Anda di halaman 1dari 18

PENGORGANISASIAN

MODEL PEMBERIAN ASUHAN


KEPERAWATAN

Suwarsono,S.KM.,S.Pd.,M.Kes
Akper Ngesti Waluyo
Parakan
MODEL/METODE KASUS
 Pada metode ini, seorang perawat
memberikan asuhan keperawatan pada
seorang pasien secara total dalam satu
periode dinas
 Jumlah pasien yang dirawat oleh satu perawat
sangat bergantung pada kemampuan perawat
dan kompleksnya masalah pasien
 Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda setiap shift
 Asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien menyeluruh
 Metode ini sesuai digunakan di ruang rawat
khusus (ICU, ICCU, hemodialisis, perawat di
ruang isolasi, dll)
 Penanggung jawab : manajer keperawatan
...
Kelebihan metode kasus:
 Perawat lebih memahami setiap
kasus
 Lebih mudah dievaluasi oleh
manajer ruangan

Kekurangan metode kasus:


 Perlu perawat lebih banyak dengan
kemampuan yang sama baik
 Setiap shift perawat berbeda
MODEL/METODE FUNGSIONAL
 Digunakan pada saat perang dunia ke – 2
 Pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas dan prosedur
 Setiap perawat diberi satu atau dua jenis tugas
untuk dilaksanakan kepada semua pasien di
suatu ruangan
 :Contoh seorang perawat bertugas memberikan
obat (kepada semua pasien) atau merawat luka
(kepada semua pasien) atau memonitor infus
(kepada semua pasien), dst.
 Prioritas utama yang dikerjakan adalah
kebutuhan fisik dan kurang menekankan kepada
kebutuhan holistik
 Penanggung jawab : perawat yang bertugas
pada tindakan tertentu
...  Kelebihan metode fungsional :
 Perawat menjadi lebih terampil
 Tenaga perawat relatif sedikit dibutuhkan
(baik untuk RS yang kekurangan tenaga
perawat)
 Kekurangan metode fungsional :
 Pekerjaan kadang menjadi tidak efektif
 Tugas perawat cenderung monoton
sehingga membuat bosan
 Kesempatan komunikasi antar perawat
menjadi lebih sedikit
 Askep tidak diberikan secara holistik
 Tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
 Kadang bisa terjadi saling melempar
tanggung jawab bila terjadi kesalahan
MODEL/METODE TIM
 Perawat dibagi menjadi 2/3 kelompok
(tim) untuk memberikan askep pada
sekelompok pasien.
 6 – 7 perawat profesional dan perawat
pelaksana bekerja sebagai satu tim,
supervisi dilakukan oleh ketua tim
 Penanggung jawab : ketua tim
 Metode ini biasanya digunakan di
ruang rawat inap, rawat jalan dan unit
gawat darurat
...
Pelaksanaan metode tim harus
berlandaskan konsep berikut :
 Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi dan
evaluasi asuhan keperawatan
 Komunikasi efektif
 Anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim
 Peran kepala ruangan penting
dalam metode tim
...
 Tanggung jawab kepala ruang :
 Menetapkan standar kinerja yang
diharapkan dari staf
 Membantu staf menetapkan sasaran dari
unit/ruangan
 Memberi kesempatan pada ketua tim
untuk pengembangan kepemimpinan
 Mengorientasikan tenaga yang baru
tentang fungsi metode tim keperawatan
 Menjadi narasumber bagi ketua tim
 Mendorong staf untuk meningkatkan
kemampuan melalui riset keperawatan
 Menciptakan iklim komunikasi yang
terbuka
...
Tanggung jawab ketua tim:
 Membuat perencanaan
 Membuat penugasan, supervisi dan
evaluasi
 Mengenal tingkat ketergantungan
pasien
 Mengembangkan kemampuan
anggota tim
 Menyelenggarakan konferensi
...
Tanggung jawab anggota tim:
 Memberikan asuhan keperawatan
pada pasien
 Memberikan laporan kepada ketua
tim
 Melaksanakan kerjasama dalam tim
...

Kelebihan metode tim :


 Pasien merasa diperlakukan
lebih manusiawi.
 Perawat dapat mengenali pasien
secara individual.
 Memungkinkan pelayanan
keperawatan secara holistik
 Perawat akan memperlihatkan
kerja lebih produktif melalui
kerjasama dan komunikasi
dalam tim
...

Kekurangan metode tim :


 Keterbatasan tenaga dan keahlian
dapat menyebabkan kebutuhan
pasien tidak terpenuhi.
 Bila konferensi tim jarang dilakukan,
maka komunikasi di dalam tim tidak
akan terjalin dengan baik
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN
PROFESIONAL (MPKP)
 Terdiri atas : kepala ruangan, Clinical Care Manager,
PP dan PA

 Kepala ruangan :
 Mengatur jadwal dinas
 Mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
 Memonitor kegiatan PP (Perawat Primer) dan PA
(Perawat Asosiet)
 Memeriksa kelengkapan persediaan status
keperawatan
 Bila PP cuti, tanggung jawab diambil alih oleh karu
 Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan
fasilitas yang dibutuhkan
 Memonitor penampilan kerja semua tenaga
 Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat
ruangan
 Melaksanakan evaluasi mutu askep
...
Clinical Care Manager :
 Melakukan bimbingan dan evaluasi tentang
implementasi MPKP
 Memberi masukan pada diskusi kasus yang
dilakukan PP dan PA
 Mempresentasikan isu – isu baru terkait
dengan asuhan keperawatan
 Mengidentifikasi evidence yang
memerlukan pembuktian
 Mengidentifikasi masalah penelitian
 Menerapkan hasil – hasil penelitian
 Bekerjasama dengan kepala ruangan untuk
evaluasi asuhan keperawatan
 Mengevaluasi penkes yang diberikan PP
 Merancang pertemuan ilmiah
...
 Perawat Primer (PP) :
 Melakukan kontrak dengan pasien dan
keluarga
 Melakukan pengkajian pad pasien baru
 Menetapkan renpra
 Menjelaskan renpra kepada PA
 Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA
 Mengatur pelaksanaan konsul dan
pemeriksaan lab
 Mendampingi dokter visite
 Memberikan penkes pada pasien dan
keluarga
 Membuat discharge planning
 Bekerjasama dg kepala ruangan
...
 Perawat Asosiet (PA) :
 Membaca renpra
 Mengorientasikan pasien baru jika PP
tidak ada
 Melakukan tindakan keperawatn
berdasarkan renpra
 Mengecek kerapihan dan kelengkapan
status keperawatan
 Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan
diagnostik
 Melakukan inventarisasi fasilitas yang
terkait dengan timnya
...

 Asisten Perawat:
 Membersihkan ruangan dan meja pasien
 Menyediakan alat – alat yang diperlukan
untuk tindakan keperawatan
 Membantu perawat dalam
melaksanakan askep
 Membersihkan alat – alat yang
digunakan
 Mengurus pemberangkatan dan
pemulangan pasien
Maturnuwun.....ya.. kakak

Anda mungkin juga menyukai