Anda di halaman 1dari 46

KOMITE ETIK DAN HUKUM

RSUP DR HASAN SADIKIN


BANDUNG
LATAR BELAKANG

PPDS 1

RUMAH
PASIEN
SAKIT
LATAR BELAKANG
 Hubungan pasien, dokter dan rumah sakit
merupakan hubungan yang sangat kompleks dan
berkembang mengikuti perubahan tata nilai dan
norma dalam masyarakat.
 Dasarnya hak dan kewajiban pasien, dokter dan
rumah sakit harus dilaksanakan seimbang atau
berlaku timbal balik
LATAR BELAKANG

PROFESI

HUKUM ETIKA
Perbedaan etik dan hukum
kedokteran/kesehatan
1. Etik berlaku utk lingkungan profesi; Hukum untuk
masyarakat umum.
2. Etik disusun oleh kesepakatan anggota profesi; Hukum
oleh institusi pemerintah.
3. Etik tak semuanya tertulis; Hukum tertulis secara rinci
dlm kitab Undang-Undang/Lembaran negara.
4. Sangsi pelanggaran Etik: tuntunan; Hukum : tuntutan.
5. Etik, penyelesaian lewat MKEK; Hukum lewat
pengadilan.
6. Etik, bukti fisik (+/-) ; Hukum bukti fisik harus ada.
DOKTER, PASIEN DAN
RUMAH SAKIT

 Dokter, pasien dan rumah sakit adalah tiga


subyek hukum yang terkait dalam bidang
pemeliharaan kesehatan
 Dokter dan rumah sakit sebagai pemberi jasa
pelayanan kesehatan dan pasien sebagai
penerima pelayanan kesehatan.
 Pelaksanaannya diatur dalam peraturan agar
terjadi keharmonisan dalam melaksanakan
hubungan
RUMAH SAKIT

 Organisasi yang mempunyai “duty of care”,


pelaksanaannya diserahkan kepada petugas
kesehatan : dokter, perawat, bidan, apoteker,
analis laboratorium, penata rontgen, fisioterapis,
dan lain – lain
RUMAH SAKIT

Sebagai suatu institusi mempunyai :


 Tanggungjawab penuh tentang segala sesuatu yang terjadi
didalamnya; Siapa yang harus bertanggung jawab bila
terjadi sesuatu hal ? siapa yang dapat dituntut ?

 Tidak semua kesalahan dapat dilimpahkan terhadap


rumah sakit, karena tidak mungkin rumah sakit
mengetahui seluruh kejadian atau melakukan pengawasan
secara detail terhadap sikap tindak para tenaga mediknya.
Tanggungjawab
tenaga kesehatan di
rumahsakit
 Tanggungjawab profesional
 Diatur dalam kode etik profesi  diperiksa terlebih
dahulu majelis etik profesi
 Tanggungjawab hukum
 Tergantung perbuatan hukum yang dilakukan oleh
subyek hukum
 Dokter – pasien
 Pasien – rumahsakit Pidana
 Rumahsakit – nakesnya Perdata
Admin
Vicarious liability
 Tanggungjawab manajemen rumah sakit
terhadap personil/karyawan sebagai hubungan
majikan-karyawan

 KUHPdt pasal 1367


 Seseorang tidak saja bertanggungjawab untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya
sendiri, tetapi untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan oleh barang yang
berada dibawah pengawasannya.
10
Vicarious liability
 Suatu pertanggung jawaban pidana yang di bebankan
kepada seseorang atas perbuatan orang lain
 Menrut Barda Nawawi Arif :
Konsep pertangung jawaban seseorang atas kesalahan
yang di lakukan orang lain , seperti tindakan yang di
lakukan yang masih berada dalam ruang lingkup
pekerjaannya.
Perubahan Masyarakat
1. Semakin materialistis & hedonistis.
2. Semakin memahami haknya, namun celakanya, tidak
diimbangi oleh peningkatan pemahaman mereka
tentang risiko medik.
3. Lebih terpapar dengan istilah Malpraktek
4. Semakin litigious (gemar menuntut dokter dan RS).
5. Semakin melihat dokter bukan sebagai partnership
dalam mengatasi masalah kesehatannya.
6. Semakin tinggi penghargaannya terhadap prinsip-
prinsip konsumerisme, antara lain “he who pays the
piper calls the tune”.
Kondisi saat ini

