Anda di halaman 1dari 16

 Ma’mun Nawawi

 Rizky Faturahman
 Dita Putri Pratama
 Diva Rachmania

Kelas : XI IPS 1
 Sriwijaya adalah kerajaan Melayu kuno di pulau
Sumatra yang banyak berpengaruh di Kepulauan
Melayu.
 Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini
berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok,
I-Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya
tahun 671 selama 6 bulan.
 Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya"
dan wijaya berarti "kemenangan".
Kerajaan Sriwijaya berkuasa dari abad
ke-7 hingga awal abad ke-13 M, dan
mencapai zaman keemasan di era
pemerintahan Balaputra Dewa (833-856 M).
Kemunduran kerajaan ini berkaitan
dengan masuk dan berkembangnya agama
Islam di Sumatera, dan munculnya
kekuatan Singosari dan Majapahit di
Pulau Jawa.
 Dalam sejarahnya, Kerajaan Sriwijaya menguasai
bagian barat Nusantara. Beberapa faktor yang
menyebabkan Kerajaan Sriwijaya menguasai bagian
barat Nusantara yaitu,
1) Runtuhnya kerajaan Fu-nan di Indocina.
2) Kekuatan armada laut Sriwijaya yang mampu
menguasai jalur lalu lintas perdagangan antara
India dan Cina
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang
memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar
negeri.
Raja yang memerintah (yang terkenal)
1) DapuntaHyang SriJayanasa Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada
masa pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai
wilayah Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di
dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal
dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2) Balaputera Dewa, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika
terjadi perang saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani
(kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra
Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya,
dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah
berkuasa. Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat
Balaputradewa sebagi raja
.
Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan
dimulai pada tahun 850 M.
3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman Pada masa
pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang
oleh kerajaan Chola. Sang raja ditawan dan baru
dilepaskan pada masa pemerintahan Raja
Kulottungga I di Chola.
Wilayah kekuasaan
1. Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya
dipindahakan dari Muara Takus ke Palembang.
2. Ada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara,
yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra.

Hubungan dengan luar negeri


Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di
luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada
di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda,
Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk pembuatan asrama
bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai
oleh Balaputradewa.
Pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat
Sriwijaya bertumpu pada bidang pertanian. Namun
dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di
persimpangan jalur perdagangan internasional,
membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk
memulai kegiatan perdagangan dan pelayaran. Karena
letak yang strategis pula, para pedagang China yang
akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga
dengan pedagang India yang akan ke China.
Dengan demikian pelabuhan Sriwijaya semakin
ramai hingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan se-
Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka,
Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berdiri
di sisi timur pulau Sumatera pada abad ke 7 hingga 12
Masehi. Kerajaan ini berpusat di wilayah yang sekarang
merupakan Palembang.
Kejayaan Sriwijaya tak lepas dari lokasinya yang strategis
di dekat Selat Malaka, yang merupakan jalur perdagangan
utama antara China dan India. Dengan ramainya
perdagangan, maka banyak kapal berlabuh, dan memberikan
pendapata besar bagi kerajaan ini.
Kekuatan maritim Sriwijaya ditunjukkan dengan
ekspedisi ke berbagai wilayah untuk meluaskan kerajaan,
termasuk ke Tulangbawang di Lampung dan ke
Tarumanegara di Jawa.
Banyaknya pedagang dan kapal dari India menjadikan
Sriwijaya berkembang menjadi pusat agama Buddha di Asia
Tenggara pada masa itu. Peranan ini membuat agama
Buddha menyebar ke penjuru nusantara, misalnya ke Dinasti
Sriwijaya, di kerajaan Mataram, serta ke wilayah daratan Asia
Tenggara yang sekarang menjadi wilayah Thailand, Kamboja
dan Vietnam.
Peranan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama
Buddha juga dicatat dalam catatan perjalanan biksu asal
China, Yijing (I CHing) yang berkunjung di ibukota
Sriwijaya. Yijing berkunjung ke Sriwijaya pada tahun 673
dalam perjalanannya menuju Universitas Nalanda di India
yang merupakan pusat pembelajaran agama Buddha.
Peninggalan kerajaan ini antara lain adalah kompeks
arkeologi Bukit Seguntang, kompleks candi Muara Takus,
dan kompleks candi Muaro Jambi.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, dinyatakan
bahwa pada abad ke-9 Sriwijaya telah memperluas pengaruh
politik, sosial, budaya dan ekonomi di hampir seluruh
kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa,
Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Vietnam Selatan.
Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan
Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan
perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal
yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai
pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar
Tiongkok, dan India.
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berdiri
di sisi timur pulau Sumatera pada abad ke 7 hingga 12
Masehi. Kerajaan ini berpusat di wilayah yang sekarang
merupakan Palembang.
Kerajaan ini meninggalkan banyak pengaruh dalam
peradaban hingga saat ini seperti:
1. Persebaran Bahasa Melayu sebagai bahasa Perdagangan
dan dasar Bahasa Indonesia.
2. Persebaran Agama Buddha
3. Peninggalan seperti Candi Muato Takus

Anda mungkin juga menyukai