Anda di halaman 1dari 13

ETIOLOGI

• DSKL VV;SD VSMDNVL;A SL;D DV,M SDL;DFS LAKS


;SL;M
• Listeria monocytogenes tidak membentuk
spora, termasuk bakteri yang tidak bercabang,
tidak berkoloni dan terkadang nampak berupa
rantai pendek.
• Suhu optimum pertumbuhan Listeria
monocytogenes berkisar antara 300-370C,
tetapi masih dapat tumbuh pada suhu rendah
hingga 30C.
• Motil pada suhu 25oC, non-motil pada 35oC.
• Listeria juga tahan terhadap lingkungan yang
ekstrim, contohnya lingkungan dengan
konsentrasi garam yang tinggi, pH yang tinggi,
dan temperatur tinggi (suhu pasteurisasi tdk
tahan).
• Kisaran pH pertumbuhan bakteri cukup luas
yaitu 9.2 (maksimal) dan terendah 4.6 – 5.0.
• Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, perairan
yang tercemar kotoran, silase (pakan hijau yang
difermentasi), kotoran hewan (1-10% manusia
juga pembawa bakteri ini di dalam ususnya) dan
pupuk kandang.
• Makanan yang sering dikaitkan dengan bakteri ini
adalah susu mentah, susu yang pasteurisasinya
kurang benar, keju, es krim, sayuran mentah,
sosis fermentasi, daging merah, unggas dan ikan
mentah.
PATOGENESIS
• Infeksi L. monocytogenes biasanya mengikuti
konsumsi terkontaminasi pakan, dan dapat
mengakibatkan di septikemia, ensefalitis dan
abortus.
• Bakteri ini masuk ke Peyer patch di usus.
Kemudian penyebaran terjadi melalui getah
bening dan darah ke berbagai jaringan. Pada
hewan bunting infeksi dapat terjadi melalui
plasenta.
• Migrasi yg terjadi di saraf cranial dianggap
sebagai jalur infeksi utama pada listeriosis saraf. Lesi
pada batang otak sering tampak pada unilateral yg
terdiri dari mikroabses dan perivascular limfositik.
• L. monocytogenes memiliki kemampuan untuk
menyerang sel secara fagositosis dan non-fagosit,
untuk bertahan hidup dan bereplikasi secara
intraseluler dan untuk mentransfer dari sel ke sel
tanpa terpapar pertahanan humoral.
• Bakteri ini memproduksi toxin sitolitik dan
lysteriosin yang berfungsi utk merusak
membran vakuola sehingga bakteri dpt masuk
ke dalam sitoplasma.
• Setelah masuk ke sel sitoplasma sel inang,
Listeria segera mengumpulkan protein dari sel
inang untuk membentuk ekor yang
menyerupai roket (rocket-like tails) yang
mengandung F-actin
• Ekor F-aktin ini menggerakkan bakteri ke seleruh
sitoplasma. Ketika bertemu dengan membran
luar sel, Listeria akan merusak bentuk dari
membrane dan akan berusaha menginfeksi sel-sel
yang lain.
• Bakteri kemudian akan mengatur perlindungan
dari membrane luar sel inang. Tidak lama
kemudian, sel inang akan penuh dengan bakteri
dan pecah. Sel-sel yang berdekatan dengan sel
inang tersebut kemudian terinfeksi.
Gejala klinis
GEJALA KLINIS
• Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi pada
aliran darah), meningitis (radang selaput otak) atau
meningoencephalitis (radang pada otak dan
selaputnya), encephalitis (radang otak), dan infeksi
pada kandungan atau pada leher rahim pada wanita
hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan
(trimester kedua/ketiga) atau bayi lahir dalam keadaan
meninggal.
• Kondisi di atas biasanya diawali dengan gejala-gejala
seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan.
Dilaporkan bahwa gejala-gejala pada saluran
pencernaan seperti mual, muntah, dan diare dapat
merupakan bentuk awal dari listeriosis
diagnosa
• Listeriosis hanya dapat didiagnosis secara
pasti dengan cara isolasi dan identifikasi
bakteri ini dari darah, cairan cerebrospinal
(cairan otak dan sumsum tulang belakang),
atau feses, cairan ketuban dan urin.
TATALAKSANA
• Tujuan pengobatan adalah menurunkan
infeksi melalui pemberian antibiotik, yaitu
ampisilin dengan gentamisin (atau
trimetroprim-sulfametoksazol) secara
intravena. Infeksi yang ditularkan melalui
plasenta memiliki angka kematian sebesar
50%. Bayi yang bertahan hidup akan
mengalami kerusakan saraf dan gangguan
perkembangan.

Anda mungkin juga menyukai