Anda di halaman 1dari 22

ANESTESI SPINAL PADA TINDAKAN

OPERATIF APPENDEKTOMI KASUS


APPENDISITIS KRONIS EKSASERBASI
AKUT: LAPORAN KASUS

PEMBIMBING :

dr. Bambang Sutanto, Sp.An-KIC

dr. Febrian Dwi Cahyo, Sp.An M.kes

dr. Ricka Lesmana, Sp.An


PENDAHULUAN
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks yang
paling sering menyebabkan keadaan “acute abdomen”
.

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang


didasari oleh radang mendadak dari apendiks yang
disertai atau tidak disertai dengan rangsangan
peritoneum local/setempat.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika
ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan bawah
lebih dari 2 minggu dan nyeri yang dirasakan hilang
timbul.
Anestesi blok
subaraknoid atau
biasa disebut
Anestesi anestesi spinal
merupakan adalah tindakan
cabang ilmu anestesi dengan
Tatalaksana untuk kedokteran yang
apendisitis adalah memasukan obat
mendasari analgetik kedalam
apendiktomi. tindakan meliputi
Apendiktomi ruang
pemberian subaraknoid di
merupakan suatu anestesi,
tindakan bedah daerah vertebra
penjagaan lumbalis yang
dengan kategori keselamatan
operasi bersih kemudian akan
penderita ketika terjadi hambatan
terkontaminasi pembedahan,
sehingga rangsang sensoris
pengobatan mulai dari
diperlukan intensif pasien
antibiotic vertebra thorakal
gawat, terapi 4.
profilaksis. inhalasi, dan
penanggulangan
nyeri menahun.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
O Nama : Nn. a
O Jenis Kelamin : Perempuan
O Umur : 18 tahun
O Alamat : Solo
Keluhan Utama : nyeri perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang : wanita usia 18 tahun datang ke Instalasi Gawat


Darurat dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang dirasakan sejak 10 hari
yang lalu. Nyeri Bersifat hilang timbul. Keluhan mual dirasakan setiap makan dan
terkadang muntah.

Pasien mengaku pernah mendapatkan penanganan di klinik dan dirawat inap


sebanyak 2 kali tetapi tidak mengalami perubahan kondisi. Pengobatan yang sudah
diberikan di Klinik, pasien tidak tahu. Selama pengobatan di klinik tidak didapatkan
reaksi yang tidak diharapkan. Pasien belum pernah dioperasi maupun
mendapatkan pengelolaan anestesi sebelumnya.

Operasi berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Tidak terjadi komplikasi yang
berarti dan perdarahan durante operasi sebanyak 50 ml. Selesai operasi pasien
mengalami mual dan muntah cukup hebat serta didapatkan skala nyeri 6.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat serupa Disangkal

Riwayat Hipertensi Disangkal

Riwayat alergi obat/ makanan Disangkal

Riwayat operasi Disangkal

Riwayat asma Disangkal


PEMERIKSAAN
FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis (GCS 15)
Kesan Sakit : Pasien Tampak Sakit Sedang, tampak
lemas
Tanda Vital
Antopometrik = BB 60 kg TB = 160 cm

TD = 110/80 mmHg
RR = 20 kali/menit,
HR = 115 kali/menit,
Suhu = 36,30C
O Respirasi
Paru-paru : simetris (+/+), ketertinggalan gerak (-/-), fremitus paru
kanan sama dengan paru kiri, sonor di kedua lapang paru, sdv (+/+),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)

O Kardiovaskular
Jantung : ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba namun tidak
kuat angkat, batas jantung normal, BJ I/II murni regular, murmur (-)

O Abdomen : massa (-), asites (-), peristaltik (+), BU (+),


nyeri tekan Mc burney (+), turgor kulit baik

O Sistem Muskuloskeletal
1) Ekstremitas: Akral hangat (+/+), jari tabuh (-/-),
sianosis (-/-)
2) Vertebra: Memar (-), deformitas (-), bekas infeksi (-)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
USG : Gambaran appendisitis kronis
eksaserbasi akut
PRE ANESTESI
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka :
a. Diagnosis pre operatif: Appendisitis kronis eksaserbasi
akut
b. Status Operatif: ASA II
c. Jenis Operasi: Appendektomi
d. Jenis Anastesi : Spinal Anestesi
e. Penatalaksanaan yaitu :
1) Pro Appendectomi
2) Informed Consent Operasi
3) Informed Consent Pembiusan
4) Intravena fluid drip (IVFD) RL 20 tpm dengan
menggunakan IV cath no 20
PRE ANESTESI
Persiapan pasien
1) Pemeriksaan konfirmasi identitas pasien

2) Konfirmasi jenis operasi dan pemeriksaan lokasi operasi

3) Pemantauan peralatan yang menempel pada pasien (sphygmomanometer digital,


oxymetri)
4) Pemeriksaan akses IV

Persiapan Obat
Analgetik: Ketorolac, Fentanyl
Anti emetik : Ondansetron
Sedatif : Midazolam
INDUKSI ANESTESI
Anestesi spinal: Lidokain 5 % (larutan hiperbarik) 100mg
DURANTE OPERATIF
Obat
O Inj. Midazolam 3 mg IV setelah induksi anestesi
O Anti emetik : Inj Ondancetron 6 mg IV
O Analgesik : Inj Ketorolac 30 mg IV
O Inj Fentanyl 30 mcg IV
Infus
• 20 tpm
• 120cc/jam
PASCA OPERASI
o Posisi : supinasi
o Pemantauan TTV
o Keadaan pasca op :
O Mual/ muntah: Ada
O Sianosis : Tidak Ada
O Skala nyeri : 6-7
o Obat pasca op :
O Anti emetik : Inj Ondancetron 6 mg IV extra
O Analgesik : Inj. Ketorolac 30 mg / 8jam
o Terapi Cairan : Infus RL + Fentanyl 120 mcg (Dosis
continous infus 0,5-3 mcg/kgBB/jam) +
MetamizoleSodium 1gr drip infus 20 tpm
O Penilaian Pemulihan Kesadaran(berdasarkan Skor
Bromage) :
No Kriteria Score

1. Dapat mengangkat tungkai bawah 0

2. Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat mengangkat kaki 1

Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi masih dapat


3. 2
menekuk lutut

4. Tidak dapat mengangkat kaku sama sekali 3


PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA II

Pada pasien ini dilakukan operasi appendektomi, maka dokter


anestesi memilih menggunakan jenis anestesi spinal (blok
subaraknoid). Dengan indikasi anestesi blok subaraknoid yang
digunakan pada: bedah ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan
sekitar rektum perineum, bedah obstetrik-ginekologi, bedah urologi,
bedah abdomen bawah, pada bedah abdomen atas dan bawah
pediatrik biasanya dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan.

Penggunaan spinal anestesi dianggap merupakan pilihan yang tepat


karena mempunyai manfaat berupa analgesi yang adekuat pasca
operasi dan tidak memerlukan intubasi yang dapat menyebabkan
peningkatan respon simpatis dan mengakibatkan nyeri post intubasi.
Hal ini tidak seperti pada teknik general anestesi yang mengharuskan
intubasi dan ketika obat anestesi dihentikan, kemudian pasien
diekstubasi maka pasien akan langsung merasakan nyeri.
O Sebelum dilakukan operasi pasien
dipuasakan selama 8 jam, tujuan puasa
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi
lambung karena regurgitasi atau muntah
pada saat dilakukannya tindakan anestesi
akibat efek samping dari obat- obat anastesi
yang diberikan sehingga refleks laring
mengalami penurunan selama anestesia.
Pada pasien ini dilakukan operasi appendektomi

jenis anestesi spinal (blok subaraknoid)

Hal ini sesuai dengan indikasi anestesi blok


subaraknoid yang digunakan pada: bedah
ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan
sekitar rektum perineum, bedah obstetrik-
ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah
Premedikasi
O Penggunaan premedikasi pada pasien ini bertujuan
untuk menimbulkan rasa nyaman pada pasien
dengan pemberian analgesia dan mempermudah
induksi dengan menghilangkan rasa khawatir.
O Untuk memberikan cairan pre operasi diberikan
terapi cairan basal yaitu kebutuhan cairan
dewasa/kgBB yaitu 2ml/kgBB = 2 mlx 60 kg = 120
cc/jam.
O Sebelum dilakukan operasi pasien dipuasakan
selama 8 jam, tujuan puasa untuk mencegah
terjadinya aspirasi isi lambung
Durante Operasi
o Obat anestesi regional berdasarkan ikatan kimia :
O golongan ester
O golongan amide
o Pada pasien digunakan obat anestesi golongan
amide yaitu lidocain 5% dengan dosis 100mg untuk
pembedahan abdomen bagian bawah
o Berdasarkan teori lidocain lama kerjanya 1-2 jam,
onset anestesinya juga lebih cepat (5 menit).
o Untuk pemeliharaan anestesi diberikan secara
inhalasi : O2 (Oksigen) 3 liter/menit nasal canul.
o Obat sedasi : midazolam 3mg IV
o pengganti cairan tubuh : cairan kristaloid ringer
lactat untuk menjaga keseimbangan cairan selama
operasi
o Obat yang diberikan 10 menit sebelum op selesai :
O Ketorolac 0,5 mg/kgBB yaitu 0.5 x 60 = 30 mg IV
dikombinasikan dengan opioid kuat dan obat
analgesik adjuvan
O Ondancetron 0,1mg/kgBB : 6 mg IV sebagai
antiemetik
o pemantauan akhir TTV
o Pasien dibawa ke ruang, Pasien diperbolehkan
pindah ke bangsal apabila Score Bromage <2
o Obat mual dan muntah post op : tambahan
Ondancetron 6 mg IV
o Obat nyeri pasca op dengan skala nyeri VAS 6 : Injeksi
Fentanyl 30-120 mcg untuk mengatasi nyeri dan
diperkuat dengan injeksi Ketorolac 30 mg IV yang
diberikan terlebih dulu 10 menit sebelum operasi
selesai.
o Pengelolaan nyeri 24 jam pertama : Infus RL+
Fentanyl 120mcg + Metamizole Sodium 1gr drip infus
20tpm
KESIMPULAN
O Pada kasus ini, pasien terdiagnosa Apendicitis Kronis
Eksaserbasi Akut.
O dokter anestesi memilih menggunakan jenis anestesi spinal
(blok subaraknoid).
O indikasi anestesi spinal : bedah ekstremitas bawah, bedah
panggul, tindakan sekitar rektum perineum, bedah obstetrik-
ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah
O Pada pasien digunakan obat anestesi golongan amide yaitu
lidocain (hiperbarik).
O pasien diberikan injeksi Ondancetron 6 mg IV setelah pasien
mengalami mual dan muntah post op
O Pasien diberikan fentanyl 120mcg drip infus RL 20 tpm, injeksi
Ketorolac 30 mg IV/8 jam karena mengalami nyeri dengan
skala nyeri VAS 6.
O Pengelolaan nyeri pada pasien ini pada 24 jam pertama yaitu
diberikan Infus RL+ Fentanyl 120mcg + Metamizole Sodium 1gr
drip infus 20tpm

Anda mungkin juga menyukai