Anda di halaman 1dari 50

OM

SWASTIASTU

I WAYAN SUDIRA
FKH UNIV. UDAYANA
KONSEP FARMAKOLOGI
I. Pengertian
Farmakologi adalah :
ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh
aspeknya,baik sifat kimiawi, maupun fisikanya,kegiatan
fisiologinya,resopsi dan nasibnya dalam organisme hidup.

II. Istilah dalam farmakologi


1. Absorbsi aktif :
memerlukan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat
hidrofil pada suatu protein pengangkut spesifik
yang umumnya berada di mebran
sel (carrier)
2. Absorbsi pasif :
Tidak memerlukan energi umumnya melalui
difusi (dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah)
3.Efek first-pass
obat tidak seluruhnya langsung masuk kedalam sirkulasi
sistemik tapi melewati lumen usus masuk ke hati.Di
dalam hati obat dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif
untuk diekskresikan sehingga terjadi penurunan obat yang
aktif.

4.Disintegragi :
pemecahan tablet/pil menjadi partikel- partikel
yang lebih kecil.

5.Disolusi :
Melarutnya partikel-partikel kecil dalam cairan
gastrointestin untuk diabsorbsi.
6.Rate Limiting :
Waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk berintegrasi dan
sampai menjadi siap untuk diabsorbsi oleh tubuh

7.Ikatan obat – protein :


Konsentrasi tertentu, obat dalam plasma yang berikatan dengan
protein plasma yang bisa menyebabkan efek depot, komulasi dan
memperpajang efek obat

8.Obat bebas :
Obat yang tidak terikat protein dan yang diharapkan
menyebabkan efek obat itu.

9.Distribusi ADL :
Proses dimana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh

10.Metabolisme :
Proses yang terjadi di hati yang menyebabkan obat menjadi
inaktif dan siap untuk diekskresikan
11. Agonis Anti / Antagonis :
Hambatan pada reseptor sehingga terjadi hambatan respon

12. Obat Nonspesifik :


Obat yang bekerja pada berbagai tempat

13. Nonselektif :
Obat yang bekerja dapat mempengaruhi berbagai reseptor

14. Indeks Terapi :


Memperkirakan batas keamanan obat

15. Batas Terapeutik :


konsentrasi suatu obat yang berada antara MEC dan MTC

16. Dosis Pembebanan :


Untuk mendapat efek obat yang segera. Dosis tinggi.
Cara pemberian obat
1. Oral (PO)
Paling cocok untuk obat yang diberikan sendiri.Obat-obat
oral harus tahan terhadap lingkungan asamdalam
lambung da harus menembus lapisan usus untuk
memasuki aliran darah.
2. Sublingual
Absorpsinya baik melalui jaringan kapiler dibawah
lidah.Obat ini mudah diberikan karena tidak melalui
lambung jadi sifat kelabilan dalam asam dan permiabilitas
usus tidak perlu dipikirkan.
3. Rektal (PR)
Berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-
muntah.Absorpsinya tidak dapat dipercaya.
4.Parenteral (sekitar saluran pencernaan)
Tehnik ini menggunakan tusukan pada kulit,jadi
pemberian cara ini menyebabkan resiko adanya
infeksi, nyeri, dan iritasi lokal.
• Intravena(IV) : Awitan(onset) kerjanya cepat karena obat
disuntikan langsung ked lam aliran darah. Berguna
untuk situasi darurat dan pada pasien yang tidak sadar.
Obat yang tidak larut tidak dapat diberikan secara
intravena.
• Intramuskular(IM) : Obat melalui dinding kapiler untuk
memasuki aliran darah.Kecepatan absorpsi tergantung
pada formulasi obat (preparat yang larut dalam minyak
diabsorpsi dengan lambat, preparat yang larut dalam air
diabsorpsi dengan cepat)
• Subcutan (subQ,SC) : Obat disuntikan dibawah kulit dan
menembus dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.
Absorpsi dapat diatur dengan formulasi obat.
5. Inhalasi : Secara umum absorpsinya cepat.
Beberapa obat, yang dipasarkan dalam alat alat
yang dapat memberikan dosis terukur, cocok untuk
pemberian sendiri.
6. Topikal : Berguna untuk pemberian obat-obatan
lokal, khususnya yang mempunyai efek toksik jika
diberikan secara sistemik. Paling banyak
digunakan untuk preparat dermatologi dan
oftalmologi.
7. Transdermal, sedikit obat-obatan yang dapat
diformulasikan sedemikian sehingga “koyo” yang
berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.Obat keluar
dari koyo, melalui kulit dan masuk kedalam
jaringan kapiler. Cara ini sangat nyaman untuk
pemberian sendiri.
FARMAKOKINETIKA

OLEH
I WAYAN SUDIRA
LAB.FARMAKOLOGI VETERINER FKH UNUD
A . SEJARAH OBAT
Obat adalah :
Semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati yang
dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan /
mencegah penyakit berikut gejalanya

Obat masa lalu – tanaman- coba dan empiris, orang purba


mendapatkan pengalaman – menyembuhkan penyakit.
Pengetahuan ini – disimpan – ilmu pengobatan
tradisional.

Pada abad 20, obat-obat kimiawi mengalami kemajuan seperti


Aspirin, Sulfanamid (th 1935), Penisilin th 1940
(Alexander Fleming)

Sejak tahun 1945 ilmu kimia dan kedokteran berkembang


pesat – obat baru.
B.Aspek –Aspek Biofarmasi

 Proses-proses yang dialami obat sebelum menimbulkan


efek
 Biofarmasi adalah ilmu bagian yang bertujuan menyelidiki
pengaruh pembuatan sediaan obat atas kegiatan
terapeutisnya
 Faktor-faktor formulasi yang dapat mengubah efek obat
dalam tubuh adalah :
a. Bentuk fisik zat aktif
b. Keadaan kimiawi (ester, garam, komplek)
c. Zat pembantu (pengisi, pengikat, pelicin)
d. Proses teknik yang digunakan untuk membuat sediaan.
 Farmaceutical avaibility :
Ukuran untuk bagian obat yang invitro
dibebaskan dari bentuk pemberiannya
dan tersedia untuk proses resorpsi
 Fase-fase melarut obat:
1. Bio avaibility : prosentase obat yang diresorpsi
tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan
tersedia untuk melakukan terapeutika
2. Kesetaraan trapeutika :kesetaraan pada
kerjanya/efeknya dari dua obat yang
mengandung zat aktif dengan dosis yang sama
 Farmakokinetika adalah setiap proses yang
dilakukan tubuh terhadap obat yang
meliputi :
a. Absorpsi
b. Biotransformasi (metabolisme)
c. Distribusi
d. Ekskresi
Istilah Farmakokinetika
 Kompartement : Tubuh kita dianggap
sebagai suatu ruangan yang terdiri dari
beberapa kompartement (bagian) berisi
cairan, dan antar kompartement tersebut
dipisahkan oleh membran sel
 Komponen yang penting adalah :
1. Saluran lambung usus
2. Sistem peredaran darah
3. Ruang ekstra sel
4. Ruang intra sel
5. Ruang cerebrospinal
 Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein
(lemak dan protein) yang banyak mengandung pori-
pori kecil dan berisi air. Bersifat semipermiabel dan
zat lipofil (suka lemak) yang tidak bermuatan listrik
lebih mudah melintasinya, dibandingkan zat yang
hidrofil.

 Sistem transport, tergantung dari perbedaan


konsentrasi.
1. Transport pasif : filtrasi dan difusi
2. Transport aktif : melibatkan ensim
Absorpsi

 Adalah proses penyerapan obat dari usus kedalam


sirkulasi melalui filtrasi, difusi dan transport aktif.

Kecepatan absorpsi tergantung pada :


o bentuk pemberiannya
o cara pemberiannya
o sifat fisiko-kimia obat
o anatomi fisiologi tempat absorpsi
Contoh :
o Obat bentuk cair > obat bentuk padat
o Injeksi IV > IM > ISC
o Zat lipofil > zat hidrofil
o Di lambung obat bersifat asam lemah, hanya sedikit
yang terurai menjadi ion di dalam pH lambung,
sehingga resorpsinya lebih baik daripada basa lemah
o Di usus halus, basa lemah lebih baik diserap daripada
obat yang bersifat asam atau basa kuat
o Laju perubahan jumlah obat dalam tubuh,
Db/dt,tergantung pada laju absorpsi dan eleminasi
obat
Biotransformasi
 Obat – zat asing –tidak diinginkan dalam tubuh (merombak)
zat asing itulua menjadi inaktif –dikeluarkan/ekskresikan
melalui ginjal

 Proses perombakan di hati,prinsipnya : reaksi yang


menyebabkan metabolit obat menjadi tidak aktif / kurang
aktif

 Proses detoksifikasi / bioinaktifasi tetapi ada obat justru


menjadi lebih aktif pada proses ini
Contoh ; Kortison – kortisol
Prednis – prenisolon
Maka proses ini disebut dengan proses biotransformasi
 Reaksi-reaksi biotransformasi
1) Reaksi perombakan
Oksidasi
alkohol,asam dan zat hidratarangdioksidasi menjadi co2 dan air
Reduksi, vitamin C mejdai dehidroascorbat
Hidrolisa, penyabunan ester menjadi esterse.
2) Reaksi penggabungan(konjungasi)
o Asetilasi
o Sulfatasi
o Glukoromidasi
o Metilasi
Kecepatan biotransformasi trgantung :
o Tinggi apabila konsentrasi obat dalam plasma tinggi

o Faktor lain :
1. Fungsi hati :pada gangguan fungsi hati metabolisme bisa berlangsung
cepat/lambat sehingga efek obat naik / turun.
2. Usia : Bayi enzim hati belum terbantuk lengksp, reaksi metabolisme
lambat dapat menyebabkan over dosis dan keracunan, sehingga
dosisnya diturunkan dibandingkan dosis dewasa
Contoh :
Kloramfenikol Barbital
Diazepam Azetosal
Petidin
 Sebaliknya ada obat : metabolisme tinggi efek rendah dosis tinggi
Contoh :Fenitoin, Fenobarbitol, karbamazepin.
3.Orang usia lanjut :Kemunduran fungsi organ – biotransformasi
terhambat
4. Faktor genetik ada tubuh yang tidak memiliki faktor genetika
tertentu, misalnya enzim untuk asetilasi sulfadiasin atau INH
sehingga perombakan obat lambat.
5. Penggunaan obat lain
Banyak obat terutama yang bersifat lipofil dapat menstimulasi
pembentukan dan aktifitas enzim hai(induksi enzim),
biotransformasi tinggi – ekskresi tinggi – efek kerja obat
diperpendek. Contoh : Rifamfisim mengurang efek obat anti hamil,
fenobarbital menurunkan efek antikoagulasi
6. Variasi individual, aktivitas enzim tergantung juga faktor keturunan :
(genetika) Kulit putih < kulit putih enzim asetilasenya
Distribusi
 Obat yang melalui hati bersamaan dengan
metabolitnya disebarkan secara merata
keseluruh jaringan tubuh.

 Melalui kapiler dan cairan ekstra – sel, obat


diangkut ketempat kerjanya di dalam sel
(cairan intra sel) yaitu organ/bagian yang
sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi obat sehingga
distribusinya tidak merata :
1.Cairan Ceresbro- spinalis (CCS)
Cairan ini mengelilingi otak dan sumsum tulang
belakang serta terpisah dari suatu membran
semipermiabel yaitu dinding kapiler otak
Hanya dapat dilewati oleh zat-zat / obat yang bersifat
lifopil, seperti sulponamid, levodopa

2.Pengikat protein – darah


Sebagian obat didalam darah diikat secara reversibel
(dapat dibalik) pada protein plasma prosentase
pengikatan (PP)
 Konsentrasi obat
 Zat-zat lifopil lebih banyak terikat protein plasma
 Kompetisi pengikat
 Efek depot
Ikatan protein – obat dapat dianggap
sebagai suatu cara untuk menyimpan
obat,karena bagian yang terikat tidak
dirombak dan diekskresikan

Semakin besar PP, semakin rendah kadar obat


bebas,bila kadar obat bebas dalam semua
kompartement cairan sudah merata distribusi
obat terikat protein,obat mencapai keadaan
keseimbangan
Obat = protein – efek depot ikatan lemah, bila
kadar obat bebas turun ikatan lepas – obat
bebas tinggi – efek obat lebih lama
 Ekskresi juga mengalami perlambatan oleh
adanya ikatan protein plasma, karena hanya obat
bebas mengalami filtrasi

 Akumulasi penimbunan obat pada jaringan


tertentu karena sifat afinitas obat terhadap
jaringan tertentu.
Contoh :
Glikosid digitalis – terakumulasi dalam
jantung – efek turun pada jantung
Griseofulvin pada kuku dan rambut
Tetrasiklin pada tulang/gigi – menjadi kuning
Ekskresi
 Obat bebas dan bersifat hidrofil mudah dikeluarkan
oleh ginjal
 Ekskresi dapat melalui :
• Kulit – keringat
• Paru-paru – pernafasan
• Empedu – siklus enterohepatis , obat diekresikan oleh
hati lewat empedu
• Usus – diresopsi lagi – efek obat - menjadi lebih lama
• Air susu ibu - penting diketahui untuk menghindari efek
keracunan obat bayi
Contoh penisilin,kloramfenikol,INH, antikoagulan,
antitiroid.
 Ginjal (yang utama)
Obat yang diekskresikan dalam keadaan :
• Zat-zat dalam keadaan ion yang mudah larut
• Zat-zat yang bersifat hidrofil
• Obat bebas
Mekanisme ekskresi pada ginjal
• Filtrasi glumeruli (pasif)
Zat-zat hidrofil – ekskresi langsung
Zat-zat lifopil-filtrasi diperketat – diabsorpsi kembali –
tidak diekskresikan
• Transport aktif
Tubuh dapat mengekskresikan secara aktif zat – zat
tertentu. Sekresi dibantu oleh enzim pengangkut dan
kadang-kadang terjadi persaingan antara ion – ion
mendapatkan enzim itu.
Istilah-istilah Farmakokinetik
 Mula kerja obat (waktu mulai kerja obat), waktu yang diperlukan obat untuk
mencapai MEC

 Lama kerja obat, selisih waktu antara mula kerja obat dan waktu yang
diperlukan obat turun kembali ke MEC

 Intensitas obat,konsentrasi obat yang menambah efek farmakologi

 MTC (Minimum Toksik Consentration), konsentrasi minimum obat

 MEC (Minimum Effectif Consentration), konsentrasi efektif minimum

 Konsentrasi puncak, konsentrasi obat tertinggi dalam plasma diikat dengan


dosis dan tetapan laju absorpsi dan eleminasi obat

 Waktu puncak, waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat max
dalam plasma yang secara kasar sebanding dengan laju absorpsi rata-rata.
 AUC(Area Under The Curve),Menggambarkan
naik turunnya kadar plasma, sebagai fungsi dari
waktu dan merupakan ukuran untuk bioavailability

 Fase Absorpsi , Fase yang menunjukkan obat-


obat yang terabsorpsi

 T1/2 eleminasi, ukuran untuk lamanya efek obat.


Waktu yang diperlukan oleh obat untuk mencapai
50% kadar obat dalam darah pada pasca
eleminasi tergantung pada kecepatan
biotransformasi dan kecepatan eleminasinya.
FARMAKODINAMIK

OLEH
I WAYAN SUDIRA
LAB.FARMAKOLOGI VETERINER FKH
UNUD
Pengertian
 Farmakodinamik adalah cabang ilmu yang
mempelajari efek biokimiawi dari fisiologi
obat serta mekanisme kerjanya.
 Tujuan mempelajari farmakodinamik :
1.Meneliti efek obat utama
2.Mengetahui interaksi obat dengan sel
3.Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan
respon yang terjadi
4.Merupakan dasar terapi rasional
5.Berguna untuk sintesis obat baru
Mekanisme kerja obat
1. Efek timbul bila terjadi interaksi obat dengan reseptor
pada sel suatu organisme,sehingga dapat menentukan
perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan
respon khas suatu obat.

Meskipun terdapat ratusan regulator terutama hormon


dan neurotransmiter (noradrenalin, seretonin, dopamin dll)
namun setiap zat mengetahui dengan tepat dimana letak
sel dan organ tujuannya.

Sistem interaksi ini dapat disamakan dengan prinsip kunci


dan anak kunci, karena terdapatnya sejenis informasi
biologis disetiap zat dalam bentuk konfigurasi khusus,
struktur ruang dan sift-sifat kimia yang cocok dengan sel-
sel reseptor di organ tujuan. Selain hormon tersebut ada
juga reseptor untuk zat – zat lain, misalnya zat endorfin.
2. Konsep penting mekanisme kerja obat
pada reseptor adalah:
A. Obat mengubah kecepatan kegiatan faal
tubuh
B. Obat tidak menimbulkan suatu efek baru,
tetapi hanya memodulasi efek yang sudah
ada.
Agonis : substansi yang efeknya menyerupai
senyawa endogen (hormon, neurotransmitor).
Antagonis : senyawa yang tidak mempunyai
aktifitas intrinsik tetapi menghambat secara
kompetitif efek suatu agonis ditempat ikatan
agonis (agonist binding like)
Mekanisme kerja obat secara umum dapat
digolongkan :
 Secara fisik
Contoh : anastesi inhalasi (sifat lifopil) melarut dalam
lapisan lemak dalam membran sel mengakibatkan transport
oksigen dan aktifitas zat-zat gizi terganggu shg aktifitas sel
terhambat-hilang rasa
 Secara kimiawi
Cntoh : Antasida (Na bicarbonat, Al3, MgOH), mengikat
kelebihan asam lambung melalui reaksi netralisasi kimiawi.
 Melalui proses metabolisme
Contoh : Antibiotika mengganggu pembentukan dinding sel
kuman, sintesis protein atau metabolisme asam nukleat
 Secara kompetisi (saingan)
Kompetisi reseptor spesifik
kompetisi untuk ensim
Reseptor obat
 Sifat kimia, komponen yang paling penting dalam
reseptor adalah protein (asetilkolin esterase, Na+,
K+, )
 Ikatan obat –reseptor dapat berupa ikatan ion,
hidrogen, hidrofolik, vanderwalls atau kopalen, tapi
umumnya campuran berbagai ikata diatas.
 Hubungan struktur –aktifitas :
Struktur suatu obat berhubugan dengan afinitas
terhadap reseptor dan aktifitas intrinsiknya, jika ada
perubahan maka terjadi perubahan besar dalam
sifat farmakologinya.
Pengetahuan mengenai hubungan
struktur afinitas obat bermanfaat
untuk :
a. Strategi pengembangan obat baru
b. Sintesis obat yang rasio terapinya lebih baik
c. Sintesis obat yang selektif terhadap jaringan tertentu.
Reseptor fisiologis, protein seluler yang berfungsi sebagai
reseptor fisiologis bagi ligand endogen seperti hormon,
neurotrasmiter dan outokoid. Fungsi reseptor ini meliputi
pengikatan ligand yang sesuai (ligant binding domain) dan
penghantaran sinyal (oleh efektor domain), yang secara
langsung menimbulkan respon /tak langsung melalui
sintesis maupun pengelepasan molekul intrasel lain yang
dikenal dengan nama second messeger.
Transmisi Sinyal Biologis
 Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang
menyebabkan suatu substansi ekstraseluler
(Extracelluler Chemical Messeger) menimbulkan
suatu respon seluler fisiologis yang spesifik.
Sistem hantaran ini dimulai dengan penempatan
trasmitor yang terdapat dimembran sel atau
didalam sitoplasma.
Contoh :
Transmitor untuk reseptor yang terdapat
dimembran sel ialah ketekolamin, TRH, LH,
sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam
sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonade),
terksin, Vit D.
Reseptor dimebran sel bekerja dengan cara
mengikat ligand yang sesuai kemudian
meneruskan sinyalnya ke sel target, baik secara
langsung ke intrasel dengan cara memproduksi
molekul lainnya(second messeger) di intrasel.
Reseptor yang terdapat didalam sitoplasma
merupakan protein terlarut pengikat DNA(soluble
DNA-binding protein)yang mengatur transkripsi
gen-gen tertentu.
Second messeger sitoplasma, penghantaran sinyal
biologis dalam sitoplasma dilangsungkan dengan
keja second messengger antara lain berupa
CAMP, ion Ca2 + dan yang terakhir ini sudah
diterima adalah 1,4,5 inositol triphasphate (IP3)
dan diasilgliserol (DAG)
Subtandsi ini memenuhi kriteria sebagai second
messeger :
a. Diproduksi dengan sangat cepat
b. Bekerja pada kadar yang sangat rendah
c. Setelah sinyal ekstra selnya tidak ada
Mengalami penyingkiran secara spesifik
contoh second messeger :
1. Siklik AMP
2. Ca- sitoplasma
3. Inositol triphosphate (IP3)
4. Diasil gliserol (DAG)
Pengaturan fungsi reseptor :
Reseptor tidak hanya berfunsi dalam pengaturan
fisiologi dan biokimia tetapi juga diatur atau
diperbaharui oleh mekanisme homeostatik lainnya.

Bila suatu sel dirangsang oleh agonisnya secara terus


menerus akan terjadi disensitisasi yang menyebabkan
efek rangsangan selanjutnya oleh kadar obat yang
sama berkurang atau menghilang.

Sebaliknya bila rangsangan pada reseptor berkurang


secara kronik, misalnya pada pemberian ß bloker
jangka panjang, sering kali terjadi hiperaktifitas karena
super sensitifitas terhadap agonis (bertambah jumlah
reseptor).
Interaksi Obat -Reseptor
K1
D + R DR E
K2
(obat) (reseptor) (efek)

Intensitas efek obat berbanding lurus dengan


fraksi resptor yang diduduki/ diikatnya, dan
intensitas efek mncapai maksimal bila seluruh
reseptor diduduki oleh obat
Oleh karena interaksi obat-reseptor ini analog dengan

interaksi substrat-enzim, maka disii berlaku persamaan :


Emax (D)
E=
Kd + (D)
Dimana : E = Intensitas efek obat
EmaX = Efek maksimal
(D) = Kadar obat bebas
Kd = K2/K1= konstanta disosiasi
komplek obat-reseptor
Bila Kd = (D) maka :
Emax (D)
E = = ½ EMax
(D) + (D)
Ini berarti 50 % reseptor diduduki oleh obat
1/Kp menunjukkan afenitas obat terhadap reseptor,
artinya kemampuan obat untuk berikatan dengan
reseptornya (kemampuan obat untuk membentuk
kompleks obat – reseptor)

Makin besar Kd (= Dosis yang menimbulkan ½ efek


max) makin kecil afenitas obat terhadap reseptor.

E Max menunjukkan aktifitas instrinsik dan efektivitas


obat, yakni kemampuan instrinsik kompleks obat-
reseptor untuk menimbulkan aktifitas dan efek
farmakologi
Variabel hubungan dosis – intensitas efek obat.
Ada 4 variabel :
1. Potensi
2. Kecuraman (Slope)
3. Efek maksimal
4. Variasi biologis

Potensi ;
Potensi itu menunjukkan rentang dosis obat yang menimbulkan efek.
Besarnya ditentukan oleh :
1. Kadar obat yang mencapai reseptor
2. Afenitas obat terhadap reseptornya
Efek Maksimal
Adalah respon maksimal yang ditimbulkan obat apabila diberikan pada dosis
yang tinggi, ini ditentukan oleh aktivitas instrinsik obat dan ditunjukkan
oleh dataran (plateu), pada DEC. Dalam klinik mungkin kurang dari efek
maksimal sesungguhnya.
Slope/lereng
Log DEC merupakan variabel yang penting karena menunjukkan batas
kemampuan obat. Lereng yang curam, misalnya pada phenobarbital dosis
koma hanya sedikit lebih tinggi dari dosis sedasi.
Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50 %
individu disebut dengan dosis terapi median atau
dosis efektif median ( = ED 50)

Dosis lethal median (=LD50) adalah dosis yang


menimbulkan kematian pada 50% individu,
sedangkan TD 50 adalah dosis toksk 50%

Dalam studi farmakodinamika di lab, indeks terapi


suatu obat dinyatakan dalam rasio berikut:
TD50 LD50
Indeks terapi = atau
ED50 ED50
Obat ideal menimbulakan efek terapi pada
semua penderita tanpa menimbulkan efek
toksik pada seorang penderitapun oleh
karena itu ;
TD1
Indek terapi = Ialah lebih tepat
dan
EG99
TD
Untuk obat ideal = lebih<atau sama
dengan 1
ED99
Antagonisme Farmakodinamika
Antagonisme dapat dibedakan menjadi 2 jenis :

a. Antagonisme fisiologis terjadi pada organ yang


sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan
Misalnya : Efek bronkhokonstriksi, histamin pada
bonkhus lewat reseptor histamin dapat dilawan
dengan memberikan adrenalin yang bekerja pada
adrenoreseptor beta
b. Antagonis pada reseptor terjadi melalui sistem
reseptor yang sama, artinya antagonis mengikat
reseptor ditempat ikatan agonis (aktif site)
Sehingga terjadi antagonisme antara agonis dengan
antagonisnya.
misalnya : efek histamin yang dilepaskan pada reaksi alergi
dapat dicegah dengan pemberian antihistamin

