Anda di halaman 1dari 69

Pemicu 5

Anita akbarisma
LO1

BPSD
 Demensia berasal dari kata demens = gila dan ia = patologis
 Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran
 Macam-macam demensia :
- Demensia Alzheimer
- Demensia Vaskular
- Demensia Vaskular & Alzheimer
- Demensia penyakit Picks dll
 Demensia Alzheimer merupakan penyakit degeneratif otak yang
tersering ditemukan dan paling ditakuti
 Umumnya muncul setelah usia 65tahun
 Kriteria diagnosis demensia (sesuai dengan DSM-IV)
A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua
keadaan berikut :
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi
baru atau untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut :
a) Afasia (gangguan bahasa)
b) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik
walaupun fungsi motorik masih normal)
c) Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi
benda walaupun fungsi sensorik masih normal)
d) Gangguan fungsi eksekutif (eperti merencanakan,
mengorganisasi, berpikir runut, berpikir abstrak)
B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi
serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari fungsi
sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat
timbulnya delirium

 Manifestasi Klinis
 Problem perilaku :
Perilaku agresif, yaitu penderita menjadi galak, kasar, tidak jarang
menyerang fisik
Gelisah mondar-mandir
Sering berteriak-teriak tengah malam
Wandering : suka keluyuran tanpa tujuan, hilang dari rumah, tersesat
Senang menimbun barang = “nyusuh”
Berbicara kotor = “nyumpah”
Kehilangan sopan santun sering dalam bentuk perilaku seksual yang tak
senonoh (genit)
Kecenderungan untuk mengulang-ulang pertanyaan
Seringkali penderita seperti tak mau ditinggal sendirian, mengikuti
kemanapun orang pergi
Penderita menjadi impulsif, tidak dapat mengontrol perilakunya
Intrusiveness : banyak permintaan, tidak sabar
Negativistik : perilaku menolak melakukan sesuatu, tidak kooperatif,
dan menolak perawatan
 Problem psikologik
 Halusinasi, seringkali berupa halusinasi penglihatan, seperti melihat
anak-anak kecil memasuki kamarnya, seseorang duduk di
ranjangnya, dsb
 Anxietas, penderita selalu ketakutan akan ditinggal oleh
keluarganya
 Depresi, merupakan problem psikologik yang sering dijumpai pada
pasien demensia. Penderita menarik diri, menolak makan,
menangis, merasa terbuang, putus asa, dan keinginan bunuh diri
 Misidentifikasi, penderita salah mengenali orang, atau bahkan tidak
mengenali bayangan dirinya di cermin
 Waham, seringkali berupa kecemburuan yang tidak masuk akal,
kecurigaan yang berlebihan, ketakutan bahwa dirinya akan
dicelakakan, dsb
 Gangguan tidur, sering menyulitkan karena penderita bangun tengah
malam kemudian jalan-jalan, atau berteriak-teriak
 Mengganggu : delusi, halusinasi, depresi, anxietas
 Merepotkan : agresivitas fisik, wandering dan kegelisahan
 Stress pada keluarga
 Membuat kesal
 Yang dapat mencetuskan BPSD “
 Cara komunikasi
 Sering mengkritik
 Memaksa untuk melakukan sesuatu
 Terlalu cerewet
 Kurang memperhatikan
 Suasana lingkungam : gaduh, ramai
 Penatalaksanaan farmakologik
 Pemberian obat-obat psikofarmaka hanya diberikan untuk kondisi problem
perilaku & psikologik yang berat atau sangat mengganggu, seperti perilaku
sangat agresif-impulsif, gejala psikosis seperti waham dan halusinasi, atau
suatu kondisi depresi berat. Obat-obat yang diberikan disesuaikan dengan
target gejala : Antipsikotik, antidepresan, atau mood stabilizer,dll
 Penatalaksanaan nonfarmakologik
 Modifikasi lingkungan
a. Tata ruang sederhana, segala sesuatu mudah untuk dijangkau, ada bel
pengaman, dsb
b. Suasana tempat tinggal disesuaikan dengan disabilitas kognitif pasien
c. Warna dinding lembut, sinar secukupnya, hindarkan cermin, barang pecah
belah, dsb
 Intervensi keluarga
a. Penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien, serta berbagai
konsekuensi yang akan dihadapi oleh keluarga

b. Merencanakan tatalaksana yang akan dilakukan terhadap pasien (termasuk


perlindungan hukum, pengampunan, dsb)

c. Mengajarkan keluarga cara-cara menghadapi perilaku pasien

d. Mengikutkan keluarga dalam program grup suportif/caregiver support


group
 Terapi perilaku terhadap pasien
 Susun kegiatan harian untuk pasien
 Lakukan latihan orientasi secara berkala
 Latihan ADL
 Akomodasi perasaan pasien
 Hindarkan sikap bermusuhan, menentang, atau provokasi lain
 Berikan pujian untuk setiap perilaku positif
 Berikan tugas-tugas sederhana yang menyenangkan
 Mengajarkan pasien untuk mengendalikan perilaku agresif-impulsif dengan model
pendekatan “token ekonomi”
 Sediakan waktu untuk mengajak pasien bercerita tentang kehidupan lalunya
 Musik yang lembut membantu mereduksi kecemasan dan kegelisahan pasien
 Senam atau olahraga untuk merawat kemampuan koordinasi dan mereduksi
ketegangan
LO2

Gangguan mental
DEPRESI
 Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering pada pasien
berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling
umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik/tidak khas pada
populasi geriatri
 Depresi pada usia lanjut lebih sulit di deteksi karena :
 Penyakit fisis yang diderita sering mengacaukan gambaran depresi
 Usila sering menutupi rasa sedihnya
 Menutupi depresinya
 Masalah sosial sering membuat depresi menjadi lebih rumit
 Menurut DSM-IV kriteria depresi berat mencakup 5 atau lebih gejala
berikut, dan telah berlangsung 2minggu atau lebih, yakni :
1. Perasaan depresi
2. Hilangnya minat atau rasa senang
3. Berat badan menurun
4. Insomnia atau hipersomnia, hampir tiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir tiap hari
6. Kelelahan
7. Rasa bersalah atau tidak berharga, hampir tiap hari
8. Sulit konsentrasi
9. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri
 Menurut ICD-10 gejala-gejala depresi terdiri dari :
 Gejala Utama, yakni :
a. Perasaan depresif
b. Hilangnya minat dan semangat
c. Mudah lelah dan tenaga hilang

 Gejala lain adalah :


a. Konsentrasi menurun
b. Harga diri menurun
c. Perasaan bersalah
d. Pesimis terhadap masa depan
e. Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Gangguan tidur
g. Gangguan nafsu makan
h. Menurunnya libido
 Ciri khas depresi pada usia lanjut antara lain :
1. Terdapat fluktuasi yang jelas dari gejala
2. Gejala depresi mungkin tertutup keluhan somatik
3. Adanya depresi yang berbarengan dengan demensia mengganggu
pengenalan dan pelaporan depresi
4. Terdapat hubungan yang erat antara penyakit fisis dan depresi
 Pemeriksaan fisik
 Retardasi psikomotor/agitasi
 Gerak tubuh lama
 Pacing, menekuk tangan, dan menarik rambut
 Kebingungan
 Kurangnya eye contact
 Penih air mata / muka sedih
 Rasa rendah diri, bermusuhan, dan menentang
 Pelupa, sulit konsentrasi, imajinasi jelek
 Penatalaksanaan
o Penanganan depresi pada usia lanjut memerlukan perhatian ekstra, segala
kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar.
o Pemberian antidepresi dimulai dengan dosis rendah, dinaikkan perlahan-
lahan (start low and go slow). Pengobatan antidepresi dibedakan atas 3 fase,
yaitu :
1. Fase akut yang berlangsung selama 6-12 minggu. Pada tahap ini dosis
optimal untuk memperbaiki gejala depresi diharapkan telah tercapai
2. Tahap kedua disebut sebagai fase lanjutan yakni dosis optimal
dipertahankan selama 4 sampai dengan 9 bulan untuk mencegah
terjadinya relaps
3. Tahap berikutnya disebut sebagai terapi rumatan yang dapat
berlangsung hingga satu tahun atau lebih. Terapi rumatan
diberikan terutama untuk gangguan depresi dengan riwayat
episode berulang. Beberapa penelitian terakhir meneguhkan
anjuran pemberian obat antidepresi pada pasien geriatri sampai
minimal satu tahun karena terbukti menurunkan risiko relaps
maupun rekurens dibandingkan apabila hanya diberikan sampai 6
bulan.

Komplikasi depresi yang dapat terjadi adalah malnutrisi dan pneumonia


(akibat imobilisasi dan berbaring terus)
Delirium
 Diagnosis Dengan Kriteria DSM-IV
a. Gangguan kesadaran dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mengalihkan, atau
mempertahankan perhatian
b. Perubahan kognisi (misalnya defisit ingatan, disorientasi) atau timbulnya gangguan perseptual
yang tidak dapat diterangkan dengan dengan demensia
c. Gejala timbul dalam periode waktu yang singkat dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari
 Penyebab Lazim Delirium
a. Kegagalan organ. Ginjal (uremia), hati (hiperamonemia), paru (hipoksia), jantung (hipotensi, keadaan rendah
perfusi)
b. Nutrisi. Defisiensi vitamin B12, folat, tiamin; hipoglikemia
c. Endokrin. Hipotiroidisme, hiperkortisisme, hipopituarisme, dan hiperparatiroidisme
d. Struktural-vaskular-epileptik. Trauma (luka bakar), sindrom pasca gegar otak, hematoma subdural, fraktur
(terutama pangkal paha), gangguan serebrovaskular (trombotik, embolik, hemoragik), neoplasma, infeksi
(ensefalitis), epilepsi
e. Infeksi. Meningitis, pneumonia, sepsis, pielonefritis
f. Obat-obatan. Alkohol dan sedatif-hipnotik (intoksikasi dan putus obat); antidepresan; obat antihipertensi, obat
antiparkinson, antara lain amantadi dan bromokriptin; kortikosteroid, digitalis, antagonis reseptor-histamin (H2),
narkotik, fenotiazin
g. Gangguan elektrolit dan asam-basa. Hipernatremia, hiponatremia; hiperkalemia, hipokalemia;
hipermagnesemia, hipomagnesemia, hiperkalsemia, hipokalsemia; asidosis, dan alkalosis
h. Retensi urine atau impaksi feses.
Delirium
 Evaluasi Diagnostik
A. Anamnesis. Tanyakan keluarga atau perawat tentang tingkat fungsi dasar pasien dan setiap perubahan mental yang
baru terjadi atau riwayat penyakit mental
B. Pemeriksaan Fisik. Lakukan pemeriksaan fisik dan neurologik menyeluruh dengan memperhatikan tanda-tanda
penyebab yang diuraikan di atas; status mental atau kognitif dengan MMSE; uji lain penegakan diagnosis dengan
Confusion Assessment Method
C. Uji Laboratorium. Pemeriksaan darah perifer lengkap, elektrolit, analisis gas darah, gula darah, ureum, kreatinin,
urin lengkap, foto toraks, EKG dan kultur darah
 Pengelolaan
a. Segera obati kelainan medis yang mendasari untuk menurunkan risiko kematian (10%-65%) akibat delirium
b. Minimalkan setiap obat yang memperburuk
c. Optimalkan nutrisi dan hidrasi
d. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1. Anggota keluarga yang memberikan penenangan dan hal-hal lazim dari rumah untuk mengingatkan pasien kembali
2. Hindari gangguan tidur
3. Tempatkan pasien di dekat tempat perawatan agar lebih mudah dipantau
e. Obati agitasi yang menyertai, dengan haloperidol (dosis awal 0,5-2mg IM atau IV), atau tambahan lorazepam (0,5-
1,0 mg IM atau IV) jikka haloperidol tidak efektif
Gambaran klinis Delirium Demensia
Awitan Mendadak Perlahan-lahan
Perjalanan dalam 24 jam Berfluktuasi, dengan pemburukan di Stabil
malam hari
Kesadaran Menurun Jernih
Perhatian Gangguan menyeluruh Normal, kecuali pada kasus berat

Kognisi Gangguan menyeluruh Gangguan menyeluruh


Halusinasi Biasanya penglihatan atau penglihatan dan Sering tidak ada
pendengaran
Delusi Cepat berlalu, kurang sistematis Sering tidak ada
Orientasi Biasanya terganggu, setidaknnya pada Sering terganggu
suatu waktu
Aktivitas psikomotor Meningkat, menurun, atau berubah (tidak Sering normal
dapat diramalkan)
Bicara Sering tidak koheren, lambat atau cepat Pasien sulit menemukan kata-kata,
perseverasi
Gerakan involunter Sering tremor kasar atau asteriksis Sering tidak ada
Penyakit fisik atau toksisitas Satu atau keduanya ada Sering tidak ada, terutama pada
obat demensia senilis jenis Alzheimer
Sumber: Mark A. Graber, Buku Saku Dokter Keluarga – hal 602
Etiologi
 Penyakit intrakranial
 Epilepsi atau keadaan pasca kejang
 Trauma otak (terutama gegar otak)
 Infeksi (meningitis.ensetalitis).
 Neoplasma.
 Gangguan vaskular
 Penyebab ekstrakranial
 Obat-obatan (di telan atau putus)
 Racun (Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.)
 Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)
 Penyakit organ nonendokrin
 Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12)
 Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
 Ketidakseimbangan elektrolit
 Keadaan pasca operatif
 Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
 Hipoglikemi.
Diagnosis
 Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan
penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.
Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan
cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.
 Perubahan kognitif(seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan
gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah
ditegakkan, atau yang sedang timbul.
 Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa
gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum
Faktor Predisposisi
 Usia
 Kerusakan otak
 Riwayatdelirium
 Ketergantungan alkohol
 Diabetes
 Kanker
 Gangguan panca indera
 Malnutrisi.
Manifestasi
• Orientasi klinis
Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan. Orientasi terhadap
tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga)
mungkin juga terganggu pada kasus yang berat.
• Bahasa dan Kognisi
– Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan
gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan .
– Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu,
walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan
– Gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak
sistematik, kadang paranoid.
 Persepsi
Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk
mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka. Halusinasi
relatif sering pada pasien delirium
 Suasana Perasaan
Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak
beralasan.
 Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun
Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata
terbalik.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
 Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan
ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas.
Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang
relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang
dari I minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium
menghilang dalam periode 3 – 7 hari
 Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami
delirium, semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk
menghilang.
Perbedaan Demensia, Delirium dan Depresi
Variabel Demensia Delirium Depresi
Onset Bertingkat Mendadak Cukup mendadak
Durasi Bulan-tahun Hari-minggu Minggu-bulan
Sumber masalah Keluarga, caregiver, Keluarga, provider Pasien itu sendiri
teman
Tingkat kesadaran Normal Bervariasi sepanjang hari Normal
Orientasi Lama-kelamaaan Disorientasi pada awal Normal
disorientasi penyakit

Variabel Demensia Delirium Depresi


Konsentrasi Baik Buruk Buruk
Kerja Baik Buruk / berubah-ubah Buruk
Jawaban “tidak tahu” Tidak biasa - Biasa
Gejala psikomotor Normal-lambat Hiper-hipoaktif Hipoaktif
Pola pikir Buruk Tidak terorganisir Mungkin lambat
Kehilangan Kemampuan Lama Mendadak berubah, labil Cepat
sosial
THE SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Question Response Incorrect Responses
1. What are the date, month, and year?
2. What is the day of the
week?
3. What is the name of this
place?
4. What is your phone
number?
5. How old are you?
6. When were you born?
7. Who is the current
president?
8. Who was the president
before him?
9. What was your
mother's maiden name?
10. Can you count
backward from 20 by 3's?
SCORING:
•0-2 errors: normal mental functioning
•3-4 errors: mild cognitive impairment
•5-7 errors: moderate cognitive impairment
•8 or more errors: severe cognitive impairment
*One more error is allowed in the scoring if a patient has had a grade school education or less.
*One less error is allowed if the patient has had education beyond the high school level.
Proses Akut dan Berfluktuasi

Gangguan Perhatian/ Konsentrasi


(inattention)

Gangguan Proses Berpikir Perubahan Kesadaran

SINDROM DELIRIUM
FAKTOR RISIKO DELIRIUM
 Deprivasi tidur (kurang tidur)
 Dehidrasi
 Pendengaran kurang
 Penglihatan kurang
 Imobilitas
 Kerusakan kognitif
 Penggunaan medikasi sedatif atau psikoaktif
DELIRIUM
FAKTOR MEMPERCEPAT
 Medikasi  Gagal organ (renal dan hati)
 Imobilisasi  Infeksi
 Penggunaan kateter kandung  Kekacauan metabolik
kemih indwelling  penggunaan obat yang tak
 Penggunaan pengendalian fisik dianjurkan
 Dehidrasi  faktor psikososial
 Malnurtisi
 komplikasi iatrogenik
Penyebab delirium
 Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun
 Efek toksik dari pengobatan
 Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau magnesium)
yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit tertentu
 Infeksi akut disertai demam
 Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang membantali
otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan menekan otak
 Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak yang dapat
menekan otak
• Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang otak)
• Kekurangan tiamin dan vitamin B12
• Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme
• Tumor otak (beberapa diantaranya kadang menyebabkan linglung dan gangguan
ingatan)
• Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang
• Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan rendahnya kadar
oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah
• Stroke
Delirium ditandai oleh kesulitan dalam:
 Konsentrasi dan memfokus
 Mempertahankan dan mengalihkan daya perhatian
 Kesadaran naik-turun
 Disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
 Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain
 Bingung menghadapi tugas se-hari-hari
 Perubahan kepribadian dan afek
 Pikiran menjadi kacau
 Bicara ngawur
 Disartria dan bicara cepat
 Neologisma
 Inkoheren
Gejala delirium
 Perilaku yang inadekuat Atau sebaliknya bisa menjadi:
 Rasa takut  Pendiam
 Menarik diri
 Curiga
 Mengantuk
 Mudah tersinggung
 Banyak pasien yang berfluktuasi
 Agitatif antara diam dan gelisah
 Hiperaktif  Pola tidur dan makan terganggu
 Siaga tinggi (Hyperalert)  Gangguan kognitif, jadi daya
mempertimbangkan dan tilik-
diri terganggu
Comprehensiv
e Geriatric
Assessment

http://www.mna-
elderly.com/default.html
Gangguan kognitif ringan
 Mild kognitif impairment (MCI)
kondisi transisi fungsi kognisi antara penuaan
normal dan demensia ringan
 Vascular kognitif impairment (VCI)
penurunan fungsi kognitif ringan dan dihubungkan
dengan iskemi dan infark jaringan otak akibat
penyakit vaskular dan asteosklerosis.
Kriteria diagnostik untuk Mild Cognitive Impairment:
1.Keluhan memori
2.Fungsi memori yg tidak sesuai dengan umur dan pendidikan
3.Fungsi kognitif umum masih baik
4.Aktivitas sehari-hari masih baik
5.Tidak demensia

Kriteria diagnostik untuk Vascular Cognitive Impairment:


1.Gangguan kognitif ringan sampai sedang terutama fungsi eksekutif
2.Adanya tanda iskemik atau infark jaringan otak
3.Adanya aterosklerosis
4.HIS (Hachinski Ischemic Score) yang tinggi
5.Tidak memenuhi kriteria demensia
Adanya gangguan faal kognitif secara objektif antara lain dapat dilakukan dengan pemeriksaan neuropsikiatri seperti
a. The Mini Mental State Examination (MMSE)
Sering dipakai dalam mengevaluasi dg gangguan kognitif
Pemeriksaannya mencakup: memori, fungsi eksekutif, perhatian, bahasa, praksis dan kemampuan visuospasial
Nilai dari MMSE dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan penderita
b. Abbreviated MentalTest (AMT)
c. The Global Deterioration Scale (GDS)
d. The Cinical Dementia Ratings(CDR)
Beberapa kondisi yang lazim mencetuskan delirium
iatrogenik Pembedahan, keteterisasi, urin, physical
resrtrainst
Obat-obatan psikotropika
Gangguan metabolik/cairan Insufisiensi ginjal, dehidrasi, hipoksia,
azotemia,hiperglikemia, hipernatremia,
hipokalemia
Penyakit fisik atau psikiatri Demam, infeksi, stress, alkohol, putus obat,
fraktur, mllnutrisi, gangguan pola tidur
overstimulation Perawatan di ICU atau perpindahan ruang rawat
ABBREVIATED MENTAL TEST (AMT)
Status mental Nilai
A Umur ……………tahun 0. salah 1. Benar

B Waktu / jam sekarang ……………….. 0. salah 1. Benar

C Alamat tempat tinggal ……………….. 0. salah 1. Benar

D Tahun ini …………………………. 0. salah 1. Benar

E Saat ini berada dimana ……………… 0. salah 1. Benar

F Mengenal orang lain (dokter, perawat, penanya) 0. salah 1. Benar

G Tahun kemerdekaan RI ……………… 0. salah 1. Benar

H Nama presiden RI …………………… 0. salah 1. Benar

I Tahun kelahiran pasien atau anak terakhir 0. salah 1. Benar

J Menghitung terbaik (20 s/d 1) …….. 0. salah 1. Benar

K Perasaan hati (afeksi) A. Baik


B. Labil
C. Depresi
D. Gelisah
E. Cemas
Total Skor :
( diisi oleh petugas )

KETERANGAN : Skor AMT


0–3 : Gangguan ingatan berat
4–7 : Gangguan ingatan sedang
8 – 10 : Normal
NTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Nama Responden : Nama Pewawancara :


Umur Respponden : Tanggal wawancara :
Pendidikan : Jam mulai :
Nilai maksimum Nilai responden
ORIENTASI
5 ( ) Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
3 ( ) Sekarang kita berada dimana?(nama rumah sakit atau instalasi,jalan,no
rumah,kota,kabupaten,propinsi)
3 ( ) REGISTRASI
Pewawancaraan menyebutkan nama 3 buah benda,misalnya : satu detik untuk tiap benda.
Kemudian mintalah responden mengulang ke tiga nama benda tersebut. Berilah nilai 1 untuk tiap
jawaban yang benar, bila masih salah,ulangi penyebutan ke tiga nama benda tersebut sampai
responden dapat mengatakanya dengan benar (bola, kursi, sepatu)
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah:….kali.
5 ( ) ATENSI DAN KALKULASI
Hitunglah berturut – turut selang 7 angka mulai dari 100 ke bawah. Berhenti setelah 5 kali hitungan
(93-86-79-72-65). Kemungkinan lain,ejalah kata dengan lima huruf, misalnya’DUNIA’ dari akhir ke
awal / dari kanan ke kiri: ‘ainud’.
Satu (1) nilai untuk setiap jawaban yang benar.
MENGINGAT
3 ( ) Tanyakan kembali nama ke tiga benda yang telah disebut diatas. Berikan nilai satu untuk tiap
jawaban yang benar.
9 ( ) BAHASA
a. Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji (2 nilai)
b. Ulangi kalimat beriku:”JIKA TIDAK, DAN ATAU TETAPI” (1 nilai)
c. Laksanakanlah 3 buah perintah ini: peganglah selembar kertas dengan tangan kananmu,
lipatlah kertas itu pada pertengahan dan letajkan dilantai. (3 nilai)
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : “PEJAMKAN MATA ANDA” (1 nilai)
Lembar Lampiran MMSE (bahasa) :
 BACALAH DAN LAKSANAKAN PERINTAH BERIKUT :
“ PEJAMKAN MATA ANDA ! “
 TULISLAH SEBUAH KALIMAT !
……………………………………………………………………………………………
 TIRULAH GAMBAR INI !
LO3

Sleep disorder
 Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi :
- Kesulitan masuk tidur (sleep problems)
- Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak ( deep maintenance
problem)
- Bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA)

 Dalam ICD-10 insomnia dibagi menjadi 2 yaitu organik dan non-


organik. Untuk non-organik dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu :
- dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
- parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti
mimpi buruk, berjalan sambil tidur,dll)
 Dalam DSM-IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
- Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lahir
- Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
- Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan/keadaan
tertentu
- Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama
sekali dengan kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan)

 Untuk mendiagnosisnya sering memerlukan berbagai pemeriksaan


penunjang laboratorium tidur, klinik, dan radiologi seperti CT-scan, PET
serta EEG
 Penyebab gangguan tidur pada lansia :
 Perubahan-perubahan irama sirkadian
 Gangguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD)
 Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, artritis)
 Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas)
 Pengobatan polifarmasi, alkohol, kafein
 Demensia
 Kebiasaan higiene tidur yang tidak baik
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan tidur pada usila harus dilakukan secara
individual, dengan meneliti dan menilai gejala dan tanda yang ada pada
tiap pasien. Beberapa hal dapat diterapkan secara umum pada semua
jenis gangguan tidur pada usila, yaitu :
- Edukasi tidur
- Mengubah gaya hidup
- Psikoterapi
- Medikamentosa
 Edukasi tidur diberikan baik kepada pasien maupun keluarga atau care
giver. Edukasi tersebut meliputi :
 Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik ke tempat tidur
 Bila dalam 20menit berbaring belum bisa tidur maka lebih baik
bangun lagi, lakukan kegiatan lagi dengan tenang dan lakukan
relaksasi. Bila mengantuk baru kembali ke tempat tidur
 Hindarkan penggunaan kamar tidur untuk bekerja, membaca, atau
menonton televisi
 Bangun tidur pagi hari pada jam yang sama, tidak peduli sudah berapa
lama ia tidur
 Hindarkan minum kopi atau rokok
 Lakukan olahraga ringan setiap pagi setelah bangun tidur
 Kurangi tidur siang, lakukan kegiatan/hobi yang menyenangkan
 Kurangi jumlah minum setelah makan makan, hindari minum alkohol
 Pelajari teknik relaksasi atau lakukan meditasi
 Hindarkan gerakan badan berlebihan saat di tempat tidur
 Berdoa sebelum tidur.
 Mengubah gaya hidup (lifestyle), diperlukan untuk memperbaiki faktor
psikis dan fisis yang mendasari terjadinya gangguan tidur pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi :
 Usaha menurunkan berat badan dengan memperbaiki pola makan
 Menghindari perjalanan jauh atau bekerja sampai malam hari, agar tidak
terjadi jetlag
 Menghindari membaca atau menonton atau mendengarkan cerita-cerita yang
menakutkan atau sangat menyedihkan
 Bila memungkinkan buat suasana lingkungan rumah bersih dan
menyenangkan
 Perbaiki hubungan antar anggota keluarga, tumbuhkan suasana aman dan
penuh kasih antar sesama penghuni rumah
 Lakukan aktivitas fisis, jangan duduk diam sepanjang hari
LO4

Farmakologik pada usia lanjut


 Farmakokinetik-Aging
 Biovailability
a) pH lambung, motilitas gastrointestinal, transpor aktif,
membran berubah ~ peningkatan usia. Berkurangnya transpor
aktif membran pada usia lanjut  kemampuan absorbsi obat
menurun
b) Waktu transit di gastrointestinal meningkat  dibutuhkan
waktu yang lebih lama untuk absorbsi obat
c) D-xylose absorption test
d) Water solubility monosacharida
e) Jumlah obat yang diabsorbsi sama, kecepatan meningkat
 Distribusi
a) Perubahan yang berhubungan dengan distribusi obat : berkurangnya
massa otot & kadar total air tubuh
b) Massa otot wanita < pria
 berkurangnya Vd obat pada orangtua terutama wanita
 Diperlukan dosis inisial lebih tinggi

 Clearance
a) Di hati obat mengalami metabolisme pintas awal (pada geriatri
menurun) obat dengan metabolisme pintas awal meningkat 
dosis IV (rendah) & dosis po (tinggi)
b) Biotransformasi obat dihati melalui 2jalur :
1. Oksidasi oleh enzim mikrosom dihati penurunan
aktivitas sejalan umur
2. Konjugasi oleh enzim glukoronidase tidak mengalami
penurunan aktivitas sejalan umur

c) Pada orangtua terjadi penurunan aliran darah ke hepar dan


mengecilnya ukuran hepar kemampuan clearance obat
menurun
 Polifarmasi :
 Meresepkan obat melebihi indikasi klinis
 Pengobatan yang mencangkup paling tidak 1 obat yang tidak perlu
 Penggunaan empirik lebih dari 5 obat

 Jenis interaksi dan akibatnya


 Obat-makanan : bila absorbsi obat sangat dipengaruhi makanan diberikan ac/pc
tergantung toleransi ps terhadap obat waktu puasa. Contoh : warfarin berkurang pada
suplemen nutrisi berisi vit K
 Obat-penyakit : penyakit menyebabkan gangguan farmakokinetik & farmakodinamik.
Contoh : gangguan hati menyebabkan perubahan prednison menjadi bentuk aktif
prednisolon terhambat
 Obat-obat : interaksi terkait farmakokinetik & farmakodinamik. Contoh :
NSAID+warfarin resiko perdarahan meningkat
 Penuntun umum peresepan obat pada orangtua :
 Mulai dengan dosis rendah dan peningkatan dosis perlahan
 Observasi efek toksik obat
 Gunakan obat sesedikit mungkin, hindari polifarmasi
 Antisipasi interaksi dan efek samping obat
 Obat yang memiliki indeks terapi sempit harus dimonitor ketat
 Obat yang memiliki ES SSP dapat mempengaruhi status mental & fungsional
LO5

Determinant of quality of life


LO6

Palliative care
Geriatric Care
 Preventif Medicine:
 Primer/Promotif: mencegah timbulnya penyakit tertentu yang
berdampak kematian & ↓ status fungsional. Dilakukan dengan
imunisasi, gaya hidup sehat, nutrisi yang baik.
 Sekunder/Kuratif: cegah progresivitas penyakit & terjadinya
hendaya(disability) penyakit melalui deteksi dini, penatalaksanaan
yang cepat & tepat. Umumnya difokuskan pada: kardiovaskular,
keganasan, serebrovaskular.
 Tersier/Rehabilitatif: mengurangi dampak negative penyakit
pengembalian fungsi & ↓komplikasi penyakit
 Pelayanan Kesehatan Primer
Puskesmas, praktek dokter umum, etc  promkes,
pencegahan, pengobatan dasar
 Community based: (Pusaka/pusat santunan dalam keluarga) senam
usila, planning & masak bersama menu makanan tambahan, latihan
memori, kegiatan keagamaan, sosialisasi, pemeriksaan kesehatan
berkala.
 Hospital based: Pencegahan penyakit (periksa gigi & mulut),
pengukuran BB, monitor food intake, deteksi dini status fungsional,
pengobatan, proses adaptasi (RSrumah)
• Home Care
asuhan keperawatan bermutu di tatanan rumah pasien, baik secara
intermittent atau part time, agar pasien mampu adaptasi dalam organisir
perawatan dirinya secara mandiri. Terdiri dari 12 elemen:
 Mandiri  decision making oleh case manager, tetap merujuk tim
 Reliable professionally  min. risiko kerugian pasien & keluarga
 Kurangi fragmentasi perawatan: pelayanan terpadu oleh manager kasus
 Benchmark untuk meningkatkan mutu layanan cepat karena follow up dari awal
 Satisfaction evaluation: proses & hasil yg dirasakan pasien, unnecessary workload↓,
konsistensi decision, pemahaman peran yang dapat dipertanggungjawabkan
 Perawat primer: case manager yang terpadu dalam tim
 Efisien & efektif dalam penggunaan resources, tetap merujuk tim
 Kolaborasi antara case manager, dokter, profesi terkait mutu layanan ↑
 Comprehensive geriatric assessment: status fungsional, psikososial, kognitif,
pemeriksaan fisik, risiko jatuh, status nutrisi, perawatan gigi & mulut, risiko
dekubitus, pemakaian obat-obatan
 Pendidikan & penyuluhan kesehatan pasien
 Partisipasi aktif pasien & keluarga dalam menjalankan rencana asuhan keperawatan
 Pengorganisasian kasus-kasus yang numpuk
Prinsip geriatric care
 Holistik
penderita lansia harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya,lingkungan kejiwaaan,sosial ekonomi
 holistik secara vertikal : pemberian pelayanan dimulai dari pelayanan
di masyarakat-rujukan tertinggi (RS)
 holistik secara horizontal : pelayanan kesehatan merupakan bagian
dari pelayanan kesejahteraan lansia secara menyeluruh
 Mencakup preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif
 Diagnosis penyakit meliputi 4 tingkatan penyakit:
1. Desease  diagnosis penyakit pada penderita
2. Impairment (kerusakan)  gangguan organ akibat penyakit
3. Disability (ketidakmampuan)  akibat obyektif pada kemampuan
fungsional dari organ
4. Handicap (hambatan)  akibat sosial dari penyakit
 Tatakerja & tatalaksana secara TIM
 tim interdisiplin : pembuatan & penyerasian konsep & tindakan
 tim multidisiplin : pembuatan & penyerasian konsep
P3G
 Pendekatan Paripurna Pasien Geriatri
 Prosedur evaluasi multidimensi dimana berbagai masalah
pasien geriatri diungkap
 Tujuanya agar pasien yang sudah berusia lanjut tersebut dapat
mencapai derajat kesehatan optimal serte memiliki
kemampuan fungsional tertinggi
Layanan kesehatan
 Layanan kesehatan berbasis masyarakat
1. promosi kesehatan
2. pencegahan penyakit
3. pengobatan dasar.

 Layanan kesehatan berbasis rumah sakit


Pendekatan paripurna pasien
geriatri
 Pendekatan interdisipliner untuk menapis dan mendiagnosis
gangguan fisis, psikososial, gangguan fungsional pada pasien lansia

 P3G  Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri = CGA (Comprehensive


Geriatric Assessment)
 Komponen CGA
- Pengkajian masalah medik (diagnosis medik)
- Pengkajian status fungsional (diagnosis fungsional)
- Pengkajian status kognitif
- Pengkajian status emosi/ afek
- Pengkajian kondisi sosial
CGA (Comprehensive
Geriatric Assessment)

Suatu proses multidimensional, interdisiplin diagnosa


untuk menentukan kemampuan secara medis, psikologis, dan
fungsional dari seorang lanjut usia yang lemah untuk
meningkatkan rencana yang terorganisir dan terintegritas untuk
perawatan dan pemantauan dalam jangka panjang .
TUJUAN CGA
 Meningkatkan proses perawatan
 Akurasi diagnosa
 Perawatan medis
 Mengatur pengaturan untuk jangka panjang
 Meningkatkan hasil perawatan
 Status fungsional
 Kualitas hidup menjadi lebih baik
 Contain biaya perawatan
 Kurangi penggunaan pelayanan formal yang tidak dibutuhkan
 Memperpanjang tenure di rumah/komunitas

Anda mungkin juga menyukai