SEKILAS IRBANG II Rev
SEKILAS IRBANG II Rev
BENDUNGAN
Bendungan (dam) adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk
menyimpan air dibagian hulunya
Jenis-jenis Bendung
Perencanaan Pendahuluan
Analisa Hidrologi
Perencanaan Hidrolis Bendung
Perencanaan Konstruksi Bendung
berdasarkan ukurannya
tujuan pembangunannya
penggunaannya
jalan airnya
konstruksinya
fungsinya
menurut ICOLD (International Commission on
Large Dams)
Kembali
Kembali
Kembali
2. Pembagi
Dibangun untuk menaikkan muka air sampai tinggi yang diperlukan agar
dengan ketinggian tersebut air dapat dialirkan ke tempat yang dinginkan
melalui saluran pembawa.
3. Pengendali
Berfungsi untuk menahan air kelebihan kemudian melepasnya pada debit
yang aman. Dengan demikian yang menjadi tujuan dari pembuatan
bendungan pengendali ini adalah aliran sungai yang konstan
Kembali
Kembali
Kembali
Kembali
Kembali
Kembali
Bendung Sangau
Ledo yang
dipergunakan untuk
memenuhi
kebutuhan irigasi
pada daerah Sangau
Ledo
Kembali
Tujuan pembangunan
bendungan Sempor : irigasi
17.000 Ha, listrik 6 juta
KWH/tahun, pengendalian
banjir, perikanan, pariwisata, air
minum, drainase dan industri.
Tipe: urugan dengan inti tanah,
tinggi di atas dasar sungai 49 m,
tinggi di atas galian 58 m,
panjang puncak 220m, lebar
puncak 10 m, elevasi puncak +
77 m, volume tubuh bendungan
1,579 juta m3
Kembali
Tujuan pembangunan
bendungan Mrica untuk: Listrik
580 GWH/tahun; irigasi,
pariwisata dan air bersih. Tipe
bendungan: urugan batu dengan
inti tanah, tinggi di atas dasar
sungai 95 m, tinggi di atas
galian 110 m, panjang puncak
832 m, lebar puncak 6 m, elevasi
puncak + 235 m, volume tubuh
bendungan 4,915 juta m3
Kembali
Bendungan
Pengendali Lahar
(Jawa Barat)
Kembali
Tujuan pembangunan
bendungan Mamak untuk:
irigasi 5.428 ha, listrik 550 KW;
Tipe bendungan: urugan batu
dengan inti tanah, Tipe
pelimpah: “ogee” tanpa pintu,
tinggi di atas dasar sungai 39,50
m, tinggi di atas galian 41,5 m,
panjang puncak 550 m, lebar
puncak 10 m, elevasi puncak
+99,50 m, volume tanah
bendungan 712.000 m3
Kembali
Kembali
Kembali
Kembali
Tujuan pembangunan
Keadaaan klimatologi
Keadaan hidrologi
Keadaan topografi
Keadaan di daerah genangan
Keadaan geologi setempat
Ketersediaan bahan bangunan
Hubungan dengan bangunan pembantu (bangunan pelimpah,
bangunan pengambilan dan bangunan pengeluaran).
Keperluan untuk pengoperasian waduk
Keadaan lingkungan setempat
Biaya proyek.
Kembali
Kembali
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 27
METODE LOG PEARSON TYPE III
Dimana dalam metode log pearson type III ini data banjir dirubah
dalam bentuk logaritma, sehingga nilai rata-ratanya dihitung
menurut rumus :
Log X i
Log X
n
Sedangkan besarnya standar deviasi dihitung dengan :
2
(logX i Log X)
S
log x n1
Kembali
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 29
METODE PUNCAK BANJIR DIATAS AMBANG
Metode rasional ini digunakan kalau data debit banjir yang ada tidak
memadai dan untuk perhitungan drainase yang diterapkan pada
daerah pengaliran yang kecil. Metode ini menggunakan hubungan
antara besarnya curah hujan dengan limpasan permukaan.
Hubungan ini ditunjukkan menurut rumus sebagai berikut :
Qp = 0,00278 . C . I . A
Dimana :
Qp = debit puncak banjir ( m3 / detik ).
C = koeffisien limpasan.
I = intensitas hujan selama waktu konstentrasi(m/jam)
A = Luas daerah pengaliran ( ha ).
Kembali
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 31
Pemilihan Lokasi bendung dalam perencanaan bendung.
Pemilihan lokasi bendung, merupakan awal karena bertolak dari pemilihan lokasi
bendung inilah perencanaan jaringan irigasi akan dilakukan. Setelah lokasi
bendung ditetapkan, beberapa penyelidikan yang mengikutinya seperti
pemetaan sungai dan bendung, penyelidikan geologi teknik serta penyelidikan
model hidrolis ( kalau diperlukan ).
Tidak mustahil setelah dilakukan penyelidikan selanjutnya lokasi bendung
tersebut masih harus dipindah lagi, mengingat :
Ada areal sawah yang belum terjangkau.
Kondisi geologis pada lokasi bendung tidak memungkinkan.
Bentuk alur sungai yang kurang cocok dan sebagainya.
Kalau penyelidikan berikutnya mendukung penempatan bendung yang diambil,
maka perencanaan bendung dapat dilakukan. Perencanaan itu mencakup
Kembali
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 35
2. Kehilangan tinggi pada bangunan sadap dan bagi.
Kehilangan tinggi pada bangunan terjadi mulai pada bangunan sadap,
dimana saluran tersier menyadap air dari saluran sekunder atau saluran
induk. Pada bangunan ini kehilangan tinggi terjadi pada pintu tersier, akibat
perbedaan tinggi muka air sebelum dan sesudah pintu. Perbedaan tinggi ini
yang menghasilkan terjadinya aliran melalui pintu sesuai dengan persamaan :
V = , dimana h adalah perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir pintu.
Sedangkan besarnya debit yang dapat dialirkan oleh pintu adalah: Q = b . h .
V, dimana b adalah lebar pintu dan h adalah kedalaman air dipintu. Debit
yang harus dialirkan pintu sadap tersier tergantung dengan luas petak tersier
yang harus dilayani, sehingga besarnya debit ini sudah tertentu pada saat
perencanaan. Dengan demikian besarnya kehilangan tinggi tergantung dari
lebarnya pintu. Semakin lebar pintu
Kembali
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II 39
PENENTUAN TINGGI MERCU
Berdasarkan elevasi sawah tertinggi
Agar semua sawah dapat terairi, maka yang menjadi
pedoman adalah sawah tertinggi. Namun air yang diambil
dari bendung, dalam perjalanannya ke sawah tertinggi
tersebut akan mengalami kehilangan tinggi.
Kehilangan tinggi tersebut antara lain karena kehilangan
energi yang terjadi pada saluran, bangunan sadap/ bagi
dan pada bangunan ukur.
Beff = B - 2 ( n Kp + Ka ) H1 - b.
dimana :
n = Jumlah pilar
Kp = koeffeisien kontraksi pilar
Ka = Koeffisien kontraksi pangkal bendung
H1 = Tinggi energi, m
b = lebar pilar
dimana :
pb adalah lebar pintu bilas.
Kembali