Agonis ialah obat yang bila menduduki reseptor menimbulkan


efek farmakologi secara instrinsik.
Antagonis ialah Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi
secara instrinsik tidak mampu menimbulkan efek farmakologi ,
jadi antagonis menghalangi ikatan reseptor dengan agonisnya,
sehingga kerja agonis terhambat (reseptor bloker)
Pada antagonis kompetitif , antagonis berikatan dengan reseptor
site secara repersibel sehingga dapat digeser oleh agonis
tingkat tinggi.
Kadang-kadang antagonis mengikat reseptor ditempat reseptor
site agonis, tetapi menyebabkan perubahan konformasi
reseptor sedemikian rupa sehingga afinitas agonisnya menurun
Antagonisme non kompetitif terjadi bila agonisnya mengikat
reseptor secara irevesibel di reseptor site atau ditempat
lainnya, sehingga menghalangi ikatan agonis dengan
reseptornya. Dengan demikian antagonis mengurangi
jumlah reseptor untuk berikatan dengan agonisnya,
sehingga efek max akan berkurang.
Agonis parsial adalah agonis lemah artinya agonis yang
mempuyai aktifitas intrisik yang rendah sehingga efek max
lemah . Akan tetapi obat ini akan mengurangi efek max
yang ditimbulkan oleh agonis penuh, atau disebut juga
antagonis parsial.

Contoh : Nalorfin adalah agonis parsial untuk reseptor


morfin, sedangkan Nalokson adalah antagonis
murninya.Nalorfin digunakan pada keracunan morfin,
tetapi bila diberikan sendiri nalorfin menimbulkan efek
opiat rendah
Kerja Obat Yang Tidak Diprantarai Oleh reseptor
Dalam menimbulkan efek obat tertntu tidak berikatan dengan reseptor obat.
Obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh berinteraksi dengan
ion/molekul masuk ke komponen sel.
1. Perubahan sifat osmeosatik contoh : deuretik osmotik /manitol
mningkatkan osmolaritas glomerulus filtrat menjadi lebih rendah
reabsorbsi air tubuli ginjal/efek deuretik.
2. Perubahan sifat asam-basa. Contoh Antasid menetralkan asam-basa
NH4Cl, mengasamkan urine
3. Kerusakan Non Spesifik contoh Detrjen sebagai antiseptik dan
desinfektan
4. Gangguan fungsi membran. Contoh etr melarut di dalam membran sel di
SSp sehingga eksitabilitasnya menurun
5. Interaksi dengan molekul kecil/ion. Contoh EDTA (celating agent)
mengikat Pb pada keracunan Pb.
6. Masuk kedalam komponen sel. Contoh Analog purin/ pirimidin
mengganggu fungsi asam nuklet (sebagai anti metabolit) contoh obat
kanker.
Terminologi
 Obat spesifik artinya bila kerjanya terbatas pada satu
reseptor
 Obat selektif artinya bila menghasilkan 1 efek pada dosis
yang rendah. Obat spesifik belum tentu selektif , tetapi obat
yang tidak spesifik dengan sendirinya tidak selektif.
a. Contoh :Chlorpromasid ; Obat nonspesifik karena bekerja
pada reseptor kolinergik, adrenergik dan histaminergik
b. Atropin- bloker spesfik untuk muskarinik tetapi tidak selektif
c. Salbutamol-agonis beta adrengik yang spesifik dan relatif
selektif.
Selain dosis, selektifitas obat juga tergantung cara pemberian
Contoh Salbutamol inhalasi bekerja pada beta 2 di bronkhus
Efek samping adalah segala sesuatu khasiat yag tidak diinginkan
untuk tujuan terapi yang dimaksud pada dosis dilanjutkan
Selektifitas obat dinyatakan sebagai hubungan dosis-terapi dan
dosis obat yang menimbulkan efek toksis ( batas kemanan
obat)

Anda mungkin juga menyukai