MENJADI Guru Di Era Revolusi Industri 4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

Menjadi Guru

di Era Revolusi Industri 4.0

Abd. Rahman A. Ghani


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Latar Belakang
1. Banyak orang menyebut era sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0.
2. Inti dari revolusi industri 4.0 adalah perkembangan teknologi yang
menekankan pada pola:
a. Digital economy, yaitu menggerakkan sektor ekonomi melalui perangkat teknologi digital,
seperti: pemasaran online, ojek onlie (ojol), dan lain-lain.
b. Internet of Things (IoT), alat yang terhubung dengan internet dan saling terintegrasi,
seperti: lampu ruangan yang terkoneksi dengan internet dan bisa terintegrasi dengan
smartphone sebagai pengaturnya.
c. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan
d. Big Data
e. Robotic
f. dan lain sebagainya.
3. Fenomena perkembangan tersebut sering disebut juga dengan fenomena
disruptive technology.
4. Fenomena perkembangan diatas, tentu saja membawa dampak dalam
kehidupan manusia.
Revolusi Inodustri 4.0 tersebut, di satu sisi, Namun di sisi lain, dampak teknologi
telah memberi dampak positif. informasi telah menjadikan dunia terus
Masyarakat dapat mengakses informasi berlari; dan tidak hanya berlari, namun
dengan mudah, sehingga dapat berlari dengan kecepatan tanpa kendali.
memperoleh pengetahuan secara lebih Arus perubahan berjalan sangat cepat,
luas. bahkan hipercepat. Masyarakat
Secara ekonomi, teknologi juga dapat terkurung dalam suatu dunia yang tidak
melipatgandakan porduksi, market dan pernah berhenti untuk berlari dengan
tentu saja pendapatan. cepat; tidak pernah menurunkan tempo
produksinya; tidak pernah menurunkan
Strategi marketing dapat menjangkau
kecepatan inovasinya; tidak pernah
secara lebih luas tanpa dibatasi oleh sekat-
mengurangi tempo konsumsinya; tidak
sekat wilayah dalam waktu yang relatif
pernah mengurangi kecepatan
cepat.
informasinya; tidak pernah mengurangi
Iklan di berbagai media televisi, internet, kecepatan pergantian produk, gaya dan
dan media-media lain memungkinkan bagi gaya hidupya; tidak pernah beristirahat
siapapun untuk mengakses, sementara sejenak; tidak pernah ada waktu
penyedia jasa cukup membayar jasa iklan merenung dan refleksi diri, walaupun
tanpa harus menenteng barang atau hanya sejenak; dan seterusnya.
dokumen ke mana-mana.
5. Fenomena perkembangan diatas, juga telah melahirkan suatu karakter
generasi yang oleh banyak pemikir disebut dengan Generasi Y atau
“Echo Boomers” atau Generasi Millenials (Solomon, 2009).
6. Generasi Y adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh sosiolog Karl
Mannheim dalam esai berjudul The Problem of
Generation. Yaitu generasi yang lahir dan berkembang pada
pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an.
7. Dalam berbagai perbincangan dengan beberapa guru, atau pada sesi
parenting dengan orang tua murid, seringkali muncul keluhan tentang
sikap anak-anak zaman sekarang yang berbeda dengan zaman mereka
dahulu. Keluhan ini mengenai sikap, cara belajar, kegigihan dan cara
memandang sesuatu.
8. Masalahnya sekarang adalah: Bagaimana menjadi guru ditengah
Revolusi 4.0 tersebut?
Karakteristik Gen Y
1. Menjadi guru bagi Generasi Y atau Generasi Milenial, perlu
memahami karakteristik generasi tersebut.
2. Karakter milenial umumnya ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media dan
teknologi digital.
3. Karena melimpahnya informasi ini, generasi Y diperkirakan
menjadi generasi yang memiliki wawasan lebih dan kaya akan
data.
4. Sebuah studi yang dikutip oleh livescience dari “USA Today”
pada tahun 2012 menunjukkan, bahwa sifat-sifat generasi
milenial terkesan individual, abai masalah politik, fokus pada
nilai-nilai materialistis dan kurang peduli membantu sesama.
5. Sisi negatifnya, generasi ini cenderung malas, narsis, dan suka
melompat dari pekerjaan satu ke pekerjaan lain.
6. Sementara sisi positifnya adalah pribadi terbuka, pendukung
kesetaraan hak, kepercayaan diri yang bagus, mampu
mengekspresikan perasaan. Dengan demikian mereka akhirnya
bersifat liberal, optimis dan mudah menerima ide-ide baru.
7. Hasil polling Majalah Time juga menunjukkan bahwa generasi
ini menginginkan jadwal kerja yang fleksibel, lebih banyak
memiliki "me-time” dalam pekerjaan dan terbuka terhadap
saran dan kritik termasuk nasihat karir dari pimpinannya.
8. Kemudian, lihat dan bandingkan bagaimana tipe dan karakter dari para
guru dan orang tua para siswa dari generasi Y
9. Sebagian mereka adalah generasi baby boomers dan sebagian lagi
adalah generasi X.
10. Baby boomers yang lahir pada masa awal-awal kemerdekaan
memerlukan penataan ulang kehidupan dan sebagian besar mereka
masih memegang adat istiadat.
11. Maka, karakter dari baby boomers memiliki ciri anti peperangan, anti
pemerintah, menjunjung kesetaraan, optimis dan ambisius.
12. Pola yang akhirnya muncul adalah tidak menyukai konflik, sehingga
menjadi antikritik dan mudah menghakimi saat berbeda pendapat
dengan rekan kerja.
13. Mereka menuntut pengakuan dan memiliki pandangan hidup kuat
untuk bekerja, sehingga baby boomers melahirkan generasi yang
workaholics, dengan daya tahan kerja yang baik, mementingkan kualitas
dalam bekerja dan efisiensi dalam pekerjaan.
14. Sementara generasi X adalah mereka yang lahir
antara 1961 sampai 1980.
15. Generasi inilah yang mendominasi posisi sebagai
guru dan orang tua generasi dari Y dan Z, seperti
sekarang ini.
16. Teknologi yang berkembang pada era ini membuat
generasi X berpikir secara inovatif untuk
mempermudah kehidupan manusia.
17. Generasi X lebih mandiri, pragmatis, berpikir luas
dan suka keberagaman.
18. Mereka lebih suka suasana kantor yang santai,
jenjang karir yang jelas dan cepat, sistem
manajemen kantor yang efisien dan fleksibel.
19. Jika baby boomers antikritik, generasi X lebih
terbuka dengan kritik dan saran agar pekerjaan
lebih efisien.
20. Pandangan mereka adalah bekerja untuk hidup,
sehingga ada keseimbangan antara pekerjaan,
pribadi dan keluarga.
Menjadi Guru di Era Revolusi Industri 4.0:
Menimbang pendekatan Pendidikan Holistik
1. Dihadapkan dengan fenomena diatas,
maka dunia pendidikan dihadapkan
dengan persoalan dan tantangan yang
makin kompleks.
2. Pendidikan tidak bisa lagi menggunakan
paradigma masa lalu dimana masih
adanya keterlibatan yang berimbang
dari orang tua maupun masyarakat.
3. Sejalan dengan makin meningkatnya
kesibukan orang tua akibat untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi dan
tingkat persaingan yang semakin ketat,
banyak terjadi pengalihan fungsi
pendidikan yang seharusnya masih
menjadi domain rumah tangga, kini juga
harus diantisipasi oleh dunia
pendidikan.
4. Jika merujuk pada pemikiran Abraham Maslow, maka pendidikan
harus dapat mengantarkan peserta didik untuk memperoleh
aktualisasi diri (self-actualization) yang ditandai dengan adanya:
(1) kesadaran;
(2) kejujuran;
(3) kebebasan atau kemandirian; dan
(4) kepercayaan.
5. Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional,
fisik, artistik, kreatif, dan spritual.
6. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus
juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi
pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan
bagaimana orang belajar.
7. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan
strategi pembelajaran holistik, diantaranya:
(1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif;
(2) prosedur pembelajaran yang fleksibel;
(3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu,
(4) pembelajaran yang bermakna, dan
(5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
8. Dalam pendidikan holistik, peran dan
otoritas guru untuk memimpin dan
mengontrol kegiatan pembelajaran hanya
sedikit dan guru lebih banyak berperan
sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator.
9. Forbes (1996) mengibaratkan peran guru
seperti seorang teman dalam perjalanan
yang telah berpengalaman dan
menyenangkan.
10. Sekolah hendaknya menjadi tempat
peserta didik dan guru bekerja guna
mencapai tujuan yang saling
menguntungkan.
11. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat
penting, perbedaan individu dihargai dan
kerjasama lebih utama dari pada
kompetisi.
PENUTUP
• Perubahan sosial yang sangat cepat telah
memunculkan berbagai dampak kultural, sosial,
ekonomi dan psikologi yang penting untuk
dicermati.
• Fenomena kepanikan, “kegilaan”, dan bahkan
kerancuan nilai (anomie) adalah beberapa
dampak yang pada akhirnya menuntut kita untuk
berpikir perlunya sistem pendidikan alternatif.
• Pendidikan holistik pada dasarnya adalah
pendidikan child centered, yaitu menumbuhkan
potensi kecerdasan anak, baik kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual.
• Peran guru bukan single for all di dalam kelas
tetapi menjadi Fasilitator dalam KBM/PBM.
Adaptif dan “melek” IT.
t e r i m a k a s i h
terimakasih t e r i m a k a s i h

terimakasih

Anda mungkin juga menyukai