Anda di halaman 1dari 15

NAPZA

Ketergantungan/ Kecanduan

Ketergantungan NAPZA : yaitu mengalamo toleransi, putus zat, tidak mampu


menghentikan kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis NAPZA lebih dari
yang diinginkan. Dalam konsep kedokteran, ketergantungan NAPZA
merupakan gangguan yang menunjukkan adanya perubahan dalam proses
kimiawi otak sehingga memberikan efek ketergantungan.
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan tiga
atau lebih gejala dibawah ini dialami dalam masa satu tahun
sebelumnya

 Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat
psikoaktif
 Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha
penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan
 Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau penguranganm
terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat
atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk meghilangkan atau menghindari terjadinya
gejala putus zat
 Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah
 Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan
zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau
menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya
 Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya
UU Narkotika 35 Tahun 2009

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari


tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongangolongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Golongan Golongan Golongan


I II III
•Hanya dapat •Berkhasiat •Berkhasiat

Golongan I

Golongan II

Golongan III
digunakan untuk pengobatan, pengobatan
tujuan ilmu dapat digunakan •Dapat digunakan
pengetahuan, dan dalam terapi dan dalam terapi dan
tidak ditujukan tujuan tujuan
untuk terapi serta pengembangan pengembangan
mempunyai ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan
potensi sangat serta mempunyai serta mempunyai
tinggi potensi tinggi potensi ringan
menimbulkan mengakibatkan mengakibatkan
ketergantungan ketergantungan ketergantungan
•Kokain, ganja, •Morfin, petidina, •Kodein, propiram,
heroin/putauw, fentanil asetildihidrokodein
opium
UU Psikotropika no 5 Tahun 1997

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah


maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku
• Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta
Golongan I mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
• Contoh : ekstasi, shabu, LSD

• Psikotropika yang berkhasiat pengobatan


dan dapat digunakan dalam terapi,
dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
Golongan II menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
• Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin

• Psikotropika yang berkhasiat pengobatan


dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
Golongan III serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan
• Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
• Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan
Golongan Iv mengakibatkan sindrom ketergantungan
• Contoh : diazepam, bromazepam,
Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip,
Dum, MG).
Intoksikasi Detoksifikasi

kondisi yang mengikuti


masuknya suatu zat psikoaktif Lintasan metabolisme
yang menyebabkan yang mengurangi
gangguan kesadaran, kognisi, kadar racun didalam
persepsi, afek, perlaku, fungsi, tubuh, dengan
dan repon psikofisiologis. penyerapan, distribusi,
biotransformasi dan
eksresi molekul toksin
Alkohol

Golongan A
• Kadar etanol 1-5% (Bir)

Golongan B
• Kadar etanol 5 – 20 % (berbagai jenis
minuman anggur)

Golongan C
• Kadar etanol 20 – 45% (Whiskey, vodka,
TKW, Manson house, Johny walker, Kamput
Delirium Tremens

 Etiologi  Clinical featurs


Delirium tremens occurs in Disorentation & agitation
chronic alcohol abusers who
Severe tremors
abruptly discontinue alcohol use,
often as early as 48 hours Hyperpyrexia
Hallucinations

 Time since last drink : 48 – 72 hours


GEJALA KLINIS INTOKSIKASI ALKOHOL AKUT

Ataksia

Bicara cadel/tidak jelas

Emosi labil dan disinhibisi

Napas berbau alkohol

Mood yang bervariasi

Hipotensi, Bradikardi, koma

Depresi napas
KRITERIA DIAGNOSIS INTOKSIKASI ALKOHOL

 Diagnostic Criteria
A. Recent ingestion of alcohol
B. Clinically significant problematic behavior or psychological changes (e.g., inappropriate
sexual or aggressive behavior, mood lability, impaired judgment) that developed during, or
shortly after, alcohol ingestion
C. One (or more) of the following signs or symptoms developing during, or shortly after alcohol use
• Slurred speech
• Incoordination
• Unsteady gait
• Nystagmus
• Impairment in attention or memory
• Stupor or coma
D. The sign or symptoms are not attributable to another medical condition and are not better
explained by another mental disorder, including intoxication with another substance
TATALAKSA INTOKSIKASI ALKOHOL

Bilas lambung, induksi muntah, atau gunakan karbon aktif untuk


mengeluarkan alkohol dari saluran cerna (gastrointestinal) jika
pasien datang kurang dari 60 menit setelah minum alkohol

Pemberian etanol atau fomepizole untuk memperlambat atau


mencegah terbentuknya metabolit toksik

Dialisis berguna untuk mengeluarkan alkohol dan metabolit


toksik yang mungkin terbentuk dan pemberian basa pada
pasien untuk mengatasi metabolik asidosis

Kondisi Koma : Posisi miring untuk mencegah aspirasi dan


Observasi ketat tanda vital setiap 15 menit
Injeksi Thiamine 100 mg i.v untuk profilaksis
terjadinya Wernicke Encephalopathy

Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml


Dextrose 40% iv

Problem Perilaku (gaduh/gelisa) : Beri dosis


rendah sedatif : lorazepam 1 - 2 mg atau
haloperidol 5 mg peroral

Anda mungkin juga menyukai