Anda di halaman 1dari 18

Peritonitis et Causa Perforasi

Typhoid
KELOMPOK C4
ADELITA AYU K (102013080)
RICKO (102014174)
EVI NURKALIM (102015108)
DAVID LAY ( 102016062)
MARIA MARSELA P (102016066)
HARDIANTI ( 102016134)
DWI VERNIA S PARANNA ( 102016221)
KEVIN WIKANATA P (102016240)
NUR FATIHA ABD RAHMAN ( 102016271)
Scenario 11

 Seorang laki – laki berusia 20 tahun dibawa ke UGD RS dengan


keluhan nyeri perut hebat pada seluruh perutnya sejak 6 jam yang
lalu.
Rumusan Masalah

 Laki-laki berusia 20 tahun dengan nyeri perut hebat pada seluruh


perutnya sejak 6 jam yang lalu.
Anamnesis

 Identitas Pasien
 Keluhan Utama= Pada scenario diketahui keluhan nyeri perut hebat
pada seluruh perut sejak 6 jam yang lalu
 Riwayat Penyakit Sekarang= demam naik turun terutama pada malam
hari, disertai mual, konstipasi, anoreksia(10 hari yang lalu). pasien
semakin melemah dan hanya bisa berbaring di tempat tidur
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat Pengobatan
 Riwayat Sosial
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis  Status Lokalis


 Kesadaran & Keadaan umum • Abdomen :
 Nadi : 95x/menit • Inspeksi : distensi abdomen
 Tekanan nadi : 130/90 • Auskultasi:
mmHg
• Perkusi :
 RR : 24 x/menit
• Palpasi : Nyeri tekan pada seluruh
 Suhu : 38,5ºC bagian abdomen
Differential diagnosis
Peritonitis primer Peritonitis sekunder Peritonitis tersier

definisi Merupakan peritonitis akibat Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi Peritonitis tersier terjadi akibat
kontaminasi bakterial secara hematogen akut atau perforasi tractus kegagalan respon inflamasi tubuh atau
pada cavumperitoneum dan tidak gastrointestinal atau tractus urinarius. Super infeksi.
ditemukan fokus infeksi dalam
abdomen.(penderita sirosis hepatis)

etiologi Penyebabnya bersifat monomikrobial, Bakteri anaerob, khususnya spesies Peritonitis tersier dapat terjadi akibat
biasanya E. Coli, Sreptococus atau Bacteroides, dapat memperbesar peritonitis sekunder yang telah
Pneumococus. pengaruh bakteri aerob dalam Di lakukan interfensi pembedahan
menimbulkan infeksi. ataupun medikamentosa.

Gejala kliniks Nyeri abdomen nyeri tekan abses atau flegmon


Demam suhu badan penderita akan naik
Asites Peristaltic usus menurun
pekak hati hilang
Working diagnosis

 Peritonitis sekunder/ akut


 Peritonitis sekunder merupakan infeksi yang berasal dari
intraabdomen yang umumnya berasal dari perforasi organ
berongga
Pemeriksaan Penunjang

 1.Foto abdomen =adanya kekaburan pada cavum abdomen,


preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
subdiafragma atau intra peritoneal

 2. Ultrasonografi = kelainan pada sistem hepatobilier, traktus urinarius,


atau kemungkinan apendisitis akut.

 3.Pemeriksaan Laboratorium=antibodi tetrhadap kuman

 4. Urinalisis = menyingkirkan penyakit saluran kemih ( misalnya ,


pielonefritis
Posisi Pemeriksaan Radiologi

 Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang,


dan kekaburan pada cavum abdomen.

 Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit
(semilunair shadow)

 Posisi LLD,(left lateral decubitis) didapatkan free air intra peritonial pada daerah
perut yang paling tinggi. Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau
antara pelvis dengan dinding abdomen.
Etiologi

 1.Sebab bacterial
 2.Sebab kimiawi
i. Getah lambung dan pancreas
ii. Empedu
iii. Darah.
iv. Urin.=peritinitis
Gejala Klinis

 Nyeri abdominal akut merupakan gejala yang khas


 Syok
 demam,
 Distensi abdominal yang semakin nyata
 Nyeri tekan abdominal yang local
 bising usus tidak terdengar = kelumpuhan sementara usus.
 tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis dan jenis
organisme yang bertanggung jawab.
Epidemiologi

 pada anak-anak dan orang dewasa yang mengalami komplikasi


sirosis
 Pasien dengan sirosis sebanyak70% adalah anak-anak
 pengembangan peritonitis bakteri spontan dikaitkan dengan
prognosis jangka panjang yang buruk.
 prevalensi mungkin setinggi 18%.
 berkembang dari 8% selama 2 dekade terakhir
lubang yang terjadi pada dinding saluran pencernaan

patofisiologi
Keluarnya isi saluran pencernaan ke dalam rongga perut = iritasi peradangan

Pelepasan berbagai mediator

peritonitis

akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami kebocoran.

eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses)

kegagalan banyak organ karena mencoba kompensasi cairan

Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu serta muntah.


Penatalaksanaan
 Resusitasi cairan
Larutan kristaloid
 Terapi antibiotic
 Ampicillin 50-150 mg/kgBB kurang lebih 2 minggu
 Ceftriaxone 3-4 gram dalam dextrose 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus
sekali sehari, diberikan selama 3-5 hari.
 Aminoglikosida
 Penanganan operatif
 penutupan perforasi usus, reseksi usus
 Laparotomi=Pembuangan fokus septik atau penyebab radang
Komplikasi

 Hipovolemia pada penderita peritonitis kimiawi dan sepsis pada


penderita peritonitis bacterial dapat mengakibatkan kematian
 Kegagalan organ-organ tubuh=(pulmoner, kardial, hepatik, renal)
 abses abdominal
 obstruksi abdominal
Kesimpulan

 Kesimpulanya penderita diatas diduga peritonitis yang mungkin


dikarenakan oleh perforasi usus.
 peradangan yang terjadi pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Gejala klinisnya nyeri tiba-
tiba dan hebat menyebar keseluruh bagian abdomen. Selain itu
disertai nausea, vomitus, demam, distensi abdominal, nyeri tekan
abdomen dan rigiditas yang lokal, dan secara klasik bising usus
melemah atau menghilang.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai