Dwi Wulandari
1.Transduksi
2.Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi
RESPON TUBUH TERHADAP
NYERI
Respirasi
urogenital gastrointestinal
metabolisme
kardiovaskuler
dan endokrin
NYERI
Homeostasis
cairan dan hematologi
elektrolit
psikologis imunitas
RESPON TUBUH TERHADAP
NYERI
Peningkatan muscle spasm (hipoventilasi
dan penurunan aktivitas),
Vasospasm (hipertensi),
Menginhibisi fungsi organ visera (distensi
abdomen, gangguan saluran pencernaan,
hipoventilasi).
Psikologis pasien seperti interpretasi
nyeri, marah dan takut
KLASIFIKASI NYERI
Nyeri Somatik
Nyeri akut
timbulnya
NYERI
nyeri Nyeri Nyeri viseral
kronik
Menurut timbulnya nyeri
Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh
terkena cidera atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat, dengan
intensitas bervariasi dari berat sampai
ringan. Nyeri ini terkadang bisa hilang
sendiri tanpa adanya intervensi medis,
setelah keadaan pulih pada area yang
rusak. Misalnya nyeri pasca bedah
Menurut timbulnya nyeri
Nyeri kronik
Nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung
lama, intensitas bervariasi, dan biasanya
berlangsung lebih dari tiga bulan. Penderita yang
mengalami nyeri kronik akan mengalami
periode remisi (gejala hilang sebagian atau
keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini disebabkan oleh kanker
yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker
tersebut atau karena gangguan progresif lain
seperti nyeri post-herpetic dan nyeri phantom.
Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian.
PENILAIAN INTENSITAS NYERI
Numerical Visual
Rating Analogue
Scale (NRS) Scale (VAS)
Self-report pain
Verbal Rating
scales for young
Scale (VRS)
children
Numerical Rating Scale (NRSs)
Verbal Rating Scale (VRSs)
Wong-Baker Face Pain Scale
Teknik manajemen nyeri
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkenalkan tangga
analgesik pada tahun 1986 untuk memberikan panduan global
untuk pengobatan nyeri.
Pada semua tingkat obat ajuvan dapat digunakan untuk menunjang obat
analgesia dan meminimalkan efek samping.
Antiemetik: terutama dengan opioid.
Obat pencahar: untuk mengurangi konstipasi akibat opioid.
Kortikosteroid: berguna untuk mengurangi rasa sakit yang terkait dengan
kompresi saraf atau meningkatkan tekanan intrakranial.
Obat psikotropika: membantu kegelisahan, tidur, mood, kejang, dan juga
analgesia.
Kesimpulan
Pada dasarnya, prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat
diterapkan untuk nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu: 6
Pada nyeri kronik mengikuti langkah tangga ke atas 1-2-3.
Pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah tangga ke bawah
3-2-1.