Anda di halaman 1dari 18

ASKEP Pada Anak

dengan Atresiaani
Kelompok 7 :
Dona Silfana Nurul Hidayah
Khusnul Hotimah
Mega Ayu Putriyani
Roro Asih Santoso
Vira Bungga A
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami :
• tentang Atresia Ani pada Anak
• etiologi Atresia Ani pada Anak
• tanda & gejala Atresia Ani pada Anak
• patofisiologi Atresia Ani pada Anak
• diagnosa keperawatan yang tepat Atresia Ani pada Anak
• Asuhan Keperawatan yang tepat Atresia Ani pada Anak
Pengertian
• Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai
anus imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara
keduanya (Betz, 2002).
• Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak
adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003).
• Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distalanus atau tertutupnya anus secaraabnormal
(Suradi, 2001).
• Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya
perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm
mengakibatkan pembentukan lubang anus kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum
(Purwanto, 2001).
Klasifikasi Atresia Ani
• Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus
sehingga feses tidak dapat keluar
• Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
• Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara
rectum dengan anus.
• Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum
Pasien bida diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3
sub kelompok anatomi yaitu:

• Anomali rendah / infralevator


Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,
terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan
fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius.
• Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkatotot puborectalis, lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
• Anomali tinggi/ supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak
ada.Hal ini biasanya berhubungan dengan fistulagenitourinarius –
retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan).Jarak antara ujung buntu rectum sampai
kulit perineum lebih dari 1 cm.
Etiologi
• Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.
• Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
• Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
• Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum,
sfingter, dan otot dasar panggul.
Faktor Predisposisi
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital
saat lahir, seperti :
• Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan
anomali pada gastrointestinal.
• Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
Patofisologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan
anus dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang
dari embrionik bagian belakang.Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan
struktur anorektal.Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan
pada kanal anorektal.Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan
dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal.Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan
dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina.Tidak
ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus
Manifestasi Klinik
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium.Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih
tinggi.
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula.Pada bayi wanita sering
ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar
feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius.Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula
rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang
rektoperineal. Gejala yang akan timbul :
• Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
• Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
• Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya
salah.
• Perut kembung.
• Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
Komplikasi
Komplikasi
• Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
• Obstruksi intestinal
• Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
Komplikasi jangka panjang :
• Eversi mukosa anal.
• Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
• Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
• Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
• Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
• Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
• (Brtz, 2002)
Penatalaksanaan
• Pembutan Kolostomi
• PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
• Tutup Kolostomi
Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Atresia Ani
• IDENTITAS PASIEN
Nama, Tempat tgl lahir, umur, Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku
Bangsa Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa
Medis.
• Keluhan Utama : Distensiabdomen
Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan
membuncit, tidak bisa buang air besar, meconium keluar dari vagina
atau meconium terdapat dalamurin
Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah
24-48 jam pertamakelahiran
Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan
kelainan/ penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota
keluarga yanglain
Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak
mempengaruhi kejadian atresiaani
Diagnosa Keperawatan
• Dx preoperasi
a) Konstipasi berhubungan denganaganglion.
b) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya intake, muntah.
c) Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedurperawatan.
• Dx Post Operasi
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma
sarafjaringan.
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
c) Resiko infeksi Berhubungan dengan prosedur pembedahan.
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan
dirumah.
Intervensi Keperawatan
a. PraOperasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Evaluasi


ganglion tindakan enema atau bowel
keperawatan selama irigasi rectal meningkatkan
1x 24 jam Klien sesuaiorder kenyaman
mampu 2. Kaji bising usus pada anak
mempertahankan dan abdomen 2.Meyakinkan
pola eliminasi BAB setiap 4 jam berfungsi
dengan teratur 3. Ukur lingkar nyausus
KH : Penurunan abdomen 3.Pengukuran
distensi abdomen, lingkar
meningkatnya abdomen
kenyamanan membantu
mndeteksi
trjadinya
distensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Dapat
kekurangan tindakan – outputcairan mengidentifik
volume cairan keperawatan asi status
b/d selama 1x 24 jam 2. Lakukan cairanklien
menurunnya Klien dapat pemasangan infus 2. Mencegah
intake, muntah mempertahankan dan berikan cairan dehidrasi
keseimbangan IV
cairan 3. ObservasiTTV 3. Mengetahui
KH: Output urin kehilangan
1-2 4. Monitor status cairan melalui
ml/kg/jam, capill hidrasi suhu tubuh
ary refill 3-5 (kelembaban yang tinggi
detik, trgor kulit membran mukosa,
baik,membrane nadiadekuat, 4. Mengetahui
mukosa lembab tanda-
tandadehidras
i
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
3. Cemas orang Setelah dilakukan 1. Jelaskan dg 1. Agar orang tua
tua b/d kurang tindakan istilah yg mengerti kondisi
pengetahuan keperawatan dimengerti klien
tentang selama 1x 24 jam tentang anatomi 2. Pengetahuan
penyakit dan Kecemasan orang dan fisiologi tersebut
prosedur tua dapat saluran diharapkan
perawatan berkurang pencernaannor dapat
KH: Klien tidak mal. membantu
lemas 2. Gunakan alat, menurunkan
media dan kecemasan
gambar Beri 3. Membantu
jadwal studi mengurangi
diagnosa pada kecemasanklien
orangtua
3. Beri informasi
pada orang tua
tentangoperasi
kolostomi
Post Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Hindari 1. Mencegah


integritas kulit tindakan kerutan pada perlukaan
b/d kolostomi. keperawatan selama tempattidur pada kulit
1 x 24 jam diharapkan
2. Menjaga
integritas kulit
dapatdikontrol. 2. Jaga ketahanan
KH : - temperatur kebersihan kulit kulit
jaringan dalam batas agar tetap bersih 3.Mengetahui
normal, sensasi dan kering adanya tanda
dalam batas normal, 3. Monitor kulit kerusakan
elastisitas akan adanya jaringankulit
dalam batas normal, kemerahan 4. Menjaga
hidrasi dalam bats
4. Oleskan kelembaban
normal, pigmentasi
dalam batas normal, lotion/baby oil kulit
perfusi jaringan baik. pada daerah 5. Menjaga
yang tertekan keadekuatan
5. Monitor nutrisi guna
status nutrisi penyembuha
klien n luka
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor 1.Mengetahui


b/d prosedur tindakan tandadan gejala tanda infeksi
pembedaha n keperawatan infeksi sistemik lebih dini
2.menghindari
selama 1 x 24 jam dan lokal
kontaminasi
diharapkan klien 2. Batasi daripengunjung
bebas dari tanda- pengunjung 3.mencegah
tanda infeksi 3. Pertahankan penyebabinfeki
KH : bebas dari teknik cairan 4.mengetahui
tanda dan gejala asepsis pada klien kebersihan luka
infeksi yangberesiko dan tanda
Inspeksi kondisi infeksi
5. Gejala infeksi
luka/insisibedah
dapat di deteksi
4. Ajarkan lebih dini
keluarga klien 6. Gejala infeksi
tentang tanda dan dapat segera
gejala infeksi teratasi
5. Laporkan
kecurigaan infeksi

Anda mungkin juga menyukai