Anda di halaman 1dari 40

Perencanaan Kolam Olakan

• Prinsip Peredaman Energi pada Bendung


• Aliran Di Kaki Bendung
• Proses terjadinya air loncat
• Berbagai terjadinyakemungkinan air loncat
• Panjang air loncat
• Lengkung Debit Air Dihilir Bendung
• Bentuk-bentuk kolam olakan
• - Kolam Loncat Air
• - Kolam Vlughter
• - Kolam USBR
• - Kolam SAF
• - Bak Tenggelam
Prinsip Peredaman Energi pada
Bendung
Aliran yang melimpah diatas mercu
bendung akan mengalir dengan kecepatan
yang cukup tinggi menuju kaki bendung
yang dapat menimbulkan kerusakan
dinding atau dasar saluran karena gerusan
yang ditimbulkannya.
Dikaki bendung, kecepatan yang cukup
tinggi ini harus diredam agar tidak
mengakibatkan gerusan dikaki bendung.
Peredaman Energi pada Bendung
1. Prinsip Air Loncat.
Peredaman energi dengan merubah aliran superkritis menjadi aliran
subkritis yang dilakukan pada kolam olakan sehingga terdapat
peralihan yang berbentuk air loncat. Kolam olakan yang menggunakan
prinsip ini adalah : Vlughter, Kolam Loncat Air ( Foster dan Kunde )
2. Prinsip memperbesar gesekan.
Gesekan antara aliran air dengan dasar saluran, dapat dilakukan dengan
memasang gigi-gigi atau blok-blok beton pada dasar saluran atau
kolam olakan sehingga terjadi peredaman energi. Kolam olakan yang
menggunakan prinsip ini adalah kolam olakan USBR.
3. Prinsip membentuk pusaran air.
Dengan membentuk pusaran air, maka akan terjadi benturan antara
molekul-molekul air yang akan meredam energi. Kolam olakan yang
menggunakan prinsip ini adalah bak tenggelam.
4. Prinsip membenturkan aliran ke badan yang kuat atau ke air.
Dengan melontarkan /menjatuhkan /mengalirkan air dari mercu ke
badan masif yang kuat atau ke bantalan air yang cukup dalam. Contoh
Kolam olakan ini adalah Sky Jump Spillway, Impact Stilling Basin
Aliran Di Kaki Bendung
Dalam Standar Perencanaan Irigasi KP-02,
menyampaikan rumus untuk menghitung
kecepatan aliran dikaki bendung sebagai berikut

V1 = 2g ( 1/2 . H1 + z )
dimana :
z = tinggi jatuh (m), diukur
dari mercu ke dasar lantai
kolam olakan.
H1= tinggi energi diukur
dari mercu
Bilangan Freude
Bilangan Freude adalah perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya tarik bumi.
V1
Fr =
g.y 1
dimana :
y1 = kedalaman aliran
dikaki bendung.
Fr = bilangan Freude
Fr < 1  aliran subkritis
Fr = 1  aliran kritis
Fr > 1  aliran superkritis.
Aliran dikaki bendung umumnya superkritis, jika
aliran bersifat subkritis, tidak diperlukan kolam olakan.
Proses terjadinya air loncat
Hubungan antara kedalaman air dihulu dan
dihilir air loncat :

=  1 + 8 Fr2 - 1
y2 1
y1 2 

dimana :
y2 = Kedalaman air
dihilir air loncat.
y1 = Kedalaman air
dihulu air loncat.
Fr = Bilangan Freude.
Berbagai terjadinyakemungkinan air loncat
kedalaman air hilir = kedalaman berpasangan
 air loncat akan terjadi tepat dikaki bendung.

kedalaman air hilir < kedalaman berpasangan,


 terlebih dahulu akan terjadi kenaikan kedalaman air
hulu, sebelum terjadi air loncat. Akibatnya
terbentuknya air loncat akan bergeser kehilir. Jika
ini terjadi maka lantai kolam olakan perlu
diturunkan agar ketinggian muka air hilir menjadi
sesuai dengan muka air kedalaman berpasangan

kedalaman air hilir > kedalaman berpasangan


 terjadinya air loncat akan maju kehulu, sehingga
terbentuk air loncat yang tenggelam.
Berbagai kemungkinan terjadinya air loncat
Panjang air loncat
Secara teoritis, panjang air loncat dalam perbandingan
terhadap kedalaman hilir air loncat ( y2 ) dan sesuai dengan
besarnya bilangan Freude ( Fr ).
• Bilangan Freude aliran dikaki bendung, sebaiknya
bernilai 4,5 sampai 9 karena dengan nilai ini air loncat
terbentuk secara nyata.
• Untuk bilangan Freude antara 2,5 sampai 4,5, semburan
berosilasi menyertai dasar loncatan bergerak kearah
permukaan dan kembali lagi tanpa perioda tertentu
sehingga menghasilkan gelombang tidak teratur yang
besar, seringkali menjalar sampai jauh dan menyebabkan
kerusakan tak terbatas pada tanggul dari tanah dan batu
lapis lindung. Loncatan ini disebut loncatan berosilasi
3. Untuk bilangan Freude antara 1,7 sampai 2,5 air loncat
yang terjadi hanya berupa gulungan ombak pada
permukaan loncatan, tetapi permukaan air di hilir tetap
halus. Secara keseluruhan kecepatannya seragam dan
peredaman energinya kecil, loncatan ini dinamakan
loncatan lemah.
4. Untuk bilangan Freude diatas 9 kecepatan semburan
yang tinggi akan memisahkan hempasan gelombang
gulung dari permukaan loncatan, menimbulkan
gelombang-gelombang hilir, jika permukaannya kasar
aka mempengaruhi gelombang yang terjadi. Loncatan ini
disebut loncatan kuat. Dari nilai bilangan Freude
tersebut, yang masih dapat diterima untuk diredam pada
kolam olakan adalah untuk bilangan Freude 9 sampai 13.
Untuk nilai yang lebih tinggi, memerlukan kolam olakan
yang mahal.
Lengkung Debit Air Dihilir Bendung
Hubungan antara elevasi muka air dihilir dengan debit :
Q=V.A
dimana :
Q = Besarnya debit dalam m3/detik.
V = Kecepatan aliran dalam meter/detik.
A = Luas penampang basah sungai dalam m2.

Kecepatan digunakan rumus Chezy seperti berikut ini.


V = C . R ½ .I ½
C = Koeffisien Chezy.
R = Jari-jari hidrolis dalam meter = A/P
P = Keliling basah dalam meter.
I = Kemiringan memanjang sungai.
Bentuk-bentuk kolam olakan
- Kolam Loncat Air
- Kolam Vlughter
- Kolam USBR
- Kolam SAF
- Bak Tenggelam
Kolam Loncat Air
Dalam perencanaan kolam loncat air ini, dari setiap debit
dihitung besarnya kecepatan dan kedalaman aliran dikaki
bendung ( V1 dan y1 ). Dari nilai tersebut dihitung
kedalaman berpasangannya. Muka air sungai dihilir pada
debit yang bersangkutan, harus selalu lebih tinggi dari muka
air dari kedalaman berpasangan yang dihitung dan diplot.
Penentuan muka air hilir harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya degradasi / penurunan dasar sungai.
Degradasi harus dicek kalau :
a) bendung dibangun di sudetan.
b) sungai alluvial dan rawan terhadap erosi.
c) terdapat waduk di hulu sungai.
Metoda Perencanaan Air Loncat
Panjang kolam loncat air
Panjang kolam loncat air :
Lj = 5 ( n + y2 )
dimana :
Lj = Panjang kolam, m.
n = tinggi ambang ujung, m.
y2 = Kedalaman air diatas ambang, m.

Dengan demikian parameter - parameter loncat air ini adalah


seperti gambar berikut ini. Dari gambar tersebut kita lihat
bahwa dengan sudut runcing, kemiringan hilir bendung harus
diambil 2 : 1 . Tapi kalau digunakan sudut bulat dengan
r  0,5 H1, maka kemiringan hilir bendung dapat diambil 1 :
1
Parameter Kolam Loncat Air
Kolam Vlughter
Berdasar penyelidikan laboratorium, kolam olakan
Vlughter ini telah terbukti tidak handal untuk dipakai
pada tinggi air hilir diatas dan dibawah muka air yang
sudah diuji di Laboratorium. Karenanya kolam olakan
Vlughter ini tidak lagi dianjurkan jika debit selalu
mengalami fluktuasi misalnya pada bendung di sungai
Contoh Perhitungan Kolam Vlughter
1. Debit Banjir Rencana = 661 m3/detik.
2. Lebar sungai = 50 meter.
3. Ketinggian mercu = + 382,55 meter.
4. Ketinggian dasar sungai = + 379,20 meter.
5. Ketinggian muka air banjir = + 386,05 meter.
6. Jarijari mercu = 2,50 meter.
7. Lebar kolam olakan = 50 meter.
8. Tinggi energi ( ha ) = 0,19 meter.
Penyelesaian
H1 = ( 386,05 – 382,55 ) + 0,19 = 3,69 meter.
Z = ( 386,05 + 0,19 ) – 381,2 = 4,98 meter.
( Z adalah tinggi mercu dari dasar kolam olakan)
q = 661/50 = 13,22
2
13,22
h = 3 = 2 , 61 m .
c 9,8

Z/hc = 1,91  t = 2,4 . 2,61 + 0,4 . 4,98 = 8,25 m.


a = 0,28 . 2,61  ( 2,61/4,98 ) = 0,53 m.
Elevasi kolam olakan = 381,2 – t – a = 372,42 m.
D = 382,55 – 372,42 = 10,13 meter.
Kontrol terhadap air loncat :
1 
V1 = +
2 g  H1 Z 
2 
V1 =  ( 2 . 9,81 . ( ½ . 3,69 + 4,98 ) = 11,57 m/dt ;
y1 = Q /( V1 x b ) = 661/( 11,57 . 50 ) = 1,15 m;
Fr = 11,57/(9,8 . 1,15) = 3,42
1,15
y2 = [ 1 + 8 . 3 , 42 2 - 1 ] = 5 ,01 m .
2
t + a = 8,25 + 0,53 = 8,78 m ternyata t + a lebih besar dari y2
sehingga air loncat agak bergeser kehulu, sehingga aman.
Dari grafik 5.5 untuk Fr = 3,42 didapat L/ y2 = 5,6
sehingga L = 5,6 . 5,01 = 28,05 meter.
Ternyata kolam olakan Vlughter kurang panjang.
Kolam Olakan USBR
Ada 4 type yang penggunaannya terutama tergantung
pada bilangan Freude aliran dikaki bendung

Type I :
Type ini digunakan untuk bilangan Freude dibawah
2,5. Karena air loncat yang terjadi pada bilangan
Fruede ini berupa air loncat yang lemah, maka untuk
aliran seperti ini belum diperlukan blok-blok atau gigi.
Pada kolam olakan type ini peredaman energi semata-
mata dilakukan oleh proses air loncat.
Type II :
Type ini digunakan untuk bilangan Freude diatas 4,5,
dengan kecepatan dikaki bendung tidak lebih dari 50
feet per detik ( sekitar 15 meter perdetik ). Type ini
dilengkapi ambang bergerigi ( dentated sill ) dan blok
luncur ( chute block ), untuk mengurangi panjang
kolam olakan.
Type III.
Kolam olakan type ini juga untuk bilangan Freude
diatas 4,5, tapi untuk kecepatan dikaki bendung kurang
dari 50 ft/dt atau 15 m/dt. Type dilengkapi dengan
blok luncur, namun ambang hilir dibuat masif tidak
bergerigi. Selain itu, dilengkapi pula dengan blok
halang ditengah kolam sejajar dengan ambang hilir.
Dibanding dengan USBR Type II, kolam olakan type III
ini lebih pendek karena adanya balok halang
Type IV.
Kolam olakan type ini digunakan untuk bilangan
Freude antara 2,5 sampai 4,5.
Kolam olakan ini mirip dengan kolam olakan type II,
hanya bedanya ambang hilir pada type ini tidak
bergerigi tapi masih seperti pada type III. Dibanding
dengan type II maupun III, jarak balok muka atau balok
luncur lebih jarang, namun lebih tinggi.
Contoh Perhitungan
1. Debit Banjir Rencana = 661 m3/detik.
2. Lebar sungai = 50 meter.
3. Ketinggian mercu = + 382,55 meter.
4. Ketinggian dasar sungai = + 379,20 meter.
5. Ketinggian muka air banjir = + 386,05 meter.
6. Jarijari mercu = 2,50 meter.
7. Lebar kolam olakan = 50 meter.
8. Tinggi energi ( ha ) = 0,19 meter.
Penyelesaian
H1 = ( 386,05 – 382,55 ) + 0,19 = 3,69 meter.
Z = ( 386,05 + 0,19 ) – 381,2 = 4,98 meter
V1 =  ( 2 . 9,8 . ( ½ . 3,63 + 4,98 ) = 11,57 m ;
y1 = Q /( V1 x b ) = 661/( 11,57 . 50 ) = 1,15
Fr = 11,5/(9,8 . 1,15) = 3,42 ;

1,15
y2 = [ 1 + 8 . 3 , 42 2 - 1 ] = 5 ,01 m.
2
Untuk bilangan Froude 3,42 maka kolam olakan yang
digunakan adalah USBR Type IV.
Diambil : tinggi gigi = 2,50 m sedangkan jarak gigi diambil
2 meter dan jarak gigi 5 meter
Sedangkan panjang air loncat untuk bilangan Froude 3,42
didapat L/d2 = 5,45 sehingga panjang kolam olakan = 5,45 x
5,01 = 27,3 meter. Dibanding dengan panjang air loncat dari
grafik V.5. untuk Fr = 3,42 didapat L/ y2 = 5,6 sehingga L =
5,6 . 5,01 = 28,05 meter. Ternyata kolam olakan USBR
dengan adanya gigi dan blok lebih pendek dari panjang
kolam olakan.
Kolam Olakan SAF
Kolam olakan SAF dipergunakan pada struktur drainasi kecil.
Data-data mengenai rancangan ini didapatkan dari penemunya
Balisdell adalah sebagai berikut :

1. Panjang kolam olakan untuk bilangan Freude antara Fr =


1,7 dan Fr = 17 dihitung dari persamaan : LB = 4,5 y2
/Fr0,26.
2. Tinggi blok luncur ( chute block ) dan blok lantai adalah
sama dengan kedalaman aliran dikaki bendung = y1 ,
sedangkan lebar dan jaraknya sekitar 0,75 y1.
3. Jarak ujung hulu kolam olakan sampai ke blok lantai
adalah LB /3.
4. Tidak ada blok yang diletakkan dengan jarak ke dinding
samping lebih kecil dari 3/8 y1.
5. Blok-blok dasar harus diletakkan ke arah hilir darilubang
di antara blok-blok luncur saluran curam.
6. Blok dasar harus meliputi antara 40 sampai 55 % lebar
kolam olakan.
7. Lebar dan selang blok-blok dasar untuk kolam olakan
pembagi harus diperbesar sebanding dengan
pertambahan lebar kolam olakan pada blok dasar.
8. Tinggi ambang ujung setinggi c = 0,007 y2 dimana y2
adalah kedalaman berpasangan teoritis dari y1.
9. Tinggi muka air hilir dari dasar kolam adalah y2', dihitung
berdasar rumus
y2' = ( 1,10 - Fr2/120 ) y2 untuk Fr = 1,7 sampai 5,5.
y2' = 0,85 y2 untuk Fr = 5,5 sampai 11.
y2' = ( 1,10 - Fr2/800 ) y2 untuk Fr = 11 sampai 17.
10.Tinggi dinding samping lebih tinggi dari muka air hilir
maksimum berlaku selama umur komstruksi, diambil
sebesar z = 1/3 y2.
11. Dinding sayap harus sama tinggi dengan dinding samping
kolam olakan. Puncak dinding sayap harus mempunyai
kemiringan 1 : 1.
12. Dinding sayap harus membentuk sudut 45o dengan sumbu
outlet.
13. Dinding samping kolam olakan dapat diletakkan sejajar (
pada kolam olakan persegi panjang ) atau dapat menyempit
sebagai perpanjangan dari dinding peralihan samping ( pada
kolam olakan trapesium ).
14.Dinding pondasi hilir ( cut-off wall ) pada kedalaman
nominal, harus diletakkan pada ujung kolam olakan.
Pengaruh masuknya udara diabaikan pada perancangan olakan.
Bak Tenggelam
Ada dua jenis bak tenggelam :
a. Bak tenggelam padat ( Solid bucket ).
Bak ini mempunyai satu lengkungan dengan jari-jari R dan
ambang yang mempunyai kemiringan 1 : 1 dan tinggi 0,6 R.
b. Bak tenggelam bercelah ( Slotted Bucket ).
Bak tenggelam ini selain mempunyai lengkungan dengan
jari-jari R, juga dilengkapi dengan gigi-gigi yang lebarnya
0,125 R dan berjarak 0,05 R, serta dihilir gigi ini masih ada
bidang miring selebar 0,5 R
Pusaran yang terjadi pada bak tenggelam ini ada dua :
a. Pusaran pertama : Pusaran permukaan.
Pusaran ini terjadi diatas lengkungan bak, bergerak
berlawanan dengan jarum jam dan mengarah keatas.
b. Pusaran kedua : Pusaran dasar.
Pusaran ini terjadi dihilir bak, bergerak searah jarum
jam dan mengarah kebawah.
Dasar Perencanaan Bak Bercelah
1. Bak harus mempunyai jari-jari kelengkungan ( R )
lebih besar dari jari-jari minimum ( Rmin ) yang
besarnya tergantung dari besarnya enersi ( Et ) dan
bilangan Freude ( Ft ) dari aliran yang jatuh di kaki
bendung.
2. Muka air hilir harus lebih dalam dari kedalaman
yang mengakibatkan terjadinya gerusan dihilir (
tailwater sweep out depth ).
3. Selain itu elevasi muka air hilir ini juga harus lebih
tinggi dari elevasi muka air hilir minimum ( Tmin) agar
kondisi Bdiatas dapat tercapai.
4. Muka air hilir itu juga tidak boleh lebih tinggi dari
air maksimum yang mengakibatkan gerusan dihilir bak,
hubungan Tmax/dt dengan R/Et pada berbagai harga Ft.
Dasar Perencanaan Bak Padat
Menurut Standar Perencanaan Irigasi bak tenggelam
type padat ini sangat berhasil digunakan pada
bendung-bendung rendah.
kedalaman kritis :

q2
hc = 3
g
dimana :
hc = kedalaman air kritis, m.
q = debit per satuan lebar, m3/dt.m.
g = percepatan gravitasi, sekitar 9,8 m/dt.
Contoh Perhitungan
Suatu bendung dengan bentuk mercu bulat ala DPMA,
dengan lebar bendung 40 meter mengalirkan debit pada
berbagai tinggi muka air udik bendung sebagai berikut :

Debit ( m3/dt ) 600 360 180 80


Kedalaman air 4,7 3,7 2,6 1,7
hilir ( m).
Elevasi muka air 381,2 380,2 379,1 378,2
hilir ( m ).

Dalam perencanaan kolam olakan dengan bak tenggelam


padat, diambil tinggi mercu + 382,55 meter
Penyelesaian
No Perhitungan I II III IV
1. Debit total bendung (m3/dt ) 600 360 180 80
2. Tinggi air diatas mercu ( m ) 3,50 2,70 1,87 1,25
3. Debit/satuan lebar q (m3/dt.m) 15 9 4,5 2
4. Elevasi muka air udik ( m) 386,05 385,25 384,42 383,80
5. Elevasi muka air hilir ( m ) 381,20 380,20 379,10 378,20
6. Tinggi tekan : H (m) (4 – 5) 4,85 5,05 5,32 5,60
7. Kedalaman kritis : 2,84 2,02 1,27 0,74
8. H/hc = (5) / (6) 1,71 2,50 4,20 7,57
9. Rmin/hc ( dari grafik ) 1,55 1,60 1,65 1,60
10. Jari-jari bak : R = (7)x(9)(m). 4,50 3,24 2,10 1,184
11. Tmin/hc ( dari grafik ) 2,1 2,5 2,7 3,4
12. Tmin = (7) x (11) (m) 5,96 5,05 3,43 2,52
13. Elevasi Tmin ( m). 380,46 379,5 377,9 377,02
Perencanaan Bak Tenggelam Bercelah

Pada bak tenggelam bercelah diambil tinggi mercu


+ 388,55 meter.
Kalau dari perhitungan dengan cara dibawah ini ternyata
muka air hilir lebih tinggi dari Tmax, maka elevasi dasar
lengkungan bak kita turunkan. qSebaliknya
2 kalau muka air
= 3 Ts atau Tmin, maka elevasi
h c dari
hilir ternyata lebih rendah
g
dasar lengkungan kita naikkan.
No. Perhitungan I II III IV
1. Debit yang melimpah mercu Q (m3/dt) 600 360 180 80
2. Tinggi air udik diatas mercu (m ) 3,50 2,70 1,87 1,25
3. Debit persatuan lebar q ( m3/dt.m) 15 9 4,5 2
4. Elevasi muka air udik (m) 392,00 391,80 390,37 389,75
5. Elevasi muka air hilir ( m ) 381,20 380,20 379,10 378,20
6. Tinggi tekan : z = (4) - (5) 10,85 11,05 11,30 11,60
7. Kecepatan dikaki bendung : Vt (m ) 14,58 14,72 14,88 15,08
8. Kedalaman dikaki bendung : dt ( m ) 1,03 0,61 0,30 0,13
9. Bilangan Freude : Ft (m ) 4,59 6,02 8,7 13,4
10. Tinggi energi khas : Et (m) 11,87 11,66 11,60 11,73
11. R/Et dari grafik untuk Ft dari (9) 0,36
12. Jari-jari minimum : R = (10) x (11) 4,27
13. Jari-jari ditetapkan : R ( m) 4,50
14. R / Et dengen R dari (13) 0,38 0,39 0,39 0,38
15. Ts/dt dari grafik (a) 6,5 8,50 14
16. Ts : (8) x (18) (m) 6,70 5,19 4,20
17. Elevasi Ts ( m) 381,10 378,68 377,70
18. Tmin/dt dari grafik (b) 7,1 9,5 15,5
19. Tmin : (8) x (19) (m) 7,3 5,8 4,65
20. Elevasi Tmin (m) 380,80 379,30 378,15
21. Tmzx/dt dari grafik (a) 8 15 50
22. Tmax : (8) X (21) (m) 6,24 7,15 13,05
23. Eelevasi Tmax (m) 381,74 382,65 388,50

Anda mungkin juga menyukai