Anda di halaman 1dari 15

pengertian

• Caisson disease disebut juga Bends, Compressed air


illness, Diver,s palsy, dysbarism dan aeroembolism.
Tetapi istilah itu sudah jarang digunakan. Pertama kali
penyakit ini ditemukan oleh Triger pada tahun 1841.
• Caisson disease (CD) atau decompression sickness
adalah suatu penyakit atau kelainan-kelainan yang
diakibatkan oleh penurunan tekanan dengan cepat
disekitarnya sehingga memicu pelepasan dan
pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase
larut dalam darah atau jaringan.
klasifikasi
Caisson disease diklasifikasikan menjadi dua tipe.
 Tipe I yang lebih ringan, tidak mengancam nyawa,
dan ditandai dengan rasa nyeri pada persendian
dan otot-otot serta pembengkakan pada
limfonodus.
 Caisson disease tipe II merupakan masalah serius
dan dapat menyebabkan kematian.
Manifestasinya bisa berupa gangguan respirasi,
sirkulasi, dan biasanya gangguan nervus perifer
dan / atau gangguan susunan saraf pusat.
etiologi
Penyakit dekompresi biasanya diakibatkan oleh pembentukan
gelembung gas, yang dapat menyebar ke seluruh tubuh, yang
menyebabkan berbagai macam gangguan.
• gelembung gas yang terbentuk di punggung atau
persendian dapat menyebabkan nyeri terlokalisir (the
bends).
• Gelembung gas pada jaringan medulla spinalis atau pada
nervus perifer dapat menyebabkan paraestesia,
neuropraxia, atau paralisis.
• gelembung gas yang terbentuk pada system sirkulasi dapat
mengakibatkan emboli gas pada pulmonal atau serebrum.
Tanda gejala
Tipe I CD ditandai dengan satu atau beberapa dari gejala berikut :
• Rasa nyeri ringan yang menetap setelah 10 menit onset (niggles),
• Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau
terbakar pada kulit, dan
• Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai
marmer atau papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus
tertentu yang jarang menyerupai kulit jeruk.

Tipe II Caisson disease ditandai oleh :


• Gejala gangguan pada paru,
• Syok hipovolemik, atau
• Gangguan pada sistem saraf.
Diagnosa
Diagnosis caisson disease dapat ditegakkan melalui
pertanyaan anamnesa mengenai riwayat menyelam
penderita sebelumnya (dalam waktu 24 jam
terakhir) dan dari pemeriksaan fisis, didapatkan
gejala-gejala caisson disease. Pemeriksaan
penunjang lain yang dapat dilakukan untuk
menentukan diagnosis caisson disease adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi (mis: Radiografi, USG
Doppler, foto thoraks)
3. Elektrokardiogram (EKG)
penatalaksanaan
• Untuk penatalaksanaan pada pasien Caisson
Disease, pertama-tama yang harus dilakukan
adalah mempertahankan jalan napas dengan
menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi.
Pasien harus ditempatkan dalam posisi
terlentang.
komplikasi
• Komplikasi yang dapat timbul akibat Caisson
Disease adalah kelumpuhan, nekrosis
miokard, dan cedera iskemik lainnya mungkin
terjadi apabila tidak segera dilakukan
recompression.
Askep kasus
Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam keadaan
tidak sadar. Rekan pasien yang mengantar mengatakan 30 menit yang
lalu pasien menyelam di pantai dan setelah dipermukaan tidak lama
kemudian pasien pingsan. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami
kelemahan ekstremitas bawah setelah menyelam, sesak, nyeri pada
persendian, dan nyeri kepala, dan mati rasa pada ekstremitas bawah.

Hasil tanda-tanda vital didapatkan,


• TD : 90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N: 100x/mnt, S : 35,50C. Hasil lab
didapatkan, Leukosit 8.200/ul, Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%,
Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl. Tampak
parapharese inferior, aktivitas pasien selalu dibantu keluarga, napas
cepat. Hasil radiologi, foto thorax terdapat emboli pada paru-paru.
Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis dan diafisis sum-sum
tulang. Kekuatan otot :
Data fokus
Data subjektif Data objektif
1. Rekan pasien yang mengantar 1. Hasil tanda-tanda vital didapatkan, TD :
mengatakan 30 menit yang lalu 90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N: 100x/mnt, S :
pasien menyelam di pantai. 35,50C.
2. Setelah dipermukaan tidak lama 2. Tampak parapharese inferior, aktivitas
kemudian pasien pingsan. pasien selalu dibantu keluarga, napas cepat.
3. Pasien mengeluh mengalami Hasil radiologi, foto thorax terdapat emboli
kelemahan ekstremitas bawah pada paru-paru.
setelah menyelam. 3. Hasil radiologi, foto thorax terdapat emboli
4. Sesak pada paru-paru.
5. Nyeri pada persendian. 4. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik
6. Nyeri kepala metafisis dan diafisis sum-sum tulang.
7. Mati rasa pada ekstremitas 5. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.2000/ul,
bawah Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit:
198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl
6. Kekuatan otot :
Analisis data
Data fokos problem Etiologi

DATA SUBJEKTIF Ketidakefektifan pola Gangguan


1. Rekan pasien yang mengantar napas neuromuscular
mengatakan 30 menit yang lalu pasien
menyelam di pantai
2. Setelah dipermukaan tidak lama
kemudian pasien pingsan
3. Setelah sadar pasien mengeluh sesak
DATA OBJEKTIF
1. Hasil TTV: RR: 24x/mnt
2. Napas klien tampak cepat.
3. Hasil radiologi, foto thorax terdapat
emboli pada paru-paru
Data fokus Problem Masalah
DATA SUBJEKTIF Hambatan Gangguan
1. Rekan pasien yang mengantar mengatakan 30 mobilitas fisik neuromuscular
menit yang lalu pasien menyelam di pantai
2. Setelah dipermukaan tidak lama kemudian pasien
pingsan
3. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami
kelemahan ekstremitas bawah setelah menyelam
4. Klien mengeluh nyeri pada persendian
5. Klien mengeluh nyeri kepala
6. Klien mengeluh mati rasa pada ekstremitas bawah

DATA OBJEKTIF
1. Hasil TTV : TD : 90/80mmHg, N: 100x/mnt, S :
35,50C
2. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.2000/ul, Eritrosit:
5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit: 198.000/ul,
Glukosa test: 111mg/Dl.
3. Tampak parapharese inferior
4. Aktivitas pasien selalu dibantu keluarga,
5. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis dan
diafisis sum-sum tulang
6. Kekuatan otot:
Diagnosa keperawatan
1. Ketidaefektifan pola napas b.d gangguan
neuromuscular
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
neuromuskula
RENCANA KEPERAWATAN
Hari, Diangnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
tanggal/ keperawatan
jam
Ketidaefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
1. Posisikan pasien untuk
napas b.d gangguan keperawatan selama 3×15 memaksimalkan ventilasi
neuromuskular menit. Masalah ketidakefektifan 2. Auskultasi suara napas
pola napas teratasi. Dengan 3. Monitor status pernapasan
kriteria hasil: dan oksigenasi
4. Observasi RR
1. Keluhan sesak berkurang Monitor pernapasan
2. Hasil TTV dalam batas 1. Monitor kecepatan, irama,
normal, RR: 16-24x/mnt kedalaman dan kesulitan
bernafas
3. Hasil foto thorax, emboli 2. Catat pergerakan dada,
tidak ada atau berkurang ketidaksimetrisan, penggunaan
4. Tidak ada penggunaan otot- otot-otot bantu nafas
otot bantu nafas 3. Monitor pola nafas
4. Monitor saturas oksigen
5. Tidak ada pengunaan nafas Kolaborasi
cuping hidung 1. Dengan dokter dalam
pemberian terapi oksigen
Hari, Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
tanggal/ keperawatan
jam

Imobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan mekanika tubuh


gangguan keperawatan selama 7×24 1. Kaji komitmen pasien untuk
neuromuskular jam. Masalah hambatan belajar dan menggunakan
postur tubuh yang benar
mobilitas fisik teratasi.
2. Kaji pemahaman pasien
Dengan kriteria hasil: tentang mekanika tubuh yang
1. Dapat menggerakkan benar
ekstremitas bawah 3. Bantu untuk menghindari
2. Nyeri sendi berkurang duduk dengan posisi yang
atau hilang. sama dalam jangka waktu
3. Hasil MRI tidak terdapat yang lama.
nekrosis iskemik 4. Sediakan tempat tidur
berketinggian rendah
4. Kekuatan otot :
5. Mengajarkan pasien cara
5. Mati rasa pada melakukan latihan gerak pasif.
ekstremitas berkurang kolaborasi
atau hilang 1. Dengan dokter dan
fisioterpi untuk terapi
hyperbaric

Anda mungkin juga menyukai