Anda di halaman 1dari 22

ABSES PERITONSILER

BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
Anatomi Tonsil terdiri dari jaringan limfoid
yang dilapisi oleh epitel respiratori.

Cincin Waldeyer merupakan jaringan


limfoid yang mengelilingi faring

Cincin Waldeyer terdiri atas susunan


kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu terdiri dari:

• tonsila palatina (tonsil faucial)


• tonsila faring (adenoid)
• tonsila lingualis (tonsil pangkal lidah)
• 4. tonsila tubaria
• 5. lateral band
• 6. granula.5
Tonsil terletak di lateral orofaring, dibatasi oleh:6

Lateral :m.konstriktor faringeus superior

Anterior : m.palatoglosus

Posterior : m.palatofaringeus

Superior : palatum mole

Inferior : tonsila lingualis


FOSSA TONSILARIS KAPSUL TONSIL

terletak pada tonsila palatine

Bagian permukaan lateral tonsil


ditutupi oleh suatu membran
jaringan ikat, yang disebut kapsul
dibatasi oleh otot-otot orofaring
yaitu

Kapsul tonsil mempunyai trabekula


• batas anterior adalah m.palatoglosus atau yang berjalan ke dalam parenkim.
disebut plika posterior Trabekula ini mengandung
• batas lateral atau dinding luarnya adalah pembuluh darah, saraf-saraf dan
muskulus konstriktor faringeus superior pembuluh eferen

Plika anterior dan plika posterior bersatu di


bagian atas pada palatum mole, ke arah
bawah terpisah dan masuk ke jaringan di
pangkal lidah dan dinding lateral faring.
Kriptus Tonsil Plika Triangularis

Di antara pangkal lidah dan bagian anterior


Kriptus tonsil berbentuk saluran yang kutub bawah tonsil terdapat plika
tidak sama panjang dan masuk ke triangularis yang merupakan suatu struktur
bagian dalam jaringan tonsil normal yang telah ada sejak masa embrio.

Umumnya terdiri dari 8-20 buah dan Plika triangularis membentuk suatu
kebanyakan terjadi penyatuan kantong atau saluran buntu.
beberapa kriptus.

Secara klinik terlihat bahwa kriptus Keadaan ini dapat merupakan sumber
merupakan sumber infeksi, baik lokal infeksi lokal maupun sistemik karena
maupun sistemik karena dapat terisi sisa kantong tersebut terisi sisa makanan atau
makanan, epitel yang terlepas dan kuman. kumpulan debris
VASKULARISASI

Tonsil mendapat vaskularisasi dari


cabang-cabang arteri karotis
eksterna, yaitu

• Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan


cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden.
• Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri
palatina desenden.
• Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis
dorsal.
• Arteri faringeal asenden.
INERVASI

• Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke


V (nervus trigeminus) melalui ganglion sfenopalatina
• bagian bawah dari saraf ke IX (nervus glosofaringeus).

ALIRAN GETAH BENING

• Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju


rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular
node) bagian superior di bawah
m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar torak
dan akhirnya menuju duktus torasikus.
• Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui
perjalanan aliran getah bening.
Ruang Peritonsil
Ruang peritonsil merupakan salah satu dari ruang leher dalam
Ruang leher dalam dibagi menjadi :
1. Ruang yang mencakup seluruh panjang leher :
a. Ruang retrofaring
b. Danger space
c. Ruang vaskular viseral
2. Ruang yang terbatas pada sebelah atas os hioid :
a. Ruang faringomaksila
b. Ruang submandibula
c. Ruang parotis
d. Ruang mastikator
e. Ruang peritonsil
f. Ruang temporal
3. Ruang yang terbatas pada sebelah bawah os hioid :
Ruang viseral anterior
DEFINISI

• Abses peritonsil
merupakan infeksi akut
atau abses yang berlokasi
di spatium peritonsiler,
yaitu daerah yang
terdapat di antara tonsil
dengan m. kontriktor
superior
Etiologi
Komplikasi tonsilitis akut

Kuman penyebab :

• Aerob :Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik


streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus
influenzae
• Anaerob :Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas,
Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp

Virus : eipsten-barr, adenovirus, influenza A dan


B, herpes simplex, dan parainfluenza.
PATOFISIOLOGI
Pada tonsilitis akut →
kuman menembus kapsul
tonsil → radang (pada Paling sering pada fosa
jaringan ikat peritonsil) → supratonsilaris (70 %)
infiltrat → supurasi →
abses

Biasanya unilateral,
banyak pada orang dewasa
Gejala dan Tanda
Klinis
DIAGNOSIS PASTI

Pungsi pada daerah yang bombans :


Pus (+) → abses
Darah (+) → infiltrat
Pemeriksaan Penunjang

1. USG transkutaneus atau intraoral juga dapat membantu


mengidentifikasi adanya abses dan membedakan antara
abses peritonsil dan selulitis peritonsil.

2. CT dapat membedakan antara selulitis peritonsil atau


abses peritonsil, serta menunjukkan penyebaran infeksi
pada daerah leher dalam.

3. MRI memiliki keuntungan dalam melihat jaringan lunak


(soft tissue) dan menghindari paparan radiasi.
Komplikasi

• 1. Pus turun kebawah, terjadi peri laringitis, peri


trakheitis dan mediastinitis.
• 2. Pus menjalar ke spatium parafaring: terjadi abses
parafaring (pus antara m. konstriktor faringeus sup dan
fasia cervikalis profunda.
• 3. Udem laring, bisa sebabkan obstruksi laring
• 4. Pus pecah spontan, bisa aspirasi
• 5. Trombosis vena leher (V.Jugularis interna)
• 6. Sepsis

Diagnosis Banding

• Abses retrofaring
• Abses parafaring
• Abses submandibula
• Angina ludovici
ANAMNESIS

1. Terapi antibiotika

• Penisilin
• Metronidazol
• Tetrasiklin

2. Insisi dan drainase

3. Drainase dengan aspirasi jarum

4. Tonsilektomi
INSISI DAN DRAINASE
Lokasi insisi :

• Pembengkakan di daerah arkus-arkus tonsil atau


dipalpasi pada daerah yang paling fluktuatif.
• Pada titik yang terletak dua pertiga dari garis khayal
yang dibuat antara dasar uvula dengan molar terakhir.
• Pada pertengahan garis horizontal antara pertengahan
basis uvula dan M3 atas.
• Pada pertemuan garis vertikal melalui titik potong
pinggir medial arkus anterior dengan lidah dengan garis
horizontal melalui basis uvula.
• Pada pertemuan garis vertikal melalui pinggir medial
M3 bawah dengan garis horizontal melalui basis uvula
Insisi diperdalam dengan klem dan pus yang keluar
langsung dihisap dengan menggunakan alat penghisap
Drainase dengan aspirasi
jarum
Teknik aspirasi

menggunakan semprit 10 ml, dan jarum no.18

pemberian anestesi topical (misalnya xylocain spray) dan


infiltrasi anestesi local (misalnya lidokain)

Lokasi aspirasi pertama adalah pada titik atau daerah paling


berfluktuasi atau pada tempat pembengkakan maksimum

Bila tidak ditemukan pus, aspirasi kedua dapat dilakukan 1


cm di bawahnya atau bagian tengah tonsil

Aspirasi jarum
• TONSILEKTOMI

Indikasi umum :

• Resiko penyakit yang lebih berat dari operasi.

Indikasi khusus :

• Bila serangan lebih dari 5 kali dalam satu tahun.


• Abses peritonsil yang tidak dapat diinsisi dan drainase
karena trismus atau abses yang berlokasi di kutub
bawah.
• Abses peritonsil yang meluas dari hipofaring ke
daerah parafaring, dengan resiko meluas ke daerah
leher dalam.
• Penderita dengan DM (Diabetes Melitus) yang
memerlukan toleransi terhadap terapi berbagai
antibiotika.
• Penderita diatas 50 tahun dengan tonsil-tonsil yang
melekat, karena abses akan sangat mudah meluas ke
daerah leher dalam.
Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses peritonsil,
bervariasi :

1. Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera


/ bersamaan dengan drainase abses.

2. Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4


hari setelah insisi dan drainase.

3. Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6


minggu setelah drainase
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai