Anda di halaman 1dari 47

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

Mulyanto
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI IDI
Dewan Ketua Umum Dewan
Pertimbangan Waketum Pakar

Sekjen Bendahara
Wasekjen Wakil Bendahara

MKEK MPPK MKKI


PDPP-PDSp-PDSM Kolegium

Bidang Bidang Badan-Badan Sekjen


Kelengkapan Wasekjen
Kode Etik Kedokteran
Sumpah Hippokrates (460-377 SM)
Deklarasi Geneva (1948),
diamander di Sydney (1968)
Sumpah Dokter Indonesia (1981)
Bersifat dinamis, dilatarbelakangi oleh
’budaya manusia’

Farid Anfasa Moeloek


Hipocrates (BC 460 – 375) telah
mengatakan bahwa landasan etik dalam
melaksanakan praktek kedokteran
dimaksudkan untuk mewujudkan tatanan
nilai praktek kedokteran yang menekankan
dokter tidak hanya mengobati pasien namun
juga bertanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungannya

Sujudi, 2001
Landasan etik mengandung 2 (dua) aspek
penting yakni Ilmu Pengetahuan (science)
dan seni (art).
Ilmu Pengetahuan berorientasi universal sekaligus
merupakan substansi profesionalisme. Hal inilah yang
melandasi Ilmu Kesehatan Masyarakat yang menekankan
aspek perilaku dan lingkungan yang merupakan habitat
kehidupan manusia.
Seni merupakan penerapan Ilmu Pengetahuan sesuai
dengan kondisi lokal yang ditujukan pada individu pasien
serta lingkungannya. Ilmu Kedokteran melandasi praktek
kedokteran yang terutama ditujukan kepada individu secara
menyeluruh bukan sekadar organ dan penyakit saja.

Sujudi, 2001
Etik yang bersifat normal praktis sangat penting
untuk membentuk pola pikir, pola sikap dan pola
tindak sesuai pandangan bangsa tanpa
mengabaikan nilai-nilai yang berlaku secara
universal tentang hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran, adat istiadat dan tradisi yang
diterima secara nasional.

Etik mengutamakan kepentingan kemanusiaan baik


sebagai individu (etik mikro) maupun sebagai
kelompok/masyarakat (etik makro) tentang hal baik
yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah hal
buruk.

Sujudi, 2001
Empat Kaidah Dasar Moral
1. Beneficence / berbuat hal-hal yang baik
terhadap manusia.
2. Non Maleficence (tidak berbuat yang merugikan
terhadap manusia)
3. Respect for person : menghormati manusia :
hak, otonomi, martabat
4. Berlaku adil (justice) dalam memberikan layanan
kepada manusia.

Farid Anfasa Moeloek


ETIKA DOKTER RI

Beberapa sifat mendasar yang melekat


secara mutlak pada seorang dokter yang
baik:
 Kemurnian niat
 Kesungguhan kerja
 Kerendahan hati
 Integritas ilmiah & sosial
KODE ETIK KEDOKTERAN
MUKADIMAH
Mukadimah KODEKI menunjukkan bahwa profesi dokter
sejak perintisannya telah membuktikan sebagai profesi yang
luhur dan mulia.
Keluhuran dan kemuliaan ini ditunjukkan oleh 6 sifat yang
harus ditunjukkan oleh setiap dokter yaitu :

1. Sifat ketuhanan
2. Kemurnian niat
3. Keluhuran budi
4. Kerendahan hati
5. Kesungguhan kerja
6. Integritas ilmiah dan sosial
SUMPAH DOKTER
Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat
dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai
dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan
tradisi luhur profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena profesi saya.
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan dokter saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insan mulai dari saat
pembuahan
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit
dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10.Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
kandung.
11.Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
12.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
UU 29/2004
PRAKTEK KEDOKTERAN

 Peningkatan mutu, perlindungan pasien,


kepastian hukum dr / drg.
 Konsil Kedokteran Indonesia.
 Standar : Profesi, Kompetensi, Pelayanan,
Pendidikan Profesi.
 Regulasi Perijinan Praktek.
 Pelanggaran & Sangsi.
MAL PRAKTEK

1.Ada Duty of Care.


2.Ada Breach of Duty.
3.Terjadi kerugian.
4.Ada hubungan sebab akibat
antara  dan .
MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN
KEDOKTERAN INDONESIA
 Setiap orang yang dengan sengaja
memperkerjakan dokter atau dokter gigi
tanpa memiliki Surat Ijin Praktik (SIP),
dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling
banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) (UUPK 29/2004 Pasal 80)

 Standar Pendidikan Profesi Kedokteran &


Standar Pendidikan Profesi Kedokteran
Gigi disahkan oleh KKI (UUPK 29/2004 Pasal 26)
 Setiap Institusi Pendidikan Profesi
Kedokteran dan Kedokteran Gigi wajib
menerapkan standar pendidikan profesi
kedokteran dan standar pendidikan profesi
kedokteran gigi yang disahkan oleh KKI
(Buku Standar pendidikan profesi dokter)

 Surat Tanda Registrasi (STR) dan STR


dokter gigi yang telah habis masa
berlakunya atau berubah kompetensinya
wajib diregistrasi ulang untuk dapat
melakukan praktik kedokteran
(Perkonsil No.25 Tahun 2006)
 Pengaduan
Setiap orang yang mengetahui atau
kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

(UUPK 29/2004 Pasal 66)


 Setiap dokter dan dokter gigi yang
melakukan praktik kedokteran di
Indonesia wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dokter dan STR dokter
gigi

 STR dokter dan STR dokter gigi berlaku


untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang dengan registrasi
ulang

(Perkonsil No.42 Tahun 2007)


HAK PASIEN
(UU Praktik Kedokteran No.29 th 2004 Ps.52-53)

Meminta pendapat dokter atau dokter gigi


lain
Mendapat penjelasan lengkap tentang
rencana tindakan medis yang akan dilakukan
dokter atau dokter gigi
Mendapatkan pelayanan medis yang akan
dilakukan dokter atau dokter gigi
Menolak tindakan medis yang akan dilakukan
dokter atau dokter gigi
Mendapat isi rekam medik
PERATURAN KKI NO. 15/KKI/PER/VIII/2006
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
MKDKI DAN MKDKI-P

Fungsi MKDKI dan MKDKI-P adalah untuk


penegakan disiplin kedokteran dan kedokteran gigi
dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
Penegakan Disiplin : penegakan aturan-aturan dan/
penerapan keilmuan dlm pelaks. Pelayanan yang
harus diikuti oleh dr. dan drg.
TUGAS MKDKI :
 Menerima pengaduan, memeriksa dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin dr. dan
drg. Yang diajukan;
 Menyusun pedoman dan tata cara penanganan
kasus pelanggaran disiplin dr dan drg

TUGAS MKDKI-P :
menerima pengaduan, memeriksa, memutuskan
ada tidaknya kasus pelanggaran disiplin
kedokteran dan kedokteran gigi dan menentukan
sanksi yang diajukan di provinsi
 MKDKI berkedudukan di Ibu kota negara RI
 MKDKI-P berkedudukan di ibu kota Provinsi
 MKDKI dan MKDKI-P bertanggung jawab
secara administratif kepada KKI
 MKDKI dan MKDKI-P merupakan lembaga
otonom dari KKI
 MKDKI dan MKDKI-P dalam melaks.
Tugasnya bersifat independen (tidak
terpengaruh oleh siapapun atau lembaga lain)
 Anggota MKDKI ditetapkan oleh Menteri
atas usul Organisasi Profesi
 Masa bakti keanggotaan MKDKI adalah 5
thn dan dpt diangkat kembali utk 1 kali
masa jabatan
 MKDKI-P dibentuk oleh KKI atas usul MKDKI
(melalui Ketetapan KKI)
 Pembentukan MKDKI-P, mempertimbangkan:
- luas wilayah provinsi; dan/
- jumlah dr. dan drg. Di wilayah provinsi; dan/
- pengaduan yg masuk pada wil. provinsi; dan/
- jarak provinsi dgn ibukota negara RI
 Pertimbangan pembentukan MKDKI-P diusulkan
MKDKI ke KKI
PERATURAN KKI NO.16/KKI/PER/VIII/2006
TENTANG TATA CARA PENANGANAN
KASUS DUGAAN PELANGGARAN
DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI
OLEH MKDKI DAN MKDKI-P
1. PENGADUAN
a. identitas pengadu
b. nama dan alamat tempat praktik dr/drg
c. waktu tindakan dilakukan
d. alasan pengaduan
e. alat bukti bila ada
f. pernyataan tentang kebenaran pengaduan
2. MAJELIS PEMERIKSA AWAL
Majelis Pemeriksa Awal pada MKDKI terdiri dari 3
org yg diangkat dari anggota MKDKI
Majelis Pemeriksa Awal pada MKDKI-P terdiri dari
3 org yg diangkat dari MKDKI-P dan/ MKDKI
a. Melakukan pemeriksaan awal :
 keabsahan aduan
 keabsahan alat bukti
b. Menetapkan pelanggaran etik atau disiplin atau
menolak pengaduan karena tidak memenuhi
syarat pengaduan atau tidak termasuk dlm
wewenang MKDKI
c. Melengkapi seluruh alat bukti
Bila dari hasil pemeriksaan awal :
 Pelanggaran etik  dilanjut ke organisasi profesi
 Dugaan pelanggaran disiplin  ditetapkan
Majelis Pemeriksa Disiplin oleh Ketua MKDKI
3. Majelis Pemeriksa Disiplin
- Bersifat independen
- Terdiri dari 3 org atau 5 org, dipilih dari
anggota MKDKI dan/ MKDKI-P yg
salah satunya harus ahli hukum
- Dibentuk oleh MKDKI < 14 hr kerja
setelah hasil pemeriksa awal diterima
dan lengkap dicatat dan benar untuk
MKDKI dan <28 hr untuk MKDKI-P
Majelis Pemeriksa Disiplin

- Penanganan atas tuntutan ganti rugi pasien


tidak menjadi kewenangan MKDKI atau
MKDKI-P
- Sidang Majelis Pemeriksa Disiplin
dilakukan secara tertutup
- Bila proses pemeriksaan sudah selesai, dr
atau drg yg diadukan diberi kesempatan
untuk mengemukakan pendapat berupa
kesimpulan akhir
4. Pembuktian
Alat bukti : - Surat-surat/ dokumen
tertulis
- Keterangan saksi-saksi
- Pengakuan teradu
- Keterangan ahli
- Barang bukti
5. Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin
berupa:
a. tidak terbukti bersalah melakukan
pelanggaran disiplin kedokteran
b. terbukti bersalah melakukan
pelanggaran disiplin kedokteran dan
pemberian sanksi disiplin
Sanksi Disiplin :
a. Pemberian peringatan tertulis
b. Rekomendasi pencabutan STR/ SIP
c. Kewajiban mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Institusi pendidikan kedokteran /
Kedokteran gigi

Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin harus


diucapkan/ dibacakan dalam sidang Majelis
Pemeriksa Disiplin dan terbuka untuk umum
serta bersifat FINAL
6. Pelaksanaan Keputusan Majelis Pemeriksa
Disiplin

Setiap keputusan Majelis Pemeriksa disiplin


dalam kurun waktu 14hr kerja harus
menyampaikan kepada Ketua MKDKI/ Ketua
MKDKI-P

Ketua MKDKI/ MKDKI-P dalam waktu 14 hr


kerja harus menyampaikan Keputusan
Majelis Pemeriksa Disiplin kepada pihak-
pihak terkait
KEPUTUSAN KKI
NO.17/KKI/KEP/VIII/2006 TENTANG
PEDOMAN PENEGAKAN DISIPLIN
PROFESI KEDOKTERAN

Disiplin Kedokteran adalah aturan-aturan


dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
dr. dan drg.
UU Praktik Kedokteran (UU RI No.29 thn 2004):
• Standar pelayanan
• Standar profesi
• Standar prosedur operasional
• Ketentuan – ketentuan lain :
- SIP
- papan Nama
- pemberitahuan jika berhalangan praktek
/dokter pengganti
- persetujuan pasien
- rekam medis
- rahasia kedokteran
- kendali mutu dan kendali biaya
- kewajiban dokter
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran thd
aturan-aturan dan/ ketentuan penerapan
keilmuan, yg dapat dikelompokkan dlm 3 hal :

1.Melaksanakan praktik kedokteran dgn tidak


kompeten.
2.Tugas dan tanggung jawab profesional pada
pasien tdk dilaksanakan dgn baik.
3.Berperilaku tercela yg merusak martabat &
kehormatan profesi kedokteran
BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
1.Melakukan praktik kedokteran dengan
tidak kompeten.
2.Tidak merujuk pasien kepada dr. atau
Drg. lain yang memiliki kompetensi sesuai.
3.Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga
kesehatan tertentu yang tidak memiliki
kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi
pengganti sementara yang tidak memiliki
kompetensi dan kewenangan yang sesuai,
atau tidak melakukan pemberitahuan
perihal penggatian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam
kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental sedemikian rupa sehingga tidak
kompeten dan dapat membahayakan
pasien.
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan
yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan,
sesuai dengan tanggung jwb profesionalnya,
tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang
sah, sehingga dapat membahayakan pasien.
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan
berlebihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasien.
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur,
etis dan memadai (adequate information)
kepada pasien atau keluarganya dalam
melakukan praktik kedokteran.
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh
persetujuan dari pasien atau keluarga dekat
atau wali atau pengampunya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat/menyimpan
rekan medik, sebagaimana diatur dlm
peraturan perundang-an atau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
menghentikan kehamilan yang tidak sesuai
dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-an & etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri
kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan
atau keluarganya.
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan
menerapkan pengetahuan atau keterampilan
atau teknologi yang belum diterima atau di
luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik
kedokteran dengan menggunakan manusia
sebagai subjek penelitian, tanpa memperoleh
persetujuan etik (ethical clearance) dari
lembaga yang diakui pemerintah .
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas
dasar perikeman., padahal tdk membahayakan
dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya.
16. Menolak atau menghentikan tindakan
pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang
layak dan sah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-an atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau etika profesi.
18. Membuat keterangan medik yang tidak
didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang
diketahuinya secara benar dan patut
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk
tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi
hukuman mati.
20. Meresepkan atau memberikan obat
golongan narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-an dan etika profesi
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan
intimidasi atau tindakan kekerasan
terhadap pasien, di tempat praktik
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan
profesi yang bukan haknya
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari
merujuk atau meminita pemeriksaan atau
memberikan resep obat/ alat kesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau
kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki,
baik lisan/tulisan, yang tidak benar atau
menyesatkan.
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika,
alkohol serta zat adiktif lainnya dapat menurunkan
kemampuan seorang dr./Drg. shngga berpotensi
membahayakan pengguna pelayanan medik.
26. Berpraktik dengan menggunakan STR atau SIP
dan/ atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik.
28. Tdk memberikan informasi, dokumen & alat bukti
lainya yang diperlukan MKDKI utk pemeriksaan
atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

Anda mungkin juga menyukai