Anda di halaman 1dari 40

Analisis Kebijakan Kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004
TENTANG
KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN
POKOK BAHASAN
1.1. PENDAHULUAN

2. KAJIAN KEBIJAKAN

3. KONSEKUENSI DAN RESISTENSI

4. PREDIKSI KEBERHASILAN

5. KESIMPULAN – REKOMENDASI
I Pendahuluan
Kebijakan publik merupakan jalan bagi
suatu negara untuk mencapai tujuan
bersama yang dicita-citakan

Menurut WHO, kebijakan kesehatan


menunjukan suatu keputusan ,
rencanan dan tindakan yang diambil
untuk mencapai beberapa tujuan
kesehatan secara spesifik
Lanjutan
 Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar
karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan
hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya.
Mengingat kadar kepentingan yang demikian tinggi, pada
dasarnya pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia.
 Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi
merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam
upaya mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat
serta sumber daya manusia yang berkualitas.
PENJELASAN
 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak
diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain
yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Lanjutan…
 Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
Lanjutan…
 Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar
kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar
perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan
minuman.

 Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat


dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
KEBIJAKAN

Membuat
Bermanfaat Masalah
bagi Tidak
masyarakat. Memberikan
manfaat.

Perlu Analisis
Kebijakan
BAB I Kajian Kebijakan
 Dalam hal mengembangkan kebijakan, Sabatier and
Jenkin-Smith (1993, cited in Bridgman & Davis 2004)
menyatakan bahwa proses kebijakan dimulai dari
identifikasi masalah sampai evaluasi.

 Oleh karena itu dalam melakukan analisis kebijakan


dimulai dengan melihat apa permasalahan yang
hendak dipecahkan oleh suatu kebijakan
 Kajian tentang

 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 28 TAHUN 2004
TENTANG
KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

 Adalah sebuah kajian kebijakan Retrospektif


Tahapan Perumusan Kebijakan
Issue dan Masalah Publik
 bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat
penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan
kecerdasan masyarakat;

 bahwa masyarakat perlu dilindungi dari pangan yang


dapat merugikan dan/atau membahayakan kesehatan;
Masalah
 1. Cemaran mikroba karena rendahnya kondisi higiene
dan sanitasi

 2. Cemaran kimia karena kondisi lingkungan yang sudah


tercemar

 3. Penyalah gunaan bahan berbahaya yang dilarang


untuk pangan (formalin, rhodamin B, Boraks)

 4. Penggunaan BTM (Bahan Tambahan Makanan) spt


pewarna, MSG dll
 Para pelaku usaha di bidang pangan pun banyak yang
menggunakan plastik sebagai kemasan bagi produk
mereka. Ini karena keunggulan dari sifat- sifat plastik.
Mulai dari pelaku usaha yang merupakan perusahaan besar
yang memproduksi air mineral, makanan ringan, mie
instant, dan lain-lain hingga pelaku usaha yang merupakan
pengusaha rumah makan dan pedagang kaki lima.

 Namun, produk plastik yang banyak digunakan sebagai


kemasan produk pangan ini mengandung bahaya
tersendiri, yaitu, kemungkinan terjadinya migrasi atau
berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam
makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok
dengan kemasan atau wadah penyimpannya.2
 Penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai diantaranya
adalah:
 (1) Pewarna berbahaya (rhodamin B. methanyl yellow dan
amaranth) yang ditemukan terutama pada produk sirop, limun,
kerupuk, roti, agar/jeli, kue-kue basah, makanan jajanan
(pisang goreng, tahu, ayam goreng dan cendol). Dari sejumlah
contoh yang diperiksa ditemukan 19,02% menggunakan
pewarna terlarang;
 (2) Pemanis buatan khusus untuk diet (siklamat dan sakarin)
yang digunakan untuk makanan jajanan. Sebanyak 61,28%
dari contoh makanan jajanan yang diperiksa menggunakan
pemanis buatan;
 (3) Formalin untuk mengawetkan tahu dan mie basah; dan
 (4) Boraks untuk pembuatan kerupuk, bakso, empek-empek
dan lontong.
 Pemerintah cepat bertindak dalam waktu seperti susu
formula yang terkontaminasi ini. Pertama, adalah tugas
pemerintah memberikan rasa aman kepada konsumen.
Kedua, melindungi produsen pangan yang jujur agar
tidak bangkrut. Ketiga, penegakan hukum.

 Pasal 47 PP No 28/2004 tentang Keamanan, Mutu, dan


Gizi Pangan menyebutkan, jika produk pangan
membahayakan kesehatan dan jiwa manusia harus
ditarik dari peredaran dan dimusnahkan. Langkah
penegakan hukum ini menjadi kata kunci agar kasus-
kasus serupa tidak terulang pada masa mendatang.
 Terkait dengan masalah diatas, penanganan keamanan pangan
mulai mendapat perhatian serius dari pemerintah. Hal ini
ditandai dengan telah diterbitkannya :
 PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan yang merupakan penjabaran dari
 UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Peraturan ini kemudian
ditindaklanjuti dengan
 pencanangan Sistem Keamanan Pangan Terpadu. PP No. 28
tahun 2004 tersebut mengamanatkan bahwa Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) mempunyai kewenangan dalam
pengaturan dan atau penetapan persyaratan, standar, keamanan
pangan olahan dan ritel.
 Sedangkan kewenangan Kementerian Pertanian yang dalam
implementasinya oleh Badan Ketahanan Pangan adalah
pengaturan dan atau penetapan persyaratan keamanan pangan
segar.
Tujuan
 Agar pangan yang aman tersedia secara memadai, perlu
diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang
mampu memberikan perlindungan kepada masyarakat
yang mengkonsumsi pangan sehingga pangan yang
diedarkan dan/atau diperdagangkan tidak merugikan
serta aman bagi kesehatan jiwa manusia. Dengan
perkataan lain, pangan tersebut harus memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
Lanjutan…
 kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya
dan upaya perlu dikerahkan secara optimal agar pangan yang
aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai serta
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
 Agar pangan yang aman tersedia secara memadai, perlu
diupayakan terwujudnya suatu sistem pangan yang mampu
memberikan perlindungan kepada masyarakat yang
mengkonsumsi pangan sehingga pangan yang diedarkan
dan/atau diperdagangkan tidak merugikan serta aman bagi
kesehatan jiwa manusia. Dengan perkataan lain, pangan
tersebut harus memenuhi persyaratan keamanan pangan.
LATAR BELAKANG TIMBULNYA
The Health Policy Triangle
PP NO 28 Tahun 2004

The Health Policy Triangle


 1. Kontent/isi kebijakan yang akan dikembangkan dan
kebijakan terdahulu yang akan dijadikan bahan

 2,
Kontent
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2004 telah
mengatur tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.
PP tersebut menyatakan bahwa keamanan pangan adalah
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia.
Aktor
 Kementrian yang bertanggung jawab di bidang
 perikanan,
 kehutanan,
 perindustrian,
 kesehatan
 Pertanian/Badan Ketahanan Pangan dan
 Badan Pengawasan Obat dan Makanan
 Lembaga Konsumen Indonesia
PROSES
 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen telah menegaskan bahwa
konsumen mempunyai hak atas kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi
barang dan/atau jasa. Namun, ketentuan ini kerap
terabaikan demi mengeduk keuntungan ekonomi.
 Untuk memberikan jaminan keamanan pangan ini
Pemerintah telah secara serius melindungi
rakyat/konsumen agar pangan tersedia bermutu, bergizi,
dan aman bagi kesehatan manusia dengan diundang-
undangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan.
 Sehingga pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Dengan PP
28 tahun 2004 ini melibatkan berbagai instansi
teknis yang berkaitan dengan tersedianya pangan
aman mulai darihulu sampai hilir, mulai on farm
sampai dengan siap saji. Oleh karena itu
diperlukan konsep keamanan pangan yang
komprehensif untuk melakukan pengawasan
kemanan pangan ini yang melibatkan seluruh
instansi maupun pihak lain yang terkait dalam
seluruh rantai pangan dari hulu ke hilir.
Subtansi Kebijakan

