Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi atau pemanfaatan pangan. Akses pangan dikatakan baik apabila semua rumahtangga atau semua anggota rumahtangga mempunyai sumber daya yang cukup untuk mendapatkan pangan yang cukup pula baik dari segi kuantitatif, kualitatif dan keragaman pangan (Ariani, dkk., 2015)
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 2
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSES PANGAN Menurut World Food Programme (2009) Faktor Fisik pangan yang diproduksi pada daerah tertentu dapat di distribusikan secara merata ke sekelompok masyarakat tertentu karena ketersediaan infrastruktur pasar, kemudahan akses dan kejelasan fungsi pasar. Faktor Ekonomi masyarakat memiliki daya beli yang cukup untuk mendapatkan bahan pangan yang sesuai kebutuhan. Faktor Sosial kemampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan yang secara global dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk, bantuan sosial, budaya/kebiasaan makan, konflik sosial keamanan dan lainnya
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 3
PERMASALAHAN AKSES PANGAN 25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 4 1. KETIMPANGAN PDRB ANTAR WILAYAH/PROVINSI Indikator makro yang menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh wilayah atau pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah merupakan definisi dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin tinggi nilai PDRB, kemampuan sumber daya ekonomi semakin besar serta peluang pemanfaatan untuk penduduk yang bertempat tinggal di suatu wilayah tersebut juga semakin besar. Salah satu tantangan utama pembangunan Indonesia saat ini adalah mengatasi persoalan ketimpangan yang tidak hanya terjadi dalam dimensi individu atau rumah tangga tetapi juga wilayah.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 5
2. KESENJANGAN EKONOMI ANTAR PROVINSI Pada Indeks Williamson, jika angka indeks mendekati angka satu, maka tingkat ketimpangan semakin tinggi, sebaliknya jika angka indeks mendekati angka nol, maka tingkat ketimpangan semakin kecil.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 6
3. WILAYAH GEOGRAFIS
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 7
4. BESARAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA Jumlah pendapatan rumah tangga belum semuanya mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga masih ditemukan penduduk yang miskin dan atau rawan pangan. Tiga kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada pada 40 persen penduduk berpendapatan terbawah adalah: (1) angkatan kerja yang bekerja tidak penuh terdiri dari penduduk yang bekerja paruh waktu, termasuk di dalamnya adalah rumah tangga nelayan, rumah tangga petani berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan dan rumah tangga buruh perkotaan; (2) usaha mikro kecil termasuk rumah tangga sebagai pekerja keluarga; dan (3) penduduk miskin yang tidak memiliki aset maupun pekerjaan
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 8
5. KENAIKAN HARGA PANGAN DAN NON PANGAN Kenaikan harga tanpa diikuti kenaikan pendapatan akan menurunkan daya beli rumah tangga. Harga pasar internasional dapat mempengaruhi variabel ekonomi makro di tingkat nasional seperti neraca pembayaran, defisit anggaran dan nilai tukar. Sementara harga domestik dapat mempengaruhi kemiskinan, asupan energi, dan nutrisi masyarakat (FAO, 2011).
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 9
6. PERILAKU KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT Terbatasnya pengetahuan rumah tangga tentang pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman adalah sebab perilaku konsumsi pangan yang menyimpang. Pemerintah memiliki alat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pangan dan gizi baik secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya : Keluarga Sadar Gizi yang dikenal dengan KADARSI, Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Indonesia Prima 2014. Kedua program tersebut yang menjadi motor adalah Kementerian Kesehatan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dimotori oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 10
PERILAKU KONSUMSI PANGAN YANG MENYIMPANG Pemborosan Makanan Misalnya mengambil makanan dalam jumlah banyak, namun tidak semuanya dikonsumsi sampai habis.
Perubahan Gaya Makan
Dari makanan rumahan ke arah makanan jadi dan dari pangan lokal (nusantara) ke pangan asing (impor), yang diindikasikan dengan berkembang pesatnya waralaba asing di Indonesia. Penyimpangan tersebut berdampak pada orang dewasa seperti terjadinya peningkatan penyakit degeneratif misalnya stroke, diabetes melitus, dan lainnya sedangkan pada anak balita terjadi stunting, gizi kurang dan gizi buruk
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 11
UPAYA PENINGKATAN AKSES PANGAN 25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 12 PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI WILAYAH KAWASAN TIMUR INDONESIA (KTI) Pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana perekonomian terutama di wilayah KTI seperti sarana transportasi berupa jalan dan kendaraan. Sarana transportasi yang memadai akan mendukung kelancaran arus barang jasa serta dapat menekan harga pangan, meningkatan ketersediaan pangan sekaligus meningkatkan mobilitas masyarakat untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah perlu dilakukan, salah satunya melalui penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 13
PEMBANGUNAN PULAU MANDIRI PANGAN Setiap pulau mampu mencukupi kebutuhannya sendiri terutama untuk pangan pokoknya sesuai dengan potensi dan kebudayaannya. Sebagai contoh, pulau mandiri pangan di Maluku didasarkan pada konsep gugus pulau, dengan mengadopsi prinsip kedaulatan pangan pada prioritas keluarga miskin dan kekurangan pangan, mengembangkan kearifan lokal yang melibatkan kaum perempuan dalam produksi pangan, serta mempertahankan pola konsumsi sesuai budaya setempat.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 14
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT Menciptakan lapangan pekerjaan dan usaha seluas-luasnya pada wilayah tertentu serta disesuaikan dengan bidang keahlian dan tingkat pendidikannya. Pengembangan usaha mikro perlu dukungan penguatan teknologi, pemasaran, permodalan dan akses pasar.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 15
STABILISASI HARGA PANGAN DAN NON PANGAN Stabilisasi harga pangan bertujuan agar masyarakat yang berpendapatan rendah mampu menjangkau pangan yang ada di pasaran dengan mudah. Stabilisasi pangan pokok yang dilakukan oleh pemerintah saat ini cukup efektif, akan tetapi koordinasi dan kekompakan antar kementerian harus lebih ditingkatkan, agar stabilisasi harga pangan pokok tetap terjaga terutama di wilayah rawan pangan. Neraca ketersediaan pangan (produksi pangan) dengan kebutuhan/konsumsinya perlu dimonitor agar apabila terjadi gejolak harga pangan, pemerintah dapat segera melakukan tindakan evaluasi.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 16
PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG POLA PANGAN BERGIZI DAN SEHAT Undang-Undang Pangan No. 18 tahun 2012 menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, aktif dan produksif (Pasal 60, ayat 1). Salah satu upayanya adalah dengan mempromosikan penganekaragaman konsumsi pangan dan meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang beragam pangan sesuai prinsip gizi seimbang (ayat 2). Selain itu, Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal, yang salah satu rencananya adalah kampanye, sosialisasi, advokasi dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan yang bergizi seimbang dan aman berbasis sumber daya lokal.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 17
BANTUAN PANGAN Bantuan Pangan yang diprogramkan pemerintah saat ini yaitu Program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) sebagai upaya untuk menyalurkan bantuan pangan. Pemerintah senantiasa selalu mendorong masyarakat dan peran swasta melalui dana Corporate Social responsibility (CSR) dalam pemberian bantuan-bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan baik dalam kondisi normal maupun setelah terjadi bencana.
25/09/2019 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA - KETAHANAN PANGAN 18