kepada nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq
atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras. Hal ini berarti
bila harga beras adalah Rp 10.000/kg maka nisab zakat profesi
adalah 520 dikalikan 4000 menjadi sebesar Rp 5.200.000.
Namun mesti diperhatikan bahwa karena rujukannya pada zakat
hasil pertanian yang dengan frekuensi panen sekali dalam
setahun, maka pendapatan yang dibandingkan dengan nisab
tersebut adalah pendapatan selama setahun.
“Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun,
maka zakatnya setengah dinar (2,5%)”

(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).


Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi
dibedakan menurut dua cara:

 Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan


kotor seara langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan.
Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan
rezekinya oleh Allah. Contoh: Seseorang dengan penghasilan
Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat
sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp
900.000 per tahun.
 Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, zakat dihitung
2,5% dari gaji setelah dipotong dengan kebutuhan pokok.
Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang
penghasilannya pas-pasan. Contoh: Seseorang dengan
penghasilan Rp 1.500.000,- dengan pengeluaran untuk
kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulannya, maka wajib
membayar zakat sebesar : 2,5% X (1.500.000-
1.000.000)=Rp 12.500 per bulan atau Rp 150.000,- per
tahun.

Anda mungkin juga menyukai