BAB II
Bagian Pertama , Sanitasi
 , • Pasal 2-10

• Bagian kedua, bahan tambahan pangan


• Pasal 11-13

• Bagian ke tiga,Pangan Produk Rekayasa


Genetika
• Pasal 14
• Bagian ke lima,
kemasan pangan
• Pasal 16-20
• Bagian ke enam
bagian mutu pangan
dan pemeriksaan
laboratorium
• Pasal 21-22
• Bagian ke tujuh,
Pangan tercemar
• Pasal 23-28
BAB III MUTU DAN
GIZI PANGAN
• Bagian Pertama,
mutu pangan
• Pasal 29-31
• Bagian ke dua,
Sertifikasi Mutu
Pangan
• Pasal 32
• Bagian ke tiga, Gizi
Pangan
• Pasal 33 - 35
• Bagian Pertama,
BAB IV Pemasukan Pangan
PEMASUKAN DAN kedalam wilayah
PENGELUARAN Indonesia
• Pasal 36 - 40
PANGAN • Bagian ke dua,
KEDALAM DAN penegeluaran
DARI WILAYAH pangan dari wilayah
INDONESIA indonesia
• Pasal 41
• Bagian
Pertama,
pengawasan
BAB V • Pasal 42 - 50
PENGAWASAN • Bagian ke dua,
DAN PEMBINAAN Pembinaan
• Pasal 51
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN

• Ketentuan
Peralihan
• Pasal 53
 Pada kenyataannya, masih banyak jajanan anak yang
melanggar peraturan tanpa diketahui oleh konsumen.
Kali ini, akan dibahas mengenai aspek hukum keamanan
jajanan anak.
Jenis pasal alokatif/ regulatif

• Kebijakan regulatif atau mandate adalah


kebijakan yang membatasi sekelompok
individu dan lembaga atau sebaliknya,
memaksa jenis perilaku tertentu.
• Kebijakan alokatif menyangkut distribusi
pelayanan atau kemanfaatan pada
masyarakat atau individu.
Terhadap PP.no 28 tahun 2004 dapat diidentifikasikan yang
tergolong pasal alokatif atau Regulatif sebagai berikut:

 Sifat Pasal Alokatif  Sifat Pasal Regulatif


 KONSEKUENSI DAN RESISTENSI
PERILAKU YANG MUNCUL
POSITIF NEGATIF

Adanya kepastian hukum bagi seluruh Masih banyak yang tidak


warga negara untuk mendapatkan mengindahkan peraturan terutama
jaminan sosial, dan makin memahmi pengusaha makanan yang bisnis/profit
dan berperilaku mengedepankan aspek oriented
gizi dan sehat

Adanya kesadaran masyarakat


mengetahui haknya atas keamanan
pangan dan menjadi selektif dalam
memilih
Resistensi
 1. Pengusaha makanan
 2. Penjual/ penjaja makanan
 3. Petani yang tetap mengunakan pupuk kimia dan
insektisida secara berlebihan
 4. BPOM sendiri yang tdk konsisten krn hanya untuk
menyeimbangkan biaya dan manfaat yg akan
ditimbulkan hanya berdasrkan pada dana dan anggaran
yg tersedia serta kendaraan dan sarana yang ada tdk
berdasarkan kriteria daerah yg rawan.
Pasal bermasalah
 BAB VI

 tentang Peran serta Masyarakat

Tata cara dam Dalam memyampaiakna masalah belum jelas


mekanisme penyampaiannya sehingga masih terjadi
kekaburan dalam pelaksanaannya
 Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai