Anda di halaman 1dari 16

ASKEP PADA INFEKSI LAPISAN OTAK

(MENINGITIS)

M.NOR MuUDHOFAR, SPd.,


MKes
PENGERTIAN
• Meningitis adalah radang dari
selaput otak (arachnoid dan
piamater).
• Meningitis biasanya disebabkan oleh
bakteri, tetapi jamur, virus atau
toksin juga merupakan
penyebabnya.
ETIOLOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam
organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau
sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas
bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan
bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis
serosa.
Lanjutkan....
1.Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis
adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus
pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus
Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat
menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan
menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
Lanjutan...
2. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik
meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai
jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti;
gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat
yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak
terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap
virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
PENCEGAHAN
• Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan
mengerti dengan baik faktor presdis posisi seperti otitis
media atau infeksi saluran napas (seperti TBC) dimana
dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini
yang paling penting adalah pengobatan tuntas
(antibiotik) walaupun gejala-gejala infeksi tersebut
telah hilang.
• Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai
harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi faktor atau
janis organisme penyebab dan dengan cepat
memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab
untuk melindungi komplikasi yang serius.
Manifestasi Klinik
• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah
laku.
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
• Sakit kepala
• Sakit-sakit pada otot-otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata
pasien
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap
lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
• Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak
terdapat pada virus meningitis.
• Nausea
• Vomiting
• Demam
• Takikardia
• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
• Pasien merasa takut dan cemas.
Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah


analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada
pasien dengan peningkatan tekanan intra kranial. Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan
konsentrasi glukosa.
• Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang
biasanya meningkat diatas nilai normal.
• Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk
mengidentifikasi adanya ketidak seimbangan elektrolit
terutama hiponatremi.
• Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa
cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3
dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar
glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Lanjutkan....
• Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya
edema cerebral atau penyakit saraf lainnya.
Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit
yang sudah sangat parah.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
• Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
• Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Rasa sakit kepala berkurang
• Kesadaran meningkat
• Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya
tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Lanjutan...
• Intervensi
a. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
b. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
c. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan
hati-hati pada hipertensi sistolik
d. Monitor intake dan output
e. Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien
untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di
tempat tidur.
f. Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
g. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
h. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel,
Antibiotika.
Lanjutan
2. Sakit kepala sehubungan dengan adanya iritasi
lapisan otak
Tujuan
• Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit
terkontrol
Kriteria evaluasi
• Pasien dapat tidur dengan tenang
• Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Lanjutan...
• Intervensi
a. Usahakan membuat lingkungan yang aman dan
tenang
b. Kompres dingin (es) pada kepala dan kain
dingin pada mata
c. Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai
kondisi dengan lembut dan hati-hati
d. Kolaborasi
Berikan obat analgesik
Lanjutan...
3. Potensial terjadinya injuri berhungan
dengan adanya kejang, perubahan status
mental dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan:
• Pasien bebas dari injuri yang disebabkan
oleh kejang dan penurunan kesadaran
Lanjutan...
• Intervensi
a. monitor kejang pada tangan, kaki, mulut
dan otot-otot muka lainnya
b. Persiapkan lingkungan yang aman seperti
batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat pasien.
c. Pertahankan bedrest total selama fae akut
d. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;
diazepam, phenobarbital, dll.

Anda mungkin juga menyukai