Anda di halaman 1dari 36

PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

Rina Anggraeni
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
 Secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar “daya”yang berarti
kekuatan atau kemampuan
 pemberdayaan dapat dimaknai sebagai
suatu proses menuju berdaya, atau proses
untuk memperoleh daya/
kekuatan/kemampuan, dan atau proses
pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya.
 pemberdayaan merupakan suatu usaha
untuk memberikan daya, atau
meningkatkan daya ( Winarni, 1998: 75-
76).
 inti dari pemberdayaan adalah meliputi
tiga hal yaitu pengembangan, (enabling),
memperkuat potensi atau daya
(empowering), terciptanya kemandirian
(Winarni, 1998: 75).
 Pada hakikatnya pemberdayaan
merupakan penciptaan suasana atau
iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling)
 Secara konseptual, pemberdayaan atau
pemerkuasaan (empowerment) berasal dari
kata power (kekuasaan atau keberdayaan).
Karena ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan kemampuan untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat
mereka ( Suharto, 2005:57)
 Pemberdayaan menurut (Suhendra, 2006:74-
75) adalah “suatu kegiatan yang
berkesinambungan dinamis secara sinergis
mendorong keterlibatan semua potensi yang
ada secara evolutif dengan keterlibatan
semua potensi”.
TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
 Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri
 Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan tersebut
 apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang
merupakan visualisasi dari pembangunan
sosial ini diharapkan dapat mewujudkan
komunitas yang baik dan masyarakat yang
ideal (Teguh, 2004: 80-81)
 Menurut (Sumaryadi, 2005:11)
tujuan pemberdayaan masyarakat
adalah “upaya mempersiapkan
masyarakat seiring dengan langkah
memperkuat kelembagaan
masyarakat agar mereka mampu
mewujudkan kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan
dalam suasana keadilan sosial yang
berkelanjutan
TAHAP-TAHAP PEMBERDAYAAN
 Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku
menujuperilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan kapasitas diri
 Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan
pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan keterampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
 Tahap peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah
inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan pada
kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83).
Selain itu proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga
proses yaitu :
 Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber
daya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks
ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau
kemampuan, dengan mendorong (encourage) dan
membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang
dimiliki serta berupaya mengembangkannya.
 Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empowering), sehingga diperlukan langkah
yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana.
 Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah
menjadi bertambah lemah, oleh karena
TEORI PERUBAHAN SOSIA
 Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami
perubahan- perubahan. Perubahan masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial , pola-
pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain
sebagainya
 Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami
perubahan- perubahan. Perubahan masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial , pola-
pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain
sebagainya
KOMUNITAS YANG BAIK MEMPUNYAI KOMPETENSI YANG
HARUS DIMILIKI MASYARAKAT YAITU, SEBAGAI BERIKUT :

 mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan


komunitas,
 mampu mencapai kesempatan tentang sasaran yang
hendak dicapai dalam skala prioritas,
 mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat
mencapai sasaran yang telah disetujui, dan
 mampu bekerja sama dalam bertindak mencapai
tujuan. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan
kompetensi pendukung untuk mengantarkan
masyarakat agar mampu memikirkan, mencari dan
menentukan solusi yang terbaik dalam
pembangunan sosial (Adi, 2003).
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan
dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya
berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan
indikator masyarakat berdaya, Sumardjo (1999)
menyebutkan beberapa ciri warga masyarakat berdaya
yaitu :
 mampu memahami diri dan potensinya, mampu
merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke
depan),
 mampu mengarahkan dirinya sendiri,

 memiliki kekuatan untuk berunding,

 memiliki bargaining power yang memadai dalam


melakukan kerja sama yang saling menguntungkan,
dan
 bertanggung jawab atas tindakannya.
Watson dalam Adi (2003) menyatakan beberapa kendala
(hambatan) dalam pembangunan masyarakat, baik yang
berasal dari kepribadian individu maupun berasal dari
sistem sosial “
 Berasal dari kepribadian individu; kestabilan
(homeostatis), kebiasaan (habit), seleksi ingatan dan
persepsi (selective perception and retention),
ketergantungan (depedence), super ego yang terlalu kuat,
cenderung membuat seseorang tidak mau menerima
pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self distrust).
 Berasal dari sistem sosial; kesepakatan terhadap norma
tertentu (conformity to norms), yang ”mengikat” sebagian
anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu,
kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and
cultural coherence), kelompok kepentingan (vested interest),
hal yang bersifat sakral (the sacrosanct), dan penolakan
terhadap ”Orang Luar” (rejection of outsiders).
MODEL KONSEP TEORI
PEMBERDAYAAN
Teori pemberdayaan masyarakat yang
digunakan dalam proses pemberdayan
antara lain :
 Teori Ketergantungan Kekuasaan

 Teori Sistem

 Teori Ekologi

 Teori Konflik

 Teori Mobilisasi Sumberdaya

 Teori Konstruktivisme
TEORI KETERGANTUNGAN KEKUASAAN
 (Abbot, 1996:16-17) menyatakan bahwa pengembangan
masyarakat perlu memperhatikan kesetaraan
(equality), konflik dan hubungan pengaruh kekuasaan
(power relations) atau jika tidak maka tingkat
keberhasilannya rendah. Setelah kegagalan teori
modernisasi muncul teori ketergantungan, dimana teori
ketergantungan pada prinsipnya menggambarkan
adanya suatu hubungan antar negara yang timpang,
utamanya antara negara maju (pusat) dan negara
pinggiran (tidak maju). Menurut Abbot (1996: 20) dari
teori ketergantungan muncul pemahaman akan
keseimbangan dan kesetaraan, yang pada akhirnya
membentuk sebuah pemberdayaan (empowerment)
dalam partisipasi masyarakat dikenal sebagai teori
keadilan.
2. TEORI SISTEM (THE SOCIAL SYSTEM)
Parsons (1991) menyampaikan empat fungsi yang harus
dimiliki oleh sebuah sistem agar mampu bertahan, yaitu :
 Adaptasi, sebuah sistem hatus mampu menanggulangu
situasi eksternal yang gawat. Sistem harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
 Pencapaian, sebuah sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan utamanya.
 Integrasi, sebuah sistem harus mengatur hubungan
antar bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga
harus dapat mengelola hubungan antara ketiga fungsi
penting lainnya.
 Pemeliharaan pola, sebuah sistem harus melengkapi,
memelihara dan memperbaiki motivasi individual
maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan
menopang motivasi.
3. TEORI EKOLOGI (KELANGSUNGAN ORGANISASI)
 Menurut Lubis dan Husaini (1987) bahwa teori
organisasi adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang
membicaraan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih
secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori
untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
Hakekat kelompok dalam individu untuk mencapai
tujuan beserta cara-cara yang ditempuh dengan
menggunakan teori yang dapat menerangkan tingkah
laku, terutama motivasi, individu dalam proses
kerjasama. Pada teori ekologi, membahas tentang organisasi
sebagai wadah untuk sekumpulan masyarakat dengan
tujuan yang sama agar tertatur, jelas, dan kuat. Orientasi
organisasi mengacu pada sekumpulan orang/massa yang
harus dimiliki kelompok untuk dapat memiliki power/daya.
Kelompok yang memiliki organisasi dengan kuat dan
berkelanjutan maka kelompok ini dikatakan berdaya.
4. TEORI KONFLIK
 Pandangan teori konflik mengacu pada
dua aspek, yang pertama tentang
ekonomi/uang yaitu berkaitan dengan
modal sebagai sarana untuk kelompok
dapat dikatakan berdaya dan mandiri.
Aspek kedua menyangkut tentang
organisasi, apbila kelompok dapat
memanajemen konflik dengan baik, maka
keutuhan dan kekuatan organisasi/
kelompok orang akan terus kuat dan
lestari sehingga mereka akan memiliki
daya dari sisi finansial dan sisi
keanggotaan massa.
5. TEORI MOBILISASI SUMBERDAYA
 Padakonteks pemberdayaan masyarakat
maka teori mobilisasi menjadi salah satu
dasar yang kuat, karena untuk menjadi
seorang atau kelompok masyarakat yang
berdaya/ memiliki power selain uang,
knowledge maka people juga mempunyai
peranan yang penting. Kumpulan orang akan
memberikan kekuatan, kekuatan itu akan
memberikan power pada orang atau
masyarakat itu.
6. TEORI CONSTRUCTIVIST
 Pada proses pemberdayaan masyarakat pendekatan teori
belajar secara konstructivisme perlu di tanamkan dan
diupayakan agar masyarakat mampu menkonstruksi
pemahaman untuk berubah. Pemberdayaan masyarakat
hendaknya tetap mempertahankan nilai-nilai yang sudah
melekat di masyarakat selam nilai tersebut baik dan benar.
Nilai-nilai kebersamaan, keikhlasan, gotong-royong,
kejujuran, kerja keras harus di bangun dan di konstruksikan
sendiri oleh masyarakat untuk menciptakan perubahan agar
lebih berdaya. Keterkaitan dengan konsep pemberdayaan
maka aspek ilmu (knowledge) yang ada di dalam masyarakat
perlu dibangun dengan kuat dan di kontruksikan di dalam
masyarakat itu sendiri.
 TERIMA KASIH
PROMOSI KESEHATAN
Pengertian Promosi Kesehatan
 Menurut WHO, Promosi kesehatan
adalah proses atau upaya pemberdayaan
masyarakat untuk dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.Untuk
mencapai keadaan sehat, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi
dan menyadari aspirasi, mampu
memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam
Ottawwa, 1986).
COMPONENT
TUJUAN PROMOSI KESEHATANTAN
 Tersosialisasinya program –
program kesehatan,
 Terwujudnya masyarakat yang
berbudaya hidup bersih dan sehat,
serta
 Terwujudnya gerakan hidup sehat di
masyarakat untuk menuju
terwujudnya kabupaten/kota sehat,
provinsi sehat dan indonesia sehat
2010.
SASARAN PROMOSI KESEHATAN
1. Perorangan / Keluarga
 Contoh tindakan : Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai
saluran baik langsung maupun melalui media Massa, Berperan aktif dalam
upaya / kegiatan kesehatan,dll.
2. Tatanan – Tatanan lain
 Contoh tindakan: Adanya kader kesehatan untuk masing-masing tatanan,
mewujudkan tatanan yang sehat untuk menuju terwujudnya kawasan
sehat,dll.
3. Ormas/Organisasi profesi/LSM
 Contoh tindakan: Menggalang potensi untuk mengembankan gerakan/upaya
kesehatan, Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat, dll
4. Petugas/Program/Institusi Kesehatan
 Contoh tindakan: Melakukan promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan yang di selenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan hidup
sehat di masyarakat,dll.
5. Lembaga Pemerintah/Lintas sektor/politis/swasta
 Contoh tindakan: Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan lingkungan dan perilaku sehat.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1. Advokasi (advocacy)
 Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan kesehatan dengan cara pendekatan kepada
pengambil keputusan, sekutu/teman, kelompok yang
menolak/lawan yang mendorong suatu perubahan dalam
kebijakan, program dan peraturan.
2. Dukungan Sosial (social support)
 Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat dengan cara menciptakan suasana kondusif untuk
menunjang pembangunan kesehatan sehingga mayarakat
terdorong untuk melakukan perilaku hidup sehat.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
 Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
kesehatannya dengan cara memandirikan masyarakat secara
proaktif mempraktekkan hidup bersih dan sehat secara mandiri.
RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN
1.Promosi kesehatan pada aspek promotif
 Sasaran : Penkelompok orang sehat
 Tujuan :Agar tetap sehat dan meningkatkan
kesehatannya
2.Promosi kesehatan pada aspek preventif
 Sasaran : Kelompok beresiko tinggi (Bumil, Bulin, Lansia,
dll)
 Tujuan : Tidak jatuh sakit
3. Promosi kesehatan pada aspek kuratif
 Sasaran : Kelompok penderita penyakit
 Tujuan :Sembuh dan tidak menjadi parah
4.Promosi kesehatan pada aspek rehabilitatif
 Sasaran : Penderita yang baru sembuh
 Tujuan : Agar segera pulih kesehatannya
MODEL DAN NILAI PROMOSI
KESEHATAN
 Model adalah suatu kerangka kerja atau
kerangka berfikir di dalam
menyelesaikan suatu keadaan untuk
mencapai hasil yang di
harapkan.Sedangkan model – model
dalam promosi kesehatan merupakan
Kerangka Kerja atau kerangka berpikir di
dalam mempengaruhi orang lain agar
sesuai dengan kaidah/norma kesehatan
yg diharapkan.
HEALTH BELIEF MODEL (MODEL
KEPERCAYAAN KESEHATAN)
Menurut Model Kepercayaan Kesehatan,
Perilaku ditentukan oleh apakah seseorang:
1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap
masalah kesehatan tertentu
2. Menganggap masalah kesehatan ini serius
Meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan
pencegahan
4. Tidak mahal
5. Menerima anjuran untuk mengambil
tindakan kesehatan
Contoh :
 “ Seorang wanita telah mempunyai beberapa orang anak
dan mengetahui bahwa masih potensial untuk hamil
sampai beberapa tahun mendatang. Melihat kesehatan
dan status ekonomi tetangganya menjadi rusak karena
terlalu banyak anak dan Mendengar bahwa teknik
kontrasepsi tertentu menunjukkan efektivitas sebesar 95
% aman dan tidak mahal maka dianjurkan oleh petugas
kesehatannya agar mulai memakai kontraseps ”
 Kelemahan :

 1. Kepercayaan-kepercayaan kesehatan bersaing


dengan kepercayaan-kepercayaan serta sikap-sikap lain
seseorang, yang juga mempengaruhi perilaku
 2. Pembentukan kepercayaan seseorang sesungguhnya
lebih sering mengikuti perilaku dan bukan
mendahuluinya
TRANSTEORITICAL MODEL (MODEL
BERHARAP)
Perilaku kesehatan yang tidak bergantung pada
perangkap teoritik tertentu. Seseorang
mempertimbangkan untung dan rugi pengubahan suatu
perilaku sebelum melangkah dari tahap satu ke tahap
berikutnya.Model ini mengidentifikasi 4 Tahap
independen :
 Prekontemplasi: Seseorang belum memikirkan sebuah
perilaku sama sekali, orang tersebut belum bermaksud
mengubah suatu perilaku
 Kontemplasi: seseorang benar-benar memikirkan suatu
perilaku, namun masih belum siap untuk melakukannya
 Aksi: Seseorang sudah melakukan perubahan perilaku

 Pemeliharaan: Keberlangsungan jangka panjang dari


perubahan perilaku yang terjadi.
Contoh :
 “ Seorang Ibu karena kurang mendapat
pengetahuan dan pelatihan tidak pernah berfikir
untuk menutup makanan, memasak air minum
atau menjaga kebersihan dapur. Setelah mendengar
siaran radio tentang bahaya kuman dan melihat
tetangganya membersihkan rumah, ia mulai
berkontemplasi untuk mengambil aksi menjaga
kebersihan di rumah. Kemudian ia mencari
informasi dari tetangga dan petugas kesehatan
setempat akhirnya memulai proses perubahan
perilaku. Setelah satu periode waktu, ibu tersebut
menutup makanan, memasak air minum dan
menjaga kebersihan lingkungan dapur sebagai
tugas rutin sehari-hari “
THEORY OF REASONED ACTION (TEORI
AKSI BERALASAN)
Merupakan niat seseorang menentukan apakah sebuah
perilaku dilaksanakan, perilaku akan mengikuti niat,
dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat.Kehendak di
tentukan oleh :
 1. Sikap-Sikap Terhadap Suatu Perilaku, melalui
proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan. Perilaku banyak dipengaruhi oleh sikap
yang spesifik terhadap sesuatu seperti : apakah ia
merasa suatu perilaku itu penting.
 2. Norma Subyektif, seseorang berpikir tentang apa
yang dilakukan orang lain (yang berpengaruh) akan
mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan.
Contoh :
 “Seseorang memiliki keyakinan Sikap
bahwa suatu RS memberikan pelayanan
cepat, ramah, biaya relatif murah,
lingkungan bersih, lokasi strategis dan
mudah dicapai. Kemudian didukung pula
oleh keinginan orang dekat yang bersedia
untuk berobat ke RS tersebut yang
disebut Norma Subjektif. Seperti Orang
tua, Istri, Anak, Teman Dekat, Petugas
Kesehatan”
STRESS AND COPING (STRES DAN
KOPING)
Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik
terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu.
Stress menimbulkan dampak secara total pada
individu yaitu terhadap fisik, psikologis, mental,
intelektual, social dan spiritual. Macam – macam stress
:
1. Stress ringan : Merusak aspek fisiologis, biasanya
di rasakan oleh setiap orang dan biasanya berakhir
dalam beberapa menit/jam.
2. Stres sedang : Terjadi lebih lama
3. Stress berat : Stress kronis yang terjadi beberapa
minggu atau sampai beberapa tahun.
 Gejala yang bisa di amati seperti : Rasa cemas yang berlebihan,
Marah, Menangis, Tertawa sendiri, Teriak, Memukul dan
menyepak,dsb.
 Koping adalah proses yang di lalui oleh individu dalam
menyelesaikan situasi stressfull, merupakan respon individu
terhalang situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologik.
 Strategi coping adalah suatu cara yang di lakukan untuk
merubah lingkungan/ situasi/ masalah yang sedang di rasakan
atau di hadapi.
Metode Copping :
 Jangka panjang

 Merupakan cara yang efektif dan realisasi dalam menangani


psikologis untuk kurun waktu yang lama.
 Jangka pendek

 Cara yang di gunakan untuk mengurangi stress/ ketegangan


psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai