Anda di halaman 1dari 9

Sejarah

Kelompok 9 : - Dede Devrian


- Efrim Marlinandy
C. Integrasi Timor-Timur
Integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah Indonesia tidak terlepas dari
situasi politik internasional saat itu, yaitu perang dingin dimana
konstelasi geopolitik kawasan Asia Tenggara saat itu terjadi perebutan
pengaruh dua blok yang sedang bersaing pada saat itu yaitu Blok
Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) .
 Kemenangan komunis di Indocina (Vietnam) secara tidak langsung
juga membuat khawatir para elit Indonesia (khususnya pihak
militer). Pada saat yang sama di wilayah koloni Portugis (Timor-
Timur) yang berbatasan secara langsung dengan wilayah
Indonesia terjadi krisis politik.
 Krisis itu sendiri terjadi sebagai dampak kebebasan yang diberikan
oleh pemerintah baru Portugal di bawah pimpinan Jenderal
Antonio de Spinola. Ia telah melakukan perubahan dan berusaha
mengembalikan hak-hak sipil, termasuk hak demokrasi
masyarakatnya, bahkan dekolonisasi.
Partai-Partai

 Di Timor-Timur muncul tiga partai politik besar yang


memanfaatkan kebebasan yang diberikan oleh pemerintah
Portugal. Ketiga partai politik itu adalah:
 (1) Uniao Democratica Timorense (UDT-Persatuan Demokratik Rakyat
Timor) yang ingin merdeka secara bertahap. Untuk tahap awal UDT
menginginkan Timor-Timur menjadi negara bagian dari Portugal
 (2) Frente Revoluciondria de Timor Leste Independente (Fretilin-Front
Revolusioner Kemerdekaan Timor-Timur) yang radikal –Komunis dan ingin
segera merdeka; dan
 (3) Associacau Popular Democratica Timurense (Apodeti- Ikatan
Demokratik Popular Rakyat Timor) yang ingin bergabung dengan
Indonesia. Selain itu terdapat dua Partai kecil, yaitu Kota dan Trabalista.
Ketiga partai tersebut saling bersaing, bahkan timbul konflik berupa
perang saudara.
Keinginan Untuk Bergabung
 Pada tanggal 31 Agustus 1974 ketua umum Apodeti, Arnaldo dos Reis
Araujo, menyatakan partainya menghendaki bergabung dengan
Republik Indonesia sebagai provinsi ke-27. Pertimbangan yang diajukan
adalah rakyat di kedua wilayah tersebut mempunyai persamaan dan
hubungan yang erat, baik secara historis dan etnis maupun geografis.
Pernyataan tokoh Apodeti itu mendapat respons yang cukup positif dari
para elit politik Indonesia, terutama dari kalangan elit militer
Meskipun demikian, pemerintah Indonesia
tidak serta merta menerima begitu saja
keinginan orang-orang Apodeti.
 Keterlibatan Indonesia secara langsung di Timor-Timur terjadi setelah
adanya permintaan dari para pendukung “Proklamasi Balibo”, yang terdiri
UDT bersama Apodeti, Kota dan Trabalista. Keempat partai itu pada
tanggal 30 November 1975 di kota Balibo mengeluarkan pernyataan untuk
bergabung dengan pemerintahan Republik Indonesia.
 Pada tanggal 31 Mei 1976 DPR Timor-Timur mengeluarkan petisi yang isinya
mendesak pemerintah Republik Indonesia agar secepatnya menerima
dan mengesahkan bersatunya rakyat dan wilayah Timor Timur ke dalam
Negara Republik Indonesia.
Operasi Seroja
 Atas keinginan bergabung rakyat Timor Timur dan permintaan bantuan yang
diajukan, pemerintah Indonesia lalu menerapkan “Operasi Seroja” pada
Desember 1975. Operasi militer ini diam-diam didukung oleh Amerika Serikat (AS)
yang tidak ingin pemerintahan komunis berdiri di Timor Timur. Pada masa itu
Perang Dingin antara AS dengan Uni Sovyet yang komunis memang tengah
berlangsung.
 Bersamaan dengan operasi-operasi keamanan yang dilakukan, pemerintah
Indonesia dengan cepat juga menjalankan proses pengesahan Timor Timur ke
dalam wilayah Indonesia dengan mengeluarkan UU no. 7 Tahun 1976 tentang
Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dan pembentukan Daerah Tingkat I Timor Timur.
Keputusan akhir

 Pengesahan ini akhirnya diperkuat melalui Tap MPR nomor IV/MPR/1978. Timor
Timur secara resmi menjadi propinsi ke 27 di wilayah negara kesatuan Republik.
 Negara-negara tetangga dan pihak Barat, termasuk Amerika Serikat dan
Australia dengan alasannya masing-masing umumnya mendukung tindakan
Indonesia. Kekhawatiran akan jatuhnya Timor-Timur ke tangan komunis membuat
negara-negara Barat (khususnya Amerika Serikat dan Australia) secara diam-
diam mendukung tindakan Indonesia. Mereka secara de-facto dan selanjutnya
de-jure integrasi Timor-Timur ke wilayah Indonesia. Akan tetapi, penguasaan
Indonesia terhadap wilayah itu ternyata menimbulkan banyak permasalahan
yang berkelanjutan, terutama setelah berakhirnya “perang dingin” dan
runtuhnya Uni Soviet.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai