Anda di halaman 1dari 42

ATOMIC ABSORPTIONSPECTROSCOPY

(AAS)
SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
(SSA)

BAB II
TEORI
 Atomic absorption spectroscopy (AA or AAS) is one
of the commonest instrumental methods for analyzing
for metals and some metalloids.
 Metal/Logam : Al. Ba, Cr, Hg, K, Mn, Ni, Sr, Zn
 Metalloids : Sb, As, Se, dan Te

 Metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada


penyerapan/absorpsi radiasi (sinar) oleh atom
 Akibat absorpsi :
 Transisi elektron dari ground state ke excited state
Transisi
Energi yang diserap sesuai dengan perbedaan energi
transisi dari GS ke ES

+ e

A E
Hv (relaksasi sambil memancarkan sinar)
hv e
+
Prinsip dalam AAS

 Proses :
 Atomisasi
 Penyerapan/absorpsi energi
 Deteksi energi yang diabsorp
Instrumentasi

 Susunan komponen utama

Sumber sinar Unit atomisasi Detektor

Lampu Katoda Cekung Nyala Tanpa Nyala


(Hollow cathode lamp) (Flame) (Flameless)

- Atomisasi tidak akan terjadi selama sampel bermuatan,


maka harus ada proses (ldengan nyala dan tidak nyala
(suhu tinggi), sebagian besar logam dapat
teratomisasi dengan nyala.
- Logam mudah menguap (raksa) gak kan
diatomisasi dengan nyala
penjelasan
 Lampu cekung =agar sinar yang dipancarkan fokus, mempunyai
intesitas tinggi
 Katoda = karena katoda setiap unsur it spesifik (sesuai unsur logam
tertentu, ada gas argon)
Alat AAS
Susunan Instrumen
Sinar yang masuk kedalam mkonokromator selalu dalam keadaan berkas, fungsi monokromator
adalah menyaring sinar dangna panjang sinar lebh dari satu hanya menjadi satu panjang sinar
,, sebelum terdeteksi ke dalam detektor polikromatis menjadi monokromatis

Flame AAS

Sumber sinar Unit atomisasi Detektor


Fungsi masing-masing komponen
alat
 1. Sumber Sinar/Radiasi
 Didesain setiap lampu hanya untuk satu jenis
unsur yang sesuai (Lampu Na  analisis Na)
 The hollow cathode lamp (HCL) or
electrodeless lamps (EDL)
Sumber radiasi

 Lampu katode
cekung

Gas Argon
Cara kerja
 Saat arus dialirkan ke dalam lampu, atom-atom gas argon
terionisasi dan menghasilkan energi kinetik :
 Ar  Ar+ + e + Ek  nembak logam katoda
 Ek yang besar menghasilkan pelepasan atom-atom dari katoda
(M) = sputtering
 Atom-atom tereksitasi kemudian relaksasi sambil emisi energi
(cahaya)  keluar tabung  mengenai sampel
 Apabilasinar terlalu lemah, maka atom logam tidak dapt terukur,
akhirnya , sinar yang terserap tidak maksimal
 Apabila menggunakan katode yang berbeda dengan sampel
yang akan dianalisis, maka tidak akan terdeteksi,, karena
dimensinya berbeda, energi harus pas, hanya terpenuhi oleh
unsur yang sama

M  M* + hv Adanya self absorbsion, sehingga sinar berkurang


Optimasi arus pada lampu
HCL
 Arus <<  intensitas lemah (karena
atom dikatoda yg terbnetuk sedikit)
terdeteksi sebagian  sensitivitas
rendah
 Arus >>  sensitivitas tinggi
seharusnya, tapi… trararara…justru,,
 Arus >>>  banyak atom katode yang
tereksitasi  emisi tinggi  diserap
oleh atom yang tak tereksitasi (self
absorption) sensitivitas turun (sinar yang
diperlukan untuk interaksi tdk cukup)
 Arus >> intensitas harusnya tinggi
 Karena adanya self absorbsion
 2. Unit Pengatoman :
 Tempat pembentukan atom logam dari ion
yang terlarut (larutan)
 Jenis :
 Flame
 Flameless
 Hidrida
 Pembentukan uap dingin (Cold Vapor-generation)
 Tungku grafit
Syarat nyala api harus ada gas dan oksidan

 Flame AAS :
Atomisasi : larutan sampel diaspirasikan ke dalam nebulizer
dengan adanya gas pembakar dan oksidan sehingga terbentuk
aerosol
Fungsi api
 Destroy any analyte
ions and breakdown
complexes
 Create atoms (the
elemental form) of the
element of interest
 i.e.Fe0, Cu0, Zn0, etc.
Temperature nyala
 Tergantung pada kombinasi oksidan dan
bahan bakar
 Bahan bakar : Bahan bakar Oksidan Suhu nyala
(oC)
 Asetilen, gas alam, hidrogen
Gas asetilen O2 udara 2125-2400
 Oksidan : (C2H2)
 Udara/oksigen , N2O Gas hydrogen O2 udara 2000-2050
 Untuk memperoleh suhu yang tertentu (H2)
 Dengan mengatur kec aliran gas Gas alam O2 udara 1700-1900
 Dan oksidan (optimasi) Metana O2 udara 1875
 Klo suhu terlalu rendah maka blm Gas asetilen Nitrooksida 2600-2800
 Teratomkan, terlalu tinggi (C2H2) (N2O)

- Kombinasi ini memberikan dampak tingginya suhu


- Asitilen bnyak digunakan karena hampir sebagian besar unsur
logam bisa teratomkan pada suhu 2125-2400
Optimasi laju alir gas
 Laju alir terlalu besar, maka suhu atomisasi tinggi maka , justru
hasilnya menurun maka ada reaksi lanjutan (eksitasi)
 Jumlah sampel yang terukur lebih kecil (ini tdk boleh terjadi)
 Pentingnya proses optimasi? Kalau kurang atau lebh rendah,
maka belum semuanya atom teratomisasi
 Suhu terlalu tinggi maka justru akan mengalami eksitasi dan
ionisasi
Mengalir karena ada tekanan yang besar

 Proses dalam nyala


M+ + A- Solution
Nebulization
M+ + A- Aerosol (cairan yg ada di udara)
Desolvation (terjadi penghilangan
cairan) MA Solid
Liquefaction (peleburan)
MA Liquid
Vaporization (penguapan)
MA Gas
Atomization Gas
Mo + Ao
Excitation
M* Gas
Ionization dan eksitasi
M+ + e- Gas
3. Specific light measurement - Includes several
components:
a) a monochromator to disperse several wavelength of lights
that are emitted from the light source to isolate a
particular line of interest,
b) a detector to produce an electrical current that is dependent
on the light intensity. This electrical current is amplified
and processed by the instrument electronics to produce a
signal, which is a measure of the light attenuation
occurring in the sample cell and,
c) this signal is further processed to generate an instrument
readout in concentration units.
Fe2+ + sinar = eksitasi (api) , yg masuk kedalam detector adalah
sinar sebanding dengan jumlah atom
Dasar Analisis Kuantitatif

 Hukum Beer :
 Jika Io dilewatkan larutan dengan konsentrasi C
maka intensitas berkurang menjadi It yang
sebanding dengan C
 Io/It = k. C
 Hukum Lambert-Beer
 Jika Io dilewatkan larutan setebal b maka
intensitas berkurang menjadi It yang sebanding
dengan b Io/It = k.b
Hukum Lambert -Beer
 Io/It = e kbC

