Anda di halaman 1dari 12

ANTRAKS

Jean Ivana L. Bayo


1707010377
Pengertian

Apa itu Antraks ?

Antraks adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh


bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini dapat menyerang
hewan domestik maupun liar, terutama hewan herbivora,
seperti sapi, domba, kambing, beberapa spesies unggas dan
dapat menyerang manusia (zoonosis).
Sinonim Etiologi

 Malignant carbuncle Bacillus anthracis


Wolslrters’ disease
 Radang kura
 Radang limfa
Distribusi Geografis

 Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia, kejadiannya di beberapa


daerah bersifat enzootik dan sporadik.
 Di Indonesia antraks pertama kali diberitakan oleh Javasche Courant
terjadi pada kerbau di Telukbetung (Sumatra) pada tahun 1884.
 Koran KolonialVerslag memberitakan antraks terjadi di Buleleng
(Bali), Rawas (Palembang), dan Lampung pada tahun 1885.
 Daerah endemis antraks di Indonesia tercatat ada 11 provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, JawaTengah,Yogyakarta, NTB, NTT, Sumatra
Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua
(DEPdKES RI, 2004).
Gejala
Pada Manusia Pada Hewan

 Antraks Kulit Antraks


Antraks bentuk perakut
Pencernaan Antraks
Antraks bentuk akut
Pernapasan Antraks
bentuk kronis
Kejadian dan Penyakit pada Manusia dan
Hewan
 Kejadian pada Manusia
Terjadinya infeksi pada manusia terkait erat dengan munculnya kejadian penyakit
pada hewan peliharaan. Antraks pada manusia umumnya terjadi di daerah
enzootik di antara negara-negara berkembang yang berhubungan dengan
peternakan, memakan makanan yang kurang cukup dimasak dari hewan
terinfeksi, atau bekerja pada perusahaan di mana wol, kulit kambing, dan
bulunya disimpan dan diproses.
 Kejadian pada Hewan
Antraks pada hewan umumnya terjadi di daerah enzootik yang belum ditunjang
oleh adanya program control yang memadai.
 Penyakit pada Manusia
Masa inkubasinya pada manusia berkisar antara 2-5 hari. Bentuk klinisnya
ada 3 bentuk kutaneus, pulmonary atau respiratorius, dan bentuk gastrointestinal.
 Penyakit pada Hewan
Penyakit pada hewan terdapat dalam 3 bentuk yaitu, bentuk perakut, bentuk
akut dan sub-akut, serta bentuk kronis.
Sumber Infeksi
Pada manusia infeksi biasanya berawal dari hewan terinfeksi,
produk hewan yang terkontaminasi, atau dari lingkungan
yang terkontaminasi oleh spora antraks. Antraks bentuk kulit
dikaitkan dengan inokulasi bakteri pada saat pengulitan atau
pemotongan hewan atau akibat adanya kontak dengan kulit
atau wol. Adanya kerusakan dari kulit akan mempercepat
terjadinya penularan. Adanya produk yang berasal dari bulu
yang terkontaminasi misalnya : sikat, tepung tulang, mungkin
merupakan sumber penularan selama bertahun-tahun.
Penularan dari binatang ke manusia dapat pula akibat dari
gigitan insekta yang bertindak sebagai vektor mekanik,
namun kasus sejenis belum banyak dilaporkan.
Pada hakekatnya antraks adalah "penyakit
tanah", yang berarti bahwa penyebabnya terdapat
di dalam tanah, kemudian bersama makanan atau
minuman masuk ke dalam tubuh hewan. Pada
manusia infeksi dapat terjadi lewat kulit, mulut
atau pernafasan. Antraks tidak lazim ditularkan
dari hewan yang satu kepada yang lain secara
langsung.

Cara Penularan
Spesimen Diagnosa

Untuk pemeriksaan antraks kulit, bahan diambil dari lesi


yang baru dengan usap kapas. Jika lesi telah menjadi eschar, tepi
lesi diangkat dan bahan diambil dari bawah lesi. Eksisi eschar tidak
diperbolehkan karena mempermudah terjadinya antraks sistemik.
Untuk antraks intestinal, bahan yang diambil berupa feses. Jika
diperlukan, bahan dapat berupa darah. Namun untuk bahan berupa
darah, seharusnya diambil sebelum pemberian antibiotik. Selain
untuk pembiakan, darah atau serum dipakai untuk pemeriksaan
serologi. Untuk itu diperlukan serum berpasangan yang diambil
dengan interval waktu paling sedikit 10 hari. Untuk bahan post
mortem, bahan berupa darah, cairan berdarah dari hidung, anus
atau mulut harus diambil. Jika perlu dapat pula diambil cairan
peritoneal, limfa dan kelenjar getah bening mesenterik dengan
cara aspirasi.
Pemeriksaan atau pengujian spesimen di laboratorium adalah untuk
meneguhkan diagnosa yang dibuat berdasarkan gejala klinis. Pengujian yang
dilakukan pada dasarnya merupakan deteksi agen penyakit dan deteksi antibodi.
Pengiriman spesimen dari suatu tempat ke laboratorium pemeriksaan juga perlu
diperhatikan karena dapat mempunyai resiko penyebaran agen penyakit.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit anthraks (Ditjen
PKH 2016) diantaranya :

 Hewan/ternak divaksin secara rutin setiap tahun sesuai rekomendasi instansi


berwenang.
 Hindarkan kontak langsung dengan hewan yang dicurigai terinfeksi antraks.
 Apabila akan menambah jumlah ternak baru, Standard Operasional Prosedur (SOP) dan
aturan dari instansi berwenang harap dipatuhi.
 Daging hendaknya dimasak hingga benar-benar matang.
 Ketika menjumpai daging berlendir, berbau dan berwarna kusam harap dilaporkan.
 Ketika seseorang mengalami gejala abnormal yang kuat mengarah gejala antraks
segera memeriksakan diri di fasilitas kesehatan/rumah sakit terdekat.
 Hewan ternak yang diduga terjangkit penyakit antraks harus dipisah dari hewan-
hewan yang sehat. Apabila hewan yang diduga terjangkit antraks sudah mati dan
menjadi bangkai tidak boleh dilakukan autopsi ataupun pembedahan.
 Bangkai hewan dibakar atau dikubur yang dalam.

Pencegahan Antraks
Pengobatan
Antraks

Pengobatan penyakit antraks dapat dilakukan dengan


pengobatan intravena (IV) pada dewasa dengan Ciprofloxacin
400 mg IV bd (dua kali sehari) atau doksisiklin 100 mg IV bd
ditambah 1 atau 2 antibiotik lainnya lalu beralih ke
pengobatan oral bila sesuai secara klinis, ciprofloxacin 500
mg bd atau doksisiklin 100 mg bd untuk melengkapi 60 hari.
Pada anak yaitu dengan pemberian Ciprofloxacin 10-15 mg
IV bd dan Doksisiklin > 8 tahun > 45 kg: 100 mg IV bd 8
tahun < 45 kg atau < 8 tahun: 2,2 mg / kg bd +1 atau 2
antibiotik lainnya lalu beralih ke antibiotik oral bila sesuai
secara klinis. Ciprofloxacin 10-15 mg / kg bb atau doksisiklin
(rejimen dosis yang sama) sampai selesai 60 hari.

Anda mungkin juga menyukai