Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Nasopharyngeal Carcinoma:
A review of current updates

Pembimbing :
dr. Nurlina, Sp. THT-KL

Oleh :
Nathania Jessica Angir (406172073)
Abstrak
Ca nasofaring adalah keganasan yang jarang terjadi di dunia tetapi endemik di

beberapa daerah termasuk Cina Selatan, Asia Tenggara, Afrika Utara dan Arktik.

Penyebab belum jelas, meskipun infeksi Epstein Barr Barr virus (EBV) telah

menjadi penyebab dasar. Namun hanya sebagian kecil orang yang terinfeksi EBV

berkembang menjadi kanker.

EBV sendiri tidak cukup untuk menyebabkan keganasan ini tetapi co-faktor lain,

seperti risiko lingkungan dan / atau kerentanan genetik, dapat berinteraksi

dengan EBV sehingga menyebabkan perkembangan keganasan ini.

Karena terdapat hubungan erat antara infeksi EBV dan risiko ca nasofaring,

biomarker terkait EBV telah digunakan untuk deteksi dini dan skrining untuk ca

nasofaring di beberapa daerah dengan insiden tinggi.


Introduction
Di Cina selatan, ca nasofaring merupakan salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas.

Beberapa faktor resiko yang berhubungan yaitu : konsumsi tinggi salt-


preserved fish, merokok, kurang mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran.

Belum ada penelitian population based case-control di cina selatan


mengenai ca nasofaring.

Bukti yang didapat saat ini menunjukkan kemungkinan peran EBV dalam
patogenesis Ca nasofaring tidak berdiferensiasi (subtipe histologis yang
paling umum ditemukan).
Introduction
Individu yang diidentifikasi berisiko tinggi terkena ca

nasofaring berdasarkan penanda serologis EBV dapat

dilakukan pemeriksaan lanjut yaitu menggunakan

endoskopi serat optik / biopsi dan pengawasan medis

untuk memungkinkan diagnosis dini ca nasofaring

dan, idealnya, mengurangi angka kematian.


Clinical Features
Massa pada leher

Epistaksis
• A 10-year survival rate for NPC
Obstruksi dan keluar cairan dari hidung patients can reach 98% for
stage I and 60% for stage II.
Sakit kepala • In contrast, median survival is
3 years for patients at advanced
Ca nasofaring terletak di letak anatomi yang tak
stages
tampak, maka memiliki tingkat metastasis tinggi,
dan baru akan terdiagnosa pada stadium tinggi (
III dan IV).
Clinical Features
Pemeriksaan nasofaring

pertama kali dibuat menggunakan nasofaringoskop indirect, diikuti


oleh nasofaringoskop direct (endoskop fiberoptik).

Biopsi

harus dilakukan jika dicurigai adanya pertumbuhan tumor di


nasofaring . Jika tumor yang dicurigai tidak terlihat pada pemeriksaan
endoskopi dapat dilakukan Ct-scan/ MRI.
Risk factor
Consumtion
preserved foods, Laki-Laki Genetik

Chronic
respiratory tract Etnis Low intake fruits and
conditions vegetables

High comsumption Exposures to dust ,


Herbal medicine
of salt-preserved formaldehyde, nickel
fish
Early-life risk factor
usia dan respons imun pada saat infeksi primer EBV.

Paparan pada faktor lingkungan tertentu pada masa kanak-kanak


memberikan risiko ca nasofaring yang lebih tinggi.

Lingkungan rumah tangga saat kanak-kanak, ketika infeksi EBV


primer paling mungkin terjadi, termasuk jumlah saudara
kandung dan kepadatan populasi rumah tangga, bisa menjadi
prediktor penting untuk kontrol imunologis EBV dan akhirnya
menjadi risiko penyakit terkait EBV.
Oral hygiene
periodontitis dapat menyebabkan peradangan dan dapat memicu terjadinya
ca nasofaring

Selain itu, bakteri bisa meningkat dan banyaknya jumlah gigi yang hilang,
serta beberapa bakteri ditemukan menghasilkan nitrosamin, yang dikenal
merupakan zat karsinogen untuk pengembangan ca nasofaring.

Kesehatan mulut yang buruk bisa juga meningkatkan risiko ca nasofaring


dengan merangsang replikasi EBV, seperti yang ditunjukkan oleh viral load
yang lebih tinggi di antara individu dengan penyakit odontal dibandingkan
dengan mereka yang tidak.
Screening in high-incidence areas

Beberapa bukti mendukung pengujian antibodi terhadap EBV dapat


menjadi alat skrining yang berguna untuk deteksi dini ca nasofaring.

Pertama, infeksi EBV adalah infeksi awal terkait perkembangan


tumor dan genom EBV dan produk gen dapat dideteksi di hampir
semua tumor tipe III.

Kedua, antibodi VCA / IgA terhadap EBV dan EA / IgA dapat


dideteksi dalam serum bahkan bertahun-tahun sebelum ada bukti
klinis ca nasofaring, hal ini menjadikannya sebagai dasar untuk tes
skrining ca nasofaring yang berhasil di area dengan insiden tinggi.
Screening in high-incidence areas

Baru-baru ini, penelitian di Cina selatan menunjukkan bahwa

kombinasi EBNA1 / IgA dan VCA / IgA yang diukur dengan

ELISA memiliki akurasi diagnostik yang lebih tinggi (

sensitivitas tinggi, spesifisitas, dan nilai prediktif positif (PPV)]

di kedua populasi umum dan pada pasien dengan dengan

setidaknya memiliki dua kerabat yang terkena ca nasofaring.


Screening in high-incidence
areas
Pertama, hanya sebagian kecil dari ~ 2% individu dengan titer tinggi VCA / IgA
di daerah berisiko tinggi menderita ca nasofaring.

Kedua, bukti serologis reaktivasi EBV dari stadium latensi, seperti yang
ditunjukkan dengan adanya titer antibodi yang meningkat terhadap antigen litik
virus, juga bisa terdeteksi pada individu normal, terutama selama periode stres
psikologis atau fisik, sehingga mengurangi spesifisitas metode ini.

Ketiga, belum ada uji coba terkontrol (studi kontrol secara acak yang dilakukan)
dan tidak menjamin ke akuratan skrining berbasis EBV untuk deteksi dini ca
nasofaring dan tentang mortalitas.
Conclusion
Sampai saat ini, teknologi yang paling umum digunakan untuk
manusia adalah menggunakan spektrometri massa (MS), tetapi
terbatas pada analisis dengan jumlah sampel yang relatif kecil.

Studi teknologi saat ini, telah dikembangkan menggunakan


plasma antibody profiling .

Kemajuan ini mungkin dapat membawa harapan dan untuk


mengidentifikasi dan memvalidasi biomarker untuk diagnosis dini
ca nasofaring.

Anda mungkin juga menyukai