 ln Io/It = k.b.C
 log Io/It = k/2,303 .b C = abC

 It/Io x 100 % = T %
 log Io/It = log I/T = A
 jadi
 A = abC = b. C
Validitas A = a b C
 Untuk absorpsi
 Untuk konsentrasi yang relatif rendah
 Konsentrasi besar : terjadi interaksi antara analit
sehingga mengurangi absorpsi radiasi
  penyimpangan
 Kesalahan minimal :
 A = 0,44 atau 0.2-0.8 (tergantung unsur
logam
 C sangat kecil A terlalu kecil  It dan Io hampir
sama kesalahan besar
 Kalau konsentrasi terlalu besar akan ada
penyimpangan, tidk lagi linear, malah turun
 Kalau konsentrasi terlalu besar, Akan terjadi intraksi
analit, akan mengurangi absorbsi terhadap sinar
 Konsentrasi besar itu tidak sama untuk setiap unsur
 Linear hanya berlaku konsentrasi sekian sampai
sekian, lebih dari itu maka terjadi penyimpangan
Aplikasi hukum Lambert Beer

 Membandingkan A standar dengan A


sampel :
 Standar tunggal
 Deret standar  Kurva standar
 Adisi standar

 Larutan standar adalah larutan yg telah


diketahui konstrasinya secara tepat
Kurva Standar


As : absorbansi larutan standar
Cs : konsentrasi larutan standar
As Ax : absorbansi larutan sampel
Y= ax Cx : konsentrasi larutan sampel
Calibration Curve

Ax 2.5

2.0

Corrected IR
1.5

1.0

0.5

Cx Cs 0.0
0 20 40 60 80 100
Concentration
Adisi standar

 Larutan standar + larutan sampel  vol


akhir dibuat sama (mis 10 ml)
V Lar Vol lar Absorbansi
stand sampel total
0 2 A1
1 2 A2
2 2 A3
3 2 A4
4 2 A5
Sensitivitas dan batas deteksi

 Sensitivitas : konsentrasi analit yang dapat


mengadsorpsi radiasi sedemikian rupa
sehingga memberikan A = 0,0044
 Batas deteksi : konsentrasi terendah dari
suatu analit yang memberikan signal 2 x base
line
Gangguan :Spektrum dan Kimia

 Spektrum :
 Spektra analit overlap dengan spektra pengganggu,
karena spektrum absorpsi pengganggu berdekatan
dengan spektrum absorpsi analit (<0,1 A)
  untuk V = 3082,11 A

Al = 3082,15 A dan 3092,7 A (yang dipakai)


 Hasil pembakaran memberikan spektrum yang
lebar radiasi terpencar intensitas berkurang
dikorekasi dengan blanko
 Kimia
 Adanya reaksi kimia :
 pembentukan senyawa dengan volatilitas tinggi
atau rendah
 Ionisasi dalam nyala

 Asosiasi atau disosiasi

 Matriks
 Viskositas larutan standar tidak sama dengan
analit
Cara mengatasi Gangguan Kimia

 Matriks : dengan adisi standar


 Reaksi kimia :
 Pembentukan senyawa yang tidak volatil
 Menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi

 Dengan penambahan Masking agent

 Dengan penambahan Releasing agent

 Ionisasi
 Penambahan zat yang energi ionisasinya lebih
rendah (K dengan Na)
Sistem atomisasi Flameless
 Grafit furnace atau electro thermal atomizer
(ETA) : pemanasan bertahap
 Penghantar panas listrik : batang grafit C atau Ta, yang
dialiri gas inert untuk mengusir udara yang menyebabkan
oksidasi/ pembakaran
 Sampel dalam l diuapkan di atas permukaan furnace
 Pemanasan furnace dimulai 100oC dengan cara mengalirkan
arus lsitrik : penguapan pelarut atau pengeringan sampel
padat
 Suhu dinaikkan samapi 700-1000oC sehingga sampel
terbentuk abu. kemudian suhu dinaikkan menjadi 2000-3000
dengan menaikkan arus sampai 100mA terjadi atomisasi.
Sisa pembakaran dihembus dengan gas Ar
Kelebihan

 Volume sangat kecil


 Sampel padat dapat langsung dianalisis
 Sensitivitas tinggi
 Kelemahan :
 untuk unsur-unsur yang dapat membentuk
karbida dengan C dari furnace tidak dapat
dianalisis (Cari contohnya)
Pembentukan senyawa hidrida

 Untuk unsur yang suhu atomisasinya tinggi maupun


yang sangat rendah : As, Bi, Sb, Se, Te, Ge, dan Pb
 Unsur diubah menjadi senyawa hidrida yang volatil :
 Reduksi unsur dengan NaBH4 dalam asam atau
basa uap AsH3, BiH3, dst
 Uap logam hidrida dibawa oleh gas inert menuju
sel atomisasi (nyala api atau filamen listrik)
atomisasi AsH3  Aso
 Aso + hv  absorpsi
Pembentukan uap dingin

 Khusus untuk Hg
 Larutan Hg(II) + asam + reduktor (NaBH4) :
 Hg2+ + 3e + H+  Hg0 atom (uap)
 Hg0 + hv  absorpsi  teramati Absorbansinya
 Menguap pada suhu kamar

 Sensitivitas tinggi (< 1ppb sd ppt)


 Uap Hg berbahaya
 Alat CV AAS
Analisis Merkuri (Hg)

Parameter untuk Analisis Merkuri:


 Parameter instrument
 Unsur Hg
 Arus lampu 3 mA
 Panjang gelombang 253.7 nm
 Lebar celah (Slit Width) 0.5 nm
 Tinggi celah (Slit Height) Normal
 Moda Instrumen Koreksi latar belakang
(Background Correction) ‘on’
 Moda Pengukuran Tinggi puncak
 Pembuatan larutan standar:
 Larutan standar merkuri (dibuat dari larutan induk 1000 ppb (mg/L)
dengan range konsentrasi 5-25 ppb (mg/L), dengan volume tiap-tiap
konsentrasi 50,0 mL

 Kosentrasi larutan standar:


 5; 10; 15; 20; 25 mg/L

 Pereaksi:
 Reduktor NaBH4 1% dalam NaOH 0,10 M
 HCl 0,30 M
 Prosedur:
 Atur alat AAS (GBC) sesuai kondisi operasi di atas
 Sampel dan standar dimasukkan ke dalam kapiler (inlet sampel)
 Direaksikan dalam reaktor dalam MHS (Mercury Hydride System)
 Direaksikan dengan NaBH4 dan HCl 0,30 M, dicampur (mixer), uap
dianalisis dengan AAS.
Contoh soal
1. Daun kangkung, yang mengandung logam Fe, seberat 0,25 g
dilarutkan dalam asam dan diencerkan sampai volume = 500 mL,
kemudian dari larutan tersebut diambil 10 ml dan diencerkan menjadi
100 ml. Larutan encer tersebut kemudian dianalisis dengan alat
spektrofotometer absorpsi Atom l menggunakan teknik adisi standar.
Jika diberikan data sebagai berikut :
 maka tentukan berapa % kandungan logam besi dalam sampel
kangsung tersebut (Ar Fe = 56)
 Untuk sampel yang bagaimanakah teknik adisi standar sebaiknya
digunakan ?
Volume Volume larutan Volume Absorbansi
sampel (mL) standar akuades (ml)
Fe 5 ppm (mL)

0 0 50 0,022

10 0 40 0,201

10 5 35 0,291

10 30 0,378
10
10
15 25 0,467

10 20 20 0,554
2. Diberikan data penentuan ion Pb(II) dalam air limbah elektroplating dengan
metode spektrofotometri serapan atom (atau AAS)
teknik adisi standar, sebagai berikut : (volume akhir =100 ml)

Volume sampel Volume larutan standar Absorbansi


(mL) Pb 10 ppm (mL)
10 0 0,146
10 10 0,301
10 20 0,448
10 25 0,587
10 40 0,724

Anda mungkin juga menyukai