Anda di halaman 1dari 44

MORBILI

Laporan Kasus

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia

Oleh :  Preseptor :

Yuni Andikasari dr. Elli Kusmayati,


Bintang, S.Ked Sp.A
130611031

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN
 
Morbili atau Campak (Measles) merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular
disebabkan oleh morbili virus. Gejala awal
berupa demam, konjungtivitis, pilek, batuk
dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah
berwarna putih dengan dasar kemerahan di
daerah mukosa pipi (koplik spot).
Kematian akibat morbili atau campak di dunia yang
dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan
202.000 di antaranya di negara ASEAN serta 15%
kematian campak tersebut di Indonesia. Insiden
kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk
golongan umur kurang dari 1 tahun sebesar 48,9
per 100.000 orang tahun, umur 1-4 tahun sebesar
36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5-14 tahun
sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan
sampai tahun 2009 masih dijumpai kejadian luar
biasa (KLB) campak di beberapa provinsi di
Indonesia.
 MORBILI lebih sering pada anak usia pra-
sekolah dan usia SD. Kasus MORBILI lebih
banyak terjadi pada kelompok umur 5-9
tahun.
 Etilologi: dari sekret saluran nafas, darah
dan urin yang terinfeksi. Penyebaran virus
melalui kontak langsung dengan dromplet
dari seseorang yang terkena infeksi virus.
BAB 2
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus
Identitas PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Mizatul Salwa
Tgl lahir : 01-07-2016
Usia : 2,6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Reudup, Kec. M.Mulya
Agama : Islam
No. Rekam Medik : 10.71.35
Tanggal Masuk RS : 21-12-2018

Alloanamnesis 21 Desember 2018

Keluhan Utama : Demam dan muncul


Bercak
kemerahan pada wajah, kaki, tangan dan seluruh badan.

Keluhan Tambahan : Pilek dan batuk berdahak.


6
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Cut Meutia dibawa oleh
keluarganya dengan keluhan demam naik turun
sejak ± 3 hari yang lalu SMRS, timbul bercak
kemerahan dimulai dari wajah ± 1 hari SMRS dan
bercak-bercak tersebut berlanjut menyebar ke
tanggan, kaki serta seluruh badan. Ibu pasien
mengatakan pasien belum pernah mengalami hal
yang sama sebelumnya. Ibu pasien juga
mengatakan pasien mengalami batuk berdahak
dan pilek sejak 1 hari yang lalu SMRS. Selain itu,
pasien juga mengalami penurunan nafsu makan,
BAB dan BAK (dbn). Riwayat orang sekitar yang
mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh
orang tua pasien yaitu kakak kandung pasein
yang sedang terkena campak sejak 1 minggu
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan riwayat
penyakit lain juga disangkal.
 
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dialami oleh kakak kandung pasien.

Riwayat Pemakaian Obat


Disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien merupakan kehamilan anak ketdua lahir secara spontan di
bidan dengan usia kehamilan 39 minggu. Berat badan lahir 4200 gr
dan PB 49 cm. Riwayat bayi lahir dengan menangis, asianosis
ekstremitas, refleks hisap kuat, kuning tidak ada, gerakan aktif,
mekonium ada dan tali pusat segar.
Riwayat Makanan
ASI mulai diberikan saat pasien lahir sampai usia 8 bulan, selanjutya
diberikan susu formula dikarenakan pada saat itu ibu pasien
mempunyai sakit lambung dan disarankan oleh dokter untuk stop
pemberian ASI. Makanan pendamping ASI sudah mulai di berikan
saat pasien berusia 11 bulan. Makanan keluarga mulai diberikan
sejak pasien berusia 18 bulan.

Riwayat Imunisasi
Pasien hanya pernah mendapatkan imunisasi hepatitis, selain itu pasien tidak
pernah mendapat imunisasi yang lain.

Riwayat Tumbuh Kembang


Pasien lahir dengan usia kehamilan 39 minggu, BBL 4200 gr dan PB 49 cm. Saat
lahir pasien segera menangis kuat, pasien mampu mengangkat kepala 3 bulan,
mampu duduk 6 bulan dan berjalan saat usia 12 bulan. Tumbuh kembang anak
sesuai umurnya.
Vital sign

- 110x/i 22x/i 39°C

9/21/19 10
Antropometri

BB : 11 kg
TB/PB : 94 cm

BB/TB : 11/12 x 100% = 91,6 % ( Gizi baik )


TB/U : 94/95 x 100% = 98 % ( Normal )
BB/U : 11/12 X 100% = 91,6 % ( BB Normal)
Pemeriksaan fisik
MATA
KEPALA : Konjungtiva palp. Inf.
normocephali , Pucat
warna rambut (-/-), sklera ikterik (-/-),
TELINGA :
hitam pupil isokor.
Normotia THORAKS : I:
Serumen (-/-) simetris (+/+),
Sekret -/-), retraksi dinding dada
HIDUNG: Sekret (-), P: Stem Fremitus
LEHER:
(-/-) normal. P: (sonor/
Pembesaran KGB sonor). A: vesikuler
(-), TVJ (N). (+/+) , ronkhi basah
ABDOMEN : soepel, halus(-/-),
Nyeri tekan (-), wheezing(-/-).
shifting dullness (-) JANTUNG : I : ictus
peristaltik (+), cordis tdk terlihat, P :
distensi (-), Ictus cordis teraba di
hepar/lien tidak ICS V midclaviclaris
EXTREMITAS
teraba. (S), Thrill (-),
INFERIOR P: batas jantung dalam
Ikterik (-/-), Edema batas normal,
9/21/19 13
(-/-), A :, murmur sistolik (-),
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (21-12-2018)
12-11-2018

HEMATOLOGI KLINIK/KIMIA DARAH

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 11,6 g/dL 13-15

Eritrosit 4,50 juta/mm3 4,5-6,5

Leukosit 5,89 mm3 4-11

Hematokrit 38,7 % 42-52

MCV 86,1 fl 79-99

MCH 25,9 pg 27-32

MCHC 30,0 g% 33-37

RDW-CV 12,8 % 11.5-14.5

Trombosit 217 mm3 150-450

Golongan Darah O A,AB,B,O

IMUNOSEROLOGI

Salmonela IgM Typhi Negatif: <=2


Skala 4 Positif: 4
( Tubex) Positif kuat: >=6

Dengue Fever Test

Dengue IgG Negatif Negatif

Dengue IgM Negatif Negatif


RESUME

 An.M.S, perempuan 2,6 tahun, datang ke RSU Cut Meutia dibawa oleh
keluarganya dengan keluhan demam ± 3 hari yang lalu SMRS, timbul
bercak kemerahan yang di mulai dari wajah, lalu kaki, tanggan dan
seluruh badan sejak 1 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan pasien
belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Ibu pasien juga
mengaku bahwa ada anggota keluarga mengalami hal yang sama
seperti pasien yaitu kakak kandung pasien sejak 1 minggu
belakangan. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk berdahak,
pilek, penurunan nafsu makan, BAB dan BAK (dbn).
 Pemeriksaan fisik yang didapat keadaan umum pasien tampak sakit
sedang dengan kesadaran compos mentis. Berat badan pasien 11 kg
dengan Tinggi Badan 94 cm. Tanda vital didapatkan dalam batas
normal. Adanya bercak kemerahan di daerah wajah dan seluruh
badan. Pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan sedikit
penurunan Hb, MCH sedikit penurunan dan MCHC sedikit penurunan.
Hasil pemeriksaan imunoserologi didapatkan tubex Skala 4. Hasil
pemeriksaan dengue fever test negatif.
Diagnosa banding :
 - Rubella

 - Roseola

 - Parpovirus

 -Demam Scarlet

Diagnosa kerja :
  - Morbili (Campak)

Tatalaksana
 Diet MB

 IVFD Ringer Laktat 30 gtt/I (mikro)

 IVFD Paracetamol 15 cc/8 jam

 IV. Cefotaxime 350 mg/12 jam

 Drip Bisolvon 3x3 ml

 Cetirizine Syr 1 x ½ cth

 Pedilis Syr 1x1 cth

 Nistatin drop 4 x 0,4 cc

 Salisil Talk
Pemeriksaan Penunjang yang
direncanakan
- Darah Lengkap

Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam

 Quo ad sanacionam : dubia ad bonam


Hari SOAP Terapi
Follow Up rawatan
Jum’at S: Bercak kemerahan di seluruh IVFD Ringer Laktat 30
21 Des badan (+) batu (+) pilek (+) gtt/I (mikro)
2018 demam (+) nafus makan (↓) IVFD Paracetamol 15
  cc/8 jam
H+1 O : TD: -
HR : 88 x/i Iv. Cefotaxime 350
RR : 20 x/ mg/12 jam
Drip Bisolvon 3x3 ml
T : 380 C
Cetirizine Syr 1 x ½
cth
Lab 21/12/2018 Pedilis Syr 1x1 cth
HB: 11,6 g/dl Nistatin drop 4 x 0,4
Tubex : Skala 4 cc
Salisil Talk
A : Morbili + Demam Thypoid
P:

Sabtu S: Bercak kemerahan IVFD Ringer Laktat 30


22 Des (+) demam (+), batuk gtt/I (mikro)
2018 IVFD Paracetamol 15
berdahak (+), BAB (+)
  cc/8 jam
H+2 4x,BAK (+), makan Iv. Cefotaxime 350
sedikit. mg/12 jam
  Drip Bisolvon 3x3 ml
O : TD : - Cetirizine Syr 1 x ½
HR : 109x/i cth
Pedilis Syr 1x1 cth
RR : 32 x/
Nistatin drop 4 x 0,4
T : 37,90 C cc
  Salisil Talk
A : Morbili + Demam
Thypoid
 
P:
Minggu S: Demam naik turun IVFD Ringer Laktat
23 Des (+), batuk berdahak 30 gtt/I (mikro)
2018
(+), Bercak merah (+), IVFD Paracetamol
 
H+3 mata bengkak (+), BAK 15 cc/8 jam
(+), BAB cair > 3x. Iv. Cefotaxime
  350 mg/12 jam
O : TD : - Drip Bisolvon 3x3
HR : 92 x/i ml
RR : 22 x/ Cetirizine Syr 1 x
T : 37,20 C ½ cth
BB: 11 kg Pedilis Syr 1x1 cth
Nistatin drop 4 x
A : Morbili + Demam 0,4 cc
Thypoid Salisil Talk
 
P:
Senin S: Demam (↓), Ruam IVFD Ringer Laktat
24 Des merah (+), Batuk 30 gtt/I (mikro)
2018 berdahak (+), mata IVFD Paracetamol
  bengkak (+), makan 15 cc/8 jam
H+4 (+), BAB (+), BAK (+). Iv. Cefotaxime
  350 mg/12 jam
O: TD : - Drip Bisolvon 3x3
HR : 100 x/i ml
RR : 26 x/ Cetirizine Syr 1 x
T : 36,20 C ½ cth
BB: 11 kg Pedilis Syr 1x1 cth
  Nistatin drop 4 x
A : Morbili + Demam 0,4 cc
Thypoid Salisil Talk
 
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi

Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular


yang disebabkan oleh virus morbili, dengan gejala-
gejala eksantem akut, demam, gangguan saluran
pernapasan berupa batuk dan pilek, konjungtivitis,
kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna
merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
3.2 Epidemiologi
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke 5 dari 10
penyakit utama bayi dan anak balita (1-4 tahun) .
3.3 Etiologi
 
Intoksikasi
Hipersplenism makanan,
Infeksi virus
e obat atau
bahan kimia

Kekurangan
Pengaruh fisis faktor DIC
pematangan
2.4 Patofisiologi
Autoantibodi
Glikoprotein Ilb/IIIa
trombosit spesifik
(CD41) : Antigen
berikatan dengan
pertama yang
trombosit autolog 
berhasil diidentifikasi
fagosit mononuklir
berasal dari
melalui reseptor Fc
kegagalan antibodi
makrofag  Sindrom
ITP
ITP

Destruksi trombosit Antibodi yang


dalam sel penyaji bereaksi dengan
antigen  dipicu glikoprotein Ib/X,
antibodi neoantigen Ia/ITa, IV dan V dan
 produksi antibodi  determinan trombosit
trombositopenia lain
3.5 Gejala Klinik
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:

ITP akut ITP kronik

• Anak • Onset tidak menentu


• mendadak • Infeksi dan
• riwayat infeksi splenomegali ?
• eksantem • Perjalanan klinis yang
• manifestasi fluktuatif
perdarahan • Manifestasi perdarahan :
ekimosis, petekie, purpura
 biasanya ringan ~ jumlah trombosit 
• Dewasa umumnya menoragia, epistaksis,
kronis perdarahan gusi, GIT ,
genitourinaria dan SSP
Stadium
• Wanita umur 15-50 tahun
kronik
• bersifat kronik, hilang timbul
berbulan-bulan atau bertahun-tahun
ITP
• < 6 bulan
• Anak, setelah infeksi virus akut atau
vaksinasi  sembuh spontan, 5-10 %
 kronik
ITP akut
Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesa, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
3.6 Diagnosa
3.7 Penatalaksanaan

 Campak dengan kemungkinan komplikasi, bila


ditemukan:
 Bercak/ eksantema merah kehitaman yang
menimbulkan desquamasi dengan squama yang
lebar dan tebal
 Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan
seperti laringitis dan pneumonia
 Dehidrasi berat
 Kejang dengan penurunan kesadaran
 PEM berat
 Obat-obat yang dapat diberikan antara
lain :
 Antipiretik : paracetamol 7,5-10
mg/kgBB/kali interval 6-8 jam
 Ekspektoran : Gliseril guaiakolat 50-100
mg tiap 2-6 jam dosis maximal
600mg/hari. Antitusif diberikan bila
batuknya hebat atau mengganggu.
Narcotic antitussive (codein) tidak boleh
digunakan
 Vitamin A dosis tinggal. Usia dibawah 1
3.8 Komplikasi
• Komplikasi yang terjadi disebabkan
oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah
terjadi infeksi. Hal yang tidak diinginkan
adalah terjadinya komplikasi karena
dapat mengakibatkan kematian pada
balita, keadaan inilah yang
menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti berikut:
•-Bronkopneumonia
•-Otitis Media Akut
•-Ensefalitis
3.9 Pencegahan

• Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam
mencegah munculnya faktor predisposisi atau
risiko terhadap penyakit campak. Sasaran
dari pencegahan primordial adalah anak-anak
yang masih sehat dan belum memiliki risiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor risiko
yang tinggi untuk penyakit campak
2.10 Tatalaksana

• Pencegahan Primer
Sasaran dan pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok berisiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi
berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-fàktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor
tersebut. Faktor-faktor dalam pencegahan primer antara lain
adalah:
1. Penyuluhan
2. Imunisasi
BAB 4

PEMBAHASAN
An.M.S, perempuan, 2,6 tahun, datang ke RSUD Cut Meutia
dibawa oleh keluarganya dengan keluhan demam naik turun ±
3 hari yang lalu SMRS disertai timbul bercak kemerahan di
mulai dari wajah, kaki, tangan dan seluruh badan ± 1 hari
SMRS. Penularan pada kasus morbili sangat efektif, dengan
sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi
pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
memalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis
sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai
kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang
terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-
supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif
membelah.
Virus masuk dalam pemubuluh darah
dan menyebar ke permukaan epitel
erofarink, konjungtiva, saluran nafas,
kulit, kandung kemih dan usus. Pada
hari ke 9-10 fokus infeksi yang
berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, 1-2 mangalami nekrosis.
Virus yang masuk ke pembuluh
darah menimbulkan manifestasi
klinis dari sistem saluran nafas
adalah batuk, pilek, disertai
konjungtivitis, demam tinggi, ruam
menyebar ke seluruh tubuh dan
timbul bercak komplik.
Pada hari ke 14 sesudah awal infeksi akan
muncul ruam makulopapular dan saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi. Daya
tahan tubuh akan menurun sebagai akibat
respon terhadap antigen virus yang
mangakibatkan terjadinya ruam pada kulit.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring
dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopneumonia dan
otitis.
Gambaran klinik MORBILI yaitu: memiliki 3
stadium yaitu (1) Stadium prodromal (kataral)
yang berlangsung 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise,batuk, fotofobia, konjungtivitis dan
koriza, (2) Stadium erupsi yang berlangsung 4-7
hari. Gejala yang biasa terjadi adalah koriza dan
batuk bertambah. Terjadinya ruam atau eritema
yang berbentuk makula-papula disertai naiknya
suhu tubuh. Ruam mula-mula muncul dibelakang
dan bagian leher belakang, kemudian 24 jam
berikutnya ruam menyebar ke perut, paha, dada
dan kaki dan (3) Stadium konvalensi : erupsi
berkurang meninggalkan bekas yang berwarna
lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan
akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit
yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan kekebalan secara
pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang
sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili ketika ia hamil 1
atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada
trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun 
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
bercak kemerahan di daerah wajah, tangan,
kaki dan seluruh tubuh serta juga terlihat
mata membengkak. Ruam merah terjadi
karena Pada hari ke 14 sesudah awal infeksi
akan muncul ruam makulopapular dan saat
itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya
tahan tubuh akan menurun sebagai akibat
respon terhadap antigen virus yang akan
mengakibatkan terjadinya ruam pada kulit.
Pada pemeriksaan klinis didapatkan demam,
batuk berdahak dan pilek. Pada pemeriksaan
darah rutin juga didapatkan terjadinnya
sedikit penurunan HB dan pada pemeriksaan
serologi didapatkan Tubex (+4).
Pada penderita morbili dapat terjadi berbagai
komplikasi, antara lain pneumonia, ensefalitis,
diare, otitis media dan konjungtivitis.
Prognosis penderita morbili tanpa komplikasi
baik jika keadaan umumnya baik. Sebaliknya
akan buruk bila keadaan umumnya buruk.
Prognosis penderita morbili dengan komplikasi
tergantung pada keberhasilan terapi yang
diberikan.
BAB 5

KESIMPULAN
 Morbili atau Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat
menular disebabkan oleh morbili virus. Gejala awal berupa demam,
konjungtivitis, pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah
berwarna putih dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (koplik
spot).

 Kematian akibat morbili atau campak di dunia yang dilaporkan pada


tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya di negara
ASEAN serta 15% kematian campak tersebut di Indonesia. Insiden kasus
campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur kurang dari 1
tahun sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 1-4 tahun sebesar
36,6 per 100.000 orang tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar 18,2 per
100.000 orang tahun

 Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan family


Paramyxoviridae. Virion campak berbentuk spheris, pleomorfik, dan
mempunyai sampul (envelope) dengan diameter 100-250 nm.

 Penderita Morbili atau Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan.


Tidak ada obat yang secara langsung dapat bekerja pada virus campak.
Anak memerlukan istirahat di tempat tidur dan kompres dengan air
hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi cukup cairan dan kalori,
sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki kebutuhan
cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin
A 100.000 IU per oral satu kali.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai