Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENDERITA

KARSINOMA NASOFARING DENGAN HASIL PEMERIKSAAN


HISTOPATOLOGI BERDASARKAN KLASIFIKASI WHO DI RSUP
DR. M.DJAMIL PADANG
Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

Septiriani Aryetti
1510312031

Pembimbing 1: dr. Aswiyanti Asri, Msi.Med, Sp.PA


Pembimbing 2: dr. Al Hafiz, Sp.THT-KL (K), FICS
Penutup
BAB 4
BAB 3
BAB 2
BAB 1

BAB 4

BAB 3
BAB 1

BAB 2

Pembuka
BAB 1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Kota Zhongsan,
Provinsi
Guangdong, Cina
Selatan
(28,3/100000)

Pembuka
Penutup

BAB 1
Karsinoma nasofaring merupakan salah satu jenis
BAB 4
BAB 3
BAB 2

kanker kepala dan leher yang paling sering terjadi.


Prevalensi tertinggi: (Adham M dkk, 2012)
KNF ini terbilang unik
DUNIA
karena 2012:
1.memiliki
Cina pola
86.691
distribusi kasus
epidemiologi
2. Indonesia
50.831 (58,6%)bergantung
kematian
yang bervariasi
kepada3.ras,
Vietnam
letak geografi,
4. India
genetik, sosial, dan
lingkungan
5. Malaysia
(Adham M dkk, 2017)
(WCRJ, 2018)
BAB 1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Di Indonesia Insidensi:
6/100000 (1000org/bln)
Kanker Serviks 2012: 13.084 kasus dengan
7.391 kematian

Pembuka
Penutup

BAB 1
Kanker Payudara
BAB 4
BAB 3
BAB 2

(WCRJ, 2018)

Kanker Paru

Kanker Nasofaring

Di Sumbar?

2006-2008 : 45 kasus di Sumbar (Yenita dkk, 2016)


2010-2013 : 44 kasus di RSUP Dr. M. Djamil
Padang (Faiza, 2016)
BAB 1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

7.391 Kematian - Sulitnya deteksi dini


Letak yang tersembunyi

Pembuka
Gejala yang tidak spesifik
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

(Wijaya FO dkk, 2017)


• Gangguan pendengaran
unilateral (60,6%)
• Obstruksi nasal
• Epistaksis
• Sefalgia
• Tinnitus
• Diplopia
• Cranial Nerve Palsy
• Pembengkakan KGB unilateral
ataupun bilateral (Adham M dkk, 2012)
BAB 1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
5 year survival rate:
Stadium I 80%
Stadium Stadium II 60%
(American Joint Committee
Stadium III 30-40%
on Cancer 2018)

Pembuka
Penutup

Stadium IVa

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

Stadium IVb
Stadium IVc 10%
BAB 1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Tipe Histopatologi PENTING
- Keratinazing squamous cell carcinoma Tatalaksana
(WHO tipe 1) Prognosis
- Differentiated nonkeratinazing
squamous cell carcinoma (WHO tipe 2)

Pembuka
Penutup

- Undifferentiated nonkeratinazing

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

squamous cell carcinoma (WHO tipe 3)


- Basaloid Carcinoma

Walaupun pengklasifikasian tipe histopatologi KNF ini sangat


penting, masih jarang penelitian yang dilakukan mengenai analisis faktor
atau hal apa saja yang berhubungan dengan perbedaan tipe histopatolgi,
dan bahkan belum ada penelitian yang membahas apakah perbedaan dari
tipe histopatologi ini akan mempengaruhi karakteristik luaran dari
masing-masing penderita KNF, seperti gejala klinis yang ditimbulkan
ataupun stadium pada penderita.
BAB 1. PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara karakteristik

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

penderita karsinoma nasofaring (gejala klinis


dan stadium) dengan hasil pemeriksaan tipe
histopatologi berdasarkan klasifikasi WHO di
RSUP Dr. M.Djamil Padang
BAB 1. PENDAHULUAN

TUJUAN PENELITIAN
TUJUAN UMUM: TUJUAN KHUSUS

Penelitian ini 1. Mengidentifikasi data beserta karakteristik


bertujuan untuk penderita karsinoma nasofaring di RSUP Dr. M.
mengetahui Djmail Padang, berupa umur, jenis kelamin,

Pembuka
Penutup

hubungan antara gejala klinis, dan stadium

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2

karakteristik
penderita karsinoma 2. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan
nasofaring (gejala histopatologi berdasarkan klasifikasi WHO
klinis dan stadium) pada penderita karsinoma nasofaring di RSUP
dengan hasil Dr. M. Djmail Padang
pemeriksaan
histopatologi 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik
berdasarkan penderita karsinoma nasofaring (gejala klinis
klasifikasi WHO di dan stadium) dengan hasil pemeriksaan
RSUP Dr. M. Djamil histopatologinya berdasarkan klasifikasi WHO
Padang. di RSUP Dr. M. Djamil Padang
BAB 1. PENDAHULUAN

MANFAAT PENELITIAN
INSTITUSI PERKEMBANGAN ILMU
MASYARAKAT PENGETAHUAN
Hasil penelitian ini
Hasil penelitian ini Hasil penelitian ini
diharapkan dapat
diharapkan bisa diharapkan bisa
memberikan memperkaya
memberikan

Pembuka
Penutup

informasi kepada

BAB 1
pengetahuan di bidang
BAB 4
BAB 3
BAB 2

informasi kepada
kalangan akademisi patologi anatomi dan
masyarakat akan
medis dan tenaga THT-KL, dan bisa
pentingnya deteksi
medis mengenai dijadikan sebagai
dini karsinoma referensi dalam
hubungan antara
nasofaring yang penelitian selanjutnya
karakteristik
berhubungan dengan terkait hubungan
penderita karsinoma
upaya pencegahan antara berbagai
nasofaring dengan
dengan mengetahui karakteristik ataupun
hasil pemeriksaan faktor risiko lain dari
tingkat risiko diri dari
histopatologi karsinoma nasofaring
masing-masing tipe
berdasarkan terhadap tipe
karsinoma nasofaring
klasifikasi WHO histopatologinya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI NASOFARING

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
Potongan mid-sagital dari nasofaring beserta
struktur di sekitarnya (Faisal, 2012)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HISTOLOGI NASOFARING

Dinding dalam nasofaring terutama dibentuk oleh jenis epitel:

• Epitel berlapis gepeng (stratified squamos epithelium) (60%)

Pembuka
• Pseudostratified columnar respiratory epithelium (epitel

BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
respirasi)
• Epitel intermediet atau epitel transisi.

(Firdaus, 2012)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

KARSINOMA NASOFARING -
EPIDEMIOLOGI
• Secara global, kejadian KNF merupakan 0,6% dari semua
kasus kanker (urutan ke 23). Dengan 87.000 kasus / tahunnya.
(Ferlay J dkk, 2015)
• Prevalensi tertinggi : Asia tenggara, micronesia/polynesia, dan

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
Afrika Utara. (Helshappa RA, 2017)
• Lebih sering terjadi pada laki-laki dengan ratio 2,3:1. (UICC,
2014).
• Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo:
Laki-laki:perempuan = 2,4, tertinggi terjadi pada etnis
Jawa, dan lebih sering terjadi pada usia muda (20%
juvenile cases).(Adham M dkk, 2012)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Faktor
Lingkunga

Pembuka
n

BAB 1
Virus
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
Faktor
Epstein
Genetik
Barr

KNF
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PATOGENESIS

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
(Zeng M dkk, 2010)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HISTOPATOLOGI

Pembuka
Differentiat Undifferentia

BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
Keratinazing ed non ted non
squamous keratinizing keratinazing
cell squamous Basaloid
squamous
carcinoma cell Carcinoma
cell
carcinoma carcinoma
(WHO 1)
(WHO 2) (WHO 3)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

GEJALA KLINIS
Gejala
Gejala Kelumpuhan
Gejala Telinga Gejala Leher
Nasofaring Saraf Kranial
• Epistaksis • Otitis media • Pembesaran • Diplopia

Pembuka
serosa KGB bilateral • Strabismus

BAB 1
• Obstruksi nasal
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
• Tinnitus (sering) • Neuralgia
• Obstruksi jalan
ataupun trigeminal
makan • Rasa tidak
unilateral dan parestesi
• Post Nasal Drip nyaman hingga
otalgia wajah
• Ptosis, fiksasi
• Tuli unilateral
bola mata
• dll
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

Pembuka
PEMERIKSAAN

BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
PEMFIS SEROLOGI

PEMERI
ANAMNESIS
DIAGNO KSAAN
SIS HISTOPA
TOLOGI
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

STADIUM
TUMOR PRIMER (T)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tidak ada tumor yang teridentifikasi, namun terdapat keterlibatan EBV-positif pada KGB servikal
TI Tumor terbatas pada nasofaring, atau meluas ke orofaring dan atau rongga hidung tanpa perluasan
ke parafaring
T2 Tumor dengan perluasan ke parafaring, dan atau keterlibatan jaringan lunak (pterygoid medial,

Pembuka
pterygoid lateral, otot prevertebral)

BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
T3 Tumor melibatkan struktur tulang dasar tengkorak, vertebra servikal, struktur pterygoid, dan atau
sinus paranasal
T4 Tumor dengan perluasan intrakranial, keterlibatan dari nervus kranial, hipofaring, orbit, kelenjar
paratiroid, dan atau perluasan menginfiltrasi jaringan lunak hingga bagian lateral dari otot
pterygoid lateral
NODUS LIMFA REGIONAL (N)
NX KGB regional tidak bisa diperiksa
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
N1 Metastasis unilateral pada KGB servikal, dan atau metastasis unilateral ataupun bilateral di KGB
retrofaringeal, ukuran ≤6 cm, diatas batas kaudal dari kartilago krikoid
N2 Metastasis bilateral di KGB servikal dengan ukuran ≤6 cm, diatas batas kaudal dari kartilago
krikoid
N3 Metastasis unilateral ataupun bilateral di KGB servikal, ukuran >6 cm, dan atau ekstensi hingga
ke batas kaudal dari kartilago krikoid
METASTASIS JAUH (M)
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh (AJCC, 2018)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

STADIUM
STADIUM
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T1, T0 N1 M0

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
T2 N0 M0
T2 N1 M0
Stadium III T1,T0 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N0 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IVA T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IVB T apapun N3 M0
Stadium IVC T apapun N apapun M1

(AJCC, 2018)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

TATALAKSANA

• Radioterapi
• Kemoterapi

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
• Terapi Bedah
• Terget Terapi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PROGNOSIS

Five year survival rates

Pembuka

BAB 1
Stadium I : 80%
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
• Stadium II : 60%
• Stadium III, IVa, IVb : 30-40%
• Stadium IVc : 10%
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA TEORI
Faktor Genetik: Infeksi kronis virus Epstein
Faktor Lingkungan: Barr
- Umur
- Jenis Kelamin - Ikan asin
- HLA kelas 1 - Makanan diawetkan
- Perubahan gen pada kromosom 3p - Formaldehid
dan 9p21 - Merokok
- dll - Inhalasi zat tertentu
- Kurangnya konsumsi buah dan
sayur

Pembuka
- dll

BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
Karsinogenesis

Diagnosis

Anamnesis (Gejala Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Pemeriksaan Fisik
Klinis) radiologi serologi Histopatologi

WHO I
KARSINOMA NASOFARING
WHO II
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA TEORI
Diagnosis

Anamnesis (Gejala Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Pemeriksaan Fisik
Klinis) radiologi serologi Histopatologi

Pembuka
BAB 1
BAB 5
BAB 4
BAB 3

BAB 2
WHO I
KARSINOMA NASOFARING
WHO II

WHO III
Stadium
Basaloid
Carcinoma

Tatalaksana:
- Radioterapi
- Kemoterapi
- Terapi Bedah
- Target Terapi

Prognosis
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERANGKA KONSEPTUAL

Gejala Klinis
KARSINOMA
NASOFARING
Stadium

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4

BAB 3
BAB 2
Tipe Histopatologi:
- WHO tipe I
- WHO tipe II
- WHO tipe III
- Basaloid Carcinoma

Ket:
Hubungan yang diteliti
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HIPOTESIS PENELITIAN
- Tidak terdapat hubungan antara gejala klinis penderita
H0 karsinoma nasofaring dengan hasil pemeriksaan histopatologi
berdasarkan klasifikasi WHO di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hipotesis
Null (H0) - Tidak terdapat hubungan antara stadium penderita
karsinoma nasofaring dengan hasil pemeriksaan histopatologi

Pembuka
Penutup

BAB 1
berdasarkan klasifikasi WHO di RSUP Dr. M. Djamil Padang
BAB 4

BAB 3
BAB 2
- Terdapat hubungan antara gejala klinis penderita karsinoma
nasofaring dengan hasil pemeriksaan histopatologi berdasarkan
klasifikasi WHO Ha
di RSUP Dr. M. Djamil Padang Hipotesis
Alternatif
- Terdapat hubungan antara stadium penderita karsinoma (Ha)
nasofaring dengan hasil pemeriksaan histopatologi berdasarkan
klasifikasi WHO di RSUP
Dr. M. Djamil Padang
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik


dengan metode cross sectional, dan

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
pengambilan data dilakukan secara retrospektif
dengan data sekunder dari rekam medis pasien
yang didiagnosis sebagai karsinoma nasofaring
di RSUP Dr. M. Djamil Padang dan juga
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

TEMPAT WAKTU

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
RSUP Dr. M. Segera setelah
Djamil proposal
Padang dan disahkan
(Oktober-
Lab PA FK
Desember
Unand
2018)
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL

POPU
SAMPEL
LASI

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
Semua pasien di bagian THT-KL RSUP Sampel dalam penelitian ini diambil
Dr. M. Djamil Padang yang telah dengan menggunakan teknik Total
didiagnosis sebagai karsinoma Sampling.
nasofaring melalui konfirmasi Dengan demikian diperoleh jumlah
pemeriksaan histopatologi di sampel sama dengan jumah populasi
laboratorium Patologi Anatomi yang memenuhi kriteria inklusi dan
Fakultas Kedokteran Universitas eksklusi.
Andalas selama periode 1 Juli 2015 -
31 Juni 2018
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL


KRITERIA SAMPEL
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

• Pasien yang didiagnosis sebagai

Pembuka
karsinoma nasofaring di bagian THT-
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
KL RSUP Dr. M. Djamil Padang yang Pasien yang didiagnosis
telah dikonfirmasi secara histopatologi sebagai karsinoma
di bagian Patologi Anatomi Fakultas nasofaring di bagian
Kedokteran Universitas Andalas. THT-KL RSUP Dr. M.
Djamil Padang namun
• Pasien yang memiliki kelengkapan data tidak memiliki
rekam medis berupa identitas (nama, kelengkapan data
umur, jenis kelamin), gejala klinis seperti yang disebutkan
berupa keluhan utama, stadium, serta dalam kriteria inklusi.
hasil pemeriksaan histopatologi dengan
klasifikasi berdasarkan WHO.
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

VARIABEL PENELITIAN

INDEP DEP
ENDEN ENDEN

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
Hasil Pemeriksaan • Gejala Klinis
Histopatologi • Stadium
berdasarkan berdasarkan
klasifikasi WHO AJCC 2018
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

DEFINISI OPERASIONAL
1. Gejala klinis
Gejala klinis ialah gangguan kesehatan berupa ketidaknyamanan
yang dialami oleh pasien. Dalam penelitian ini, data yang digunakan ialah
keluhan utama pasien, yaitu berupa gejala klinis paling dominan yang
dijumpai pada masing-masing pasien karsinoma nasofaring.

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
Cara ukur : menggunakan data gejala klinis yang tertera di
rekam medis
Alat ukur : rekam medis
Hasil ukur : dikelompokkan berdasarkan 4 kelompok:
a. Gejala nasofaring
b. Gejala telinga
c. Gejala leher
d. Gejala kelumpuhan saraf kranial
Skala ukur : nominal
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

DEFINISI OPERASIONAL
2.Stadium
Stadium merupakan keterangan yang menunjukkan tingkat
keparahan dari karsinoma nasofaring.

Cara ukur : menggunakan data stadium yang tertera di rekam

Pembuka
Penutup

BAB 1
medis

BAB 4
BAB 3
BAB 2
Alat ukur : rekam medis
Hasil ukur : berdasarakan klasifikasi AJCC edisi kedelapan
tahun 2018
a. Stadium 0
b. Stadium I
c. Stadium II
d. Stadium III
e. Stadium IVa
f. Stadium IVb
g. Stadium IVc
Skala ukur : ordinal
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

DEFINISI OPERASIONAL
3. Klasifikasi Histopatologi
Klasifikasi histopatologi merupakan pembagian karsinoma
nasofaring berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi di
laboratorium patologi anatomi

Pembuka
Penutup

BAB 1
Cara ukur : menggunakan data tipe histopatologi yang tertera

BAB 4
BAB 3
BAB 2
di rekam medis
Alat ukur : rekam medis
Hasil ukur : berdasarakan klasifikasi WHO
a. WHO tipe 1
b. WHO tipe 2
c. WHO tipe 3
d. Basaloid Carcinoma
Skala ukur : nominal
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN
Rekam Medis RSUP
Dr. M. Djamil Padang

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
CARA PENGAMBILAN DATA
Data diambil dari rekam medis pasien yang dijadikan
sampel penelitian sebagai data sekunder. Data dicatat
kemudian dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan
penelitian
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN DATA

Pembuka
Penutup

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
Editing Coding Entry Data
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DATA

Univariat
• Untuk mendeskripsikan masing-masing variabel

Pembuka
Penutup

• Hasil olahan data akan ditampilkan dalam bentuk

BAB 1
BAB 4
BAB 3
BAB 2
tabel distribusi

Bivariat
• Untuk mendapatkan ada atau tidaknya hubungan
antara gejala klinis dengan tipe histopatologi, serta
antara stadium dengan tipe histopatologi
• Proses analisis data ini menggunakan uji statistik Chi
Square
Terima Kasih..

Penutup
BAB 4
BAB 3
BAB 2
BAB 1
Pembuka

Anda mungkin juga menyukai