Bab I Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
Bab I Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
PENETRASI BAHAN-
BAHAN BITUMEN
1. MAKSUD
RUJUKAN
SNI 06-2456-1991
2. PERALATAN
PROSEDUR
Siapkan dan Letakkan pemberat
Letakkan benda uji bersihkan jarum 50 gram di atas
dalam tempat air dan kemudian pasang jarum
bak perendam pada pemegang
jarum
CAWAN 1 CAWAN 2
2
5 1
5 3
2
1
4 3
4
HASIL PENGUJIAN Diperiksa Suhu Waktu
1 50 45
2 68 55
3 50 52
4 52 53
5 58 45
RATA2 55,6 50
Rerata 52,8
4. SIMPULAN
Dari hasil pengujian diperoleh angka penetrasi
aspal dari cawan 1 menunjukkan nilai penetrasi
sebesarn 55,6 mm, sedangkan cawan II nilai
penetrasinya sebesar 50 mm dan di rata –rata
menunjukkan nilai 52,8 mm, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa hasil percobaaan ini tidak
memenuhi syarat spesifikasi AC 60-70, berdasarkan
SNI 06-2456-1991 , yang memiliki toleransi 4 mm
dengan penetrasi <= 150
BAB II
KELEKATAN ASPAL
PADA BATUAN
1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk menetapkan kelekatan aspal
pada batuan tertentu dalam air.
2. PERALATAN
PROSEDUR
Dicampur selama 5 menit
500 gram batuan dengan 25 gram aspal cair, atau
dipanaskan suhu 40oC 30 gram ter, pada suhu 70oC
I II I II
1 50C 0 0
2 100C 170 170
3 150C 287 287
4 200C 379 379
5 250C 482 482
450C 500C
6 300C 594 594
Dengan Dengan
7 350C 713 713 waktu 15 waktu 15
8 400C 840 840 menit 36 menit 54
9 450C 936 954 detik detik
10 500C - -
11 550C - -
4. SIMPULAN
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu 430C adalah 15
menit 36 detik.
Dari hasil pengujian titik lembek aspal tersebut didapat titik
lembek 430C dan 440C dan rata-rata 43,50C maka benda uji tidak
sesuai spesifikasi Bina Marga atau AASHTO yaitu pada 480C-580C
untuk aspal AC60-70 Nilai titik lembek dalam pengujian sangat/dapat
dipengaruhi banyak factor seperti
1. Pembacaan suhu kurang tteliti
2. Perlakuan pada saat pengujian tidak sesuai prosedut
3. Kontol suhu yang tidak memenuhi 5 derajat/menit
BAB IV
DAKTILITAS
BAHAN-BAHAN BITUMEN
1. MAKSUD
Maksud pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui sifat kohesi dalam aspal itu sendiri yaitu
dengan mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik
antara dua cetakan yang berisi bitumen keras sebelum
putus pada suhu 25oC dan kecepatan terik tertentu.
Aspal dengan daktilitas yang lebih besar
mengikat butir-butir agregat lebih baik tetapi lebih
peka terhadap perubahan temperatur.
2. PERALATAN
PROSEDUR
Pasang benda uji pada
alat daktilitas
Piknometer
Lakukan penimbangan
kosong
I 298 0C 3060C
SIMPULAN
Pada pemeriksaan ini benda uji aspal didapatkan hasil
titik nyala 298°C dan titik bakar 306°C. Menurut
spesifikasi Bina Marga aspal dengan penetrasi antara 60-70
harus mempunyai titik nyala minimum 232°C, sedangkan
titik bakarnya tidak tercantum. Jadi benda uji aspal
memenuhi spesifikasi Bina Marga dengan titik nyala 298°C
> 232°C.
BAB 7
PEMERIKSAAN KELARUTAN
TCL (TRICHORETHYLEN)
MAKSUD
Untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam tetra
chlorida serta meguji kemurnian aspal terhadap
PERALATAN
PROSEDUR
Tuangkan larutan
Timbang Labu Timbang kertas tetraklorida 100 ml dan
Masukan
erlenmeyer saringan bersih aduk hingga larut
benda uji
Masukan tabung
Isi Grooch crucible Hubungkan penyaring kedalam Persiapkan
dengan suspensi dengan pompa mulut labu dan Grooch crucible
asbes dalam air hampa udara masukan Grooch
crucible
Isap dengan pompa Angkat dan bakar Timbang setelah Simpan dalam
hampa udara Grooch crucible dengan didinginkan almari selama
pembakar gas dalam desikator dua jam
7 Persentasi endapan ( )
1,041% 3,5714%
Daktalitas Bahan-
4. 159,6 cm > 100 cm Masuk persyaratan
bahanBitumen
5. Berat Jenis Bitumen
1,0486 ≥ 1,0 Masuk persyaratan
Keras dan Ter
6. Titik Nyala dan Titik
298 0C & 3060C > 2320 C Masuk persyaratan
Bakar
7. Kelarutan Bitumen Tidak Masuk
97,6893% ≥ 99%
Dalam TCE persyaratan
Pemeriksaan sifat fisik aspal
No Jenis Alat Hasil Keterangan
1 Penetrasi Penetrometer Kekerasan aspal Sifat rheologis aspal
2 Titik lembek Ring and Ball Batas plastis aspal Sifat rheologis aspal
(softening point)
3 Titik nyala (flash Cleveland open cup Batas pemanasan Untuk menjamin
point) aspal keamanan/safety
5 Kehilangan berat Oven loss on heating Kemurnian aspal Menjamin mutu aspal
(loss on heating)
6 Kelarutan dalam Labu erlenmeyer Kemurnian aspal Menjamin mutu aspal
CCL4
7 Penetrasi setelah Penetrometer Keawetan aspal Menjamin mutu aspal
kehilangan berat
8 Berat jenis aspal Picnometer Kualitas aspal
PEMBAHASAN SIFAT FISIK ASPAL
◦ DURABILITAS
◦ ADHESI DAN KOHESI
◦ KEPEKAAN ASPAL TERHADAP TEMPERATUR
◦ PENGERASAN DAN PENUAAN ASPAL
ANALISIS DAN PEMBAHASAN KEPEKAAN
ASPAL TERHADAP TEMPERATUR
Dengan
PI = Index Penetrasi
Pen = Penetrasiawalpadasuhu 250C
SP = Temperaturtitiklembek (0C)
NILAI PI
1952−500.log 55,6 − 20.43,5
PI =
50.log 55,6 −43,5−120
= -2,7472
KESIMPULAN
- Semakin rendah nilai PI, semakin peka suatu aspal
terhadap temperature.
- Pada umumnya aspal perkerasan memiliki nilai PI +1
sampai -1.
- Aspal jenis airblown yang telah dikurangi sifatnya memiliki
PI yang cukup tinggi.
- Aspal semen memiliki PI kurang dari -2 sangat peka
terhadap temperature.
BAB IX
Masukkan 500 gram benda Masukkan air suling Putar sambil diguncang
uji kedalam piknometer 90% isi piknometer sampai tidak ada gelembung
udara
Timbang piknometer
berisi air dan benda uji Tambahkan air sampai
tanda batas Rendam piknometer dalam
(Bt)
air pada suhu standar 25oC
672,245 gr
Berat vicnometer + air ( B ) 678,31gr 606,18 gr
Jadi agregat yang diuji diatas telah memnuhi syarat tapi penyerapan
air melebih syrata 3% dari ketentuan.
BAB X
Tentukan beratnya
Letakkan benda uji
dalam air (Ba) dengan
dalam keranjang
suhu standar 25oC
HASIL PENGUJIAN
KETERANGAN BENDA UJI
I
Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh, SSD (BJ)
1709
gram
Berat uji dalam air ( BA ) gram 1000,11
Berat sampel kering oven (BK) gram 1664,17
BK
Berat jenis (bulk)
BJ BA
2,347
BJ
Berat Jenis SSD
BJ BA
2,41
BK
BJ semu
BK BA
2,55
Penyerapan
BJ BK 100%
BK 3,79%
KESIMPULAN
Jadi agregat yang diuji diatas telah tidak memnuhi syarat dengan BJ
≥ 2,5 dan penyerapan air maksimal adalah 3%