Pasien datang ke Dokter


dengan dua hal:
1. Harapan untuk
kesembuhan
2. Kecenderungan untuk
menuntut bila
harapannya tidak
tercapai
KONDISI SAAT INI
 Dugaan kasus malpraktik
dan kelalaian medik
(medical negligence)
berkenaan dengan
kesalahan diagnosis,
ketidaktepatan pemberian
obat , kesalahan
melakukan tindakan medik

 Bidang kedokteran yang


dahulu dianggap profesi
mulia, seakan-akan sulit
tersentuh orang awam,
kini mulai dimasuki unsur
hukum.
Tanggung Jawab Hukum Seorang
Dokter
1. Hukum Administrasi dalam
UU Praktik Kedokteran no.
29 tahun 2004
2. Hukum Pidana :
• KUHP Pasal 48-51, 224,
267, 268, 322, 344-361,
531
• Ketentuan Pidana dalam
UU Kesehatan 23/1992
• Ketentuan Pidana dalam
UU PK 29/2004
3. Hukum Perdata :
• Hukum Perikatan Pasal
1239, 1365, 1366, 1367
BW
“KONTRAK
TERAPEUTIK”

 SALAH SATU HUBUNGAN HUKUM DOKTER-


PASIEN
 TIDAK SEIMBANG / SETARA
 DOKTER TIDAK MENJANJIKAN HASIL
(RESULTAATS VERBINTENNIS), TETAPI
BERUPAYA SEBAIK-BAIKNYA
(INSPANNINGSVERBINTENNIS) – reasonable
care
 HARUS DIJAGA DENGAN ATURAN
HUB. DOKTER-PASIEN
(cont..)

 KRITIK TERHADAP KONTRAKTUAL :


 TAK ADA NEGOSIASI EKSPLISIT
 TAK ADA EKSPEKTANSI EKSPLISIT
 TERLALU MATERIALISTIK, BUKAN ETIK
 MELUPAKAN FAKTOR SISTEM SOSIAL
 TERLALU LEGALISTIK : PERATURAN
 TERFOKUS PADA PRINSIP AUTONOMY
 CENDERUNG MEMINIMALKAN MUTU
 DISEBUT : BOTTOM-LINE ETHICS
HUB. DOKTER-PASIEN
(cont..)

 FIDUCIARY : VIRTUE BASED ETHICS


 PRINSIP : YG UTAMA MORAL
 BUKAN SEKEDAR KEWAJIBAN DAN PERATURAN,
TETAPI JUGA “BAGAIMANA SIKAP SEBAIKNYA”
 EMPATHY, COMPASSION, PERHATIAN,
KERAMAHAN, KEMANUSIAAN, SALING PERCAYA,
ITIKAD BAIK, dll
 HUBUNGAN : BERTUMBUH-KEMBANG,
BERTUJUAN MENSEJAHTERAKAN PASIEN
 KOMUNIKASI BAIK
PELANGGARAN
KEWAJIBAN

 HARUS DIBUKTIKAN DAHULU


 TIDAK BISA GUNAKAN “STRICT LIABILITY”
 STRICT LIABILITY HANYA BERLAKU BAGI PRODUK –
BUKAN JASA
 KADANG FAKTA SUDAH MENUNJUKKAN
ADANYA KELALAIAN : RES IPSA LOQUITUR (The
thing speaks for it self)
 AKIBAT ALAT
 TIDAK ADA KONTRIBUSI PASIEN
 KEADAAN NORMAL : TAK TERJADI
 mis : gunting / tampon tertinggal
HUBUNGAN
KAUSAL

 DICARI : LEGAL CAUSE / PROXIMATE CAUSE


 PENGUJIAN :
 CAUSATION IN FACT : BUT FOR TEST “kalau tidak” /
(Conditio sine qua non theory)
 Mis. Kalau gunting tak tertinggal, tak akan terjadi perforasi –
peritonitis
 Mis. Kalau diagnosis tak salah atau terlambat, pasien dapat
tertolong ( ? )
 Terlalu menyederhanakan hubungan kausalitas
 FORESEE ABILITY (Adequate theory)
 Bahwa cedera adalah akibat yang dapat diperkirakan
sebelumnya dari tindakan substandar oleh dokter yang layak
Pencegahan
 UPAYA CEGAH PELANGGARAN
 REASONABLE COMPETENCE, REASONABLE CARE,
REASONABLE COMMUNICATION
 PROFESIONALISME : ETIK, STANDAR, PENGAWASAN, KOREKSI
 UPAYA CEGAH RISIKO
 PRODUCT LIABILITY PREVENTION, QUALITY ASSURANCE, RISK
MANAGEMENT
 SIAPKAN LEGAL DEFENCE
 MEDICAL EVIDENCE : REKAM MEDIK, INFORMED CONSENT
 ALIHKAN RISIKO :
 ASURANSI PROFESI
 NO FAULT COMPENSATION
UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT
No.44 Tahun 2009
PENGATURAN PENYELENGGARAAN
RUMAH SAKIT BERTUJUAN (PASAL 3)

a...dst
d. Memberikan kepastian
hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit
RUMAH SAKIT MEMPUNYAI
FUNGSI (PASAL 5)
a. ....dst.
b. Penyelenggaraan
pendidikan dan
pelatihan sumberdaya
manusia dalam rangka
peningkatan
kemampuan
memberikan pelayanan .
SUMBER DAYA MANUSIA (PASAL 13)
(1) Tenaga medis yang
melakukan praktik kedokteran
di rumah sakit wajib memiliki
Surat Izin Praktik.
(2)....
(3) Setiap tenaga kesehatan
harus bekerja sesuai dengan
standar profesi, standar
pelayanan, SPO yang berlaku,
etika profesi, menghormati
hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien.
JENIS DAN KLASIFIKASI RUMAH
SAKIT (PASAL 22)

(1) Rumah Sakit dapat


ditetapkan menjadi
Rumah Sakit
pendidikan setelah
memenuhi
persyaratan dan
standar rumah sakit
pendidikan.
JENIS DAN KLASIFIKASI RUMAH
SAKIT (PASAL 23)
(1) Rumah Sakit pendidikan
merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan
dan penelitian secara terpadu
dalam bidang pendidikan
profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran
berkelanjutan,dan pendidikan
tenaga kesehatan lainnya.
(2) Dalam penyelenggaraannya
dapat dibentuk Jejaring Rumah
Sakit Pendidikan.
JEJARING DAN RUJUKAN RUMAH
SAKIT (PASAL 41)
(1) Jejaring dalam rangka
peningkatan pelayanan
kesehatan.
(2) Jejaring meliputi
informasi, sarana
prasarana, pelayanan,
rujukan, penyediaan
alat, dan pendidikan
tenaga.
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT (PASAL 29)

a.....dst
b……
s. melindungi dan
memberikan
bantuan hukum bagi
semua petugas
Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas.
HAK RUMAH SAKIT (PASAL 29)
a.....
b…..
c. menggugat pihak
yang mengakibatkan
kerugian
d. mendapatkan
perlindungan hukum
dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan
TANGGUNG JAWAB HUKUM (PASAL 46)
Rumah Sakit bertanggung
jawab secara hukum
terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan
di Rumah Sakit.
RUMAH SAKIT
Bertanggung jawab penuh terhadap
segala peristiwa yang terjadi di
rumah sakit. Maksudnya ialah
yang pertama – tama bertanggung
jawab adalah rumah sakit sebagai
institusi.
 Bila ada kelalaian/kesalahan yang
tidak wajar dilakukan, rumah
sakit dapat menggunakan hak
regesnya (meminta digantikan
lagi) kepada dokter tersebut
RUMAH SAKIT
Wajib :
 Membuat ketentuan internal menyangkut tugas,
wewenang, hak dan kewajiban dari dokter, unit,
bagian .
 Tujuannya mempertanggungjawabkan secara
medik ataupun hukum semua yang terjadi
didalam rumah sakit .
 Ketentuan tersebut mengacu pada ketentuan
hukum yang berada diatasnya dan diberlakukan
kepada seluruh masyarakat rumah sakit (medis,
paramedis, non-medis).
UNDANG-UNDANG PRAKTIK
KEDOKTERAN
ASAS DAN TUJUAN (PASAL 3)
Pengaturan praktik
kedokteran bertujuan :
a. ......
c. Memberikan
kepastian hukum
kepada masyarakat,
dokter dan dokter
gigi.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEDOKTERAN (PASAL 27)
Pendidikan dan
pelatihan kedokteran
atau kedokteran gigi
untuk memberikan
Kompetensi
dilaksanakan
sesuai dengan standar
pendidikan profesi
kedokteran atau
kedokteran gigi.
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
KEDOKTERAN (PASAL 36)
Setiap dokter dan
dokter gigi yang
melakukan
praktik kedokteran di
Indonesia wajib
Memiliki
surat izin praktik.
HAK DOKTER ATAU DOKTER GIGI
(PASAL 50)
Dalam melaksanakan praktik
mempunyai hak :
a. Memperoleh perlindungan
hukum sepanjang
melaksanakan tugas
sesuai dengan standar
profesi dan SPO.
b. Memberikan pelayanan
medis menurut standar
profesi dan standar
prosedur operasional
HOSPITAL BYLAWS/MEDICAL STAF
BYLAWS
KETENTUAN UMUM (PASAL 1)
 Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter
Gigi Spesialis adalah dokter/dokter gigi yang sedang
mengikuti pendidikan Dokter/Dokter Gigi Spesialis ,
ketentuannya diatur dalam Perjanjian Kerja Sama
antara RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan
 FKdanFKG UNPAD
SMF (PASAL 46)
1. Adalah kelompok dokter, dokter gigi, dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis yang berhak
memberikan pelayanan medis berdasarkan
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin
Praktik (SIP);
5. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) masuk dalam SMF sesuai dengan
spesialisasi yang sedang diikuti sebagai peserta
didik dibawah supervisi staf medis fungsional.
MAHASISWA PPDS 1
KEMAMPUAN BELUM ADA UMUM, SUDAH ADA
SAMASEKALI
SPESIALISTIS, BELUM ADA

KEWENANGAN BELUM ADA UMUM, SUDAH ADA bagi yang


SAMASEKALI punya lisensi umum

SPESIALISTIS, BELUM ADA

TANGGUNGJAWAB PEMBIMBING MANDIRI, untuk jenis Tindakan


Medis Umum

PEMBIMBING, untuk Tindakan


Medis Spesialistis

TANGGUNGGUGAT RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT


corporate liability) (corporate liability)
PROBLEM HUKUM PPDS I
TERGANTUNG BENTUK KETERLIBATANNYA
1. SECARA PASIF :
 Hanya melihat proses anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, proses terapi maupun
operasi yang dilakukan pembimbing
2. SECARA AKTIF :
 Melakukan pengobatan bersama-sama pembimbing
 Melaksanakan execution atas decision (planning) yang
dibuat oleh pembimbing
 Membuat decision atau planning dan sekaligus
melakukan execution
Jika keterlibatannya secara aktif maka masalah hukumnya
menjadi lebih kompleks dan perlu disikapi secara hati-hati.
PERANAN DAN KEWAJIBAN
UMUM PPDS
 Melaksanakan tugas profesinya dengan penuh
tanggungjawab dan pengabdian.
 Memberikan pelayanan kesehatan dengan sikap
moral yang baik dan kemampuan profesional yang
adekuat.
 Tidak dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi.
 Tidak melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan etika Rumah Sakit yaitu :
 bersifat memuji diri sendiri
 menerima imbalan lain selain ketentuan rumah sakit
HAK DAN KEWENANGAN PPDS
 Memperoleh kenyamanan, keamanan dan
keselamatan .
 Mendapatkan fasilitas, sarana, prasarana, yang
akan digunakan bagi pelayanan, pengembangan
dan peningkatan kinerja.
 Mendapatkan jaminan kesehatan bagi dirinya
sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
 Mendapatkan perlindungan hukum selama
bekerja , bila pelaksanaan pelayanan
dilaksanakan sesuai dengan SOP.

Anda mungkin juga